Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Monday, June 18, 2012

Tetap Memelihara Hubungan Dengan Tuhan







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16)
Berbahagialah setiap kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat, sebab ia akan disebut sebagai anak-anak Allah. Kalau dahulu yang disebut sebagai anak-anak Allah hanya, Abraham, Ishak dan Yakub (Israel) saja. Namun dalam perkembangan selanjutnya Israel menolak Yesus, akhirnya mereka “dipotong.” Ibarat pohon zaitun yang dipotong dari pokoknya. Dengan demikian maka kita adalah carang liar yang mulai dicangkok pada pokok zaitu yang penuh getah, karena kita telah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. \

“Getah” merupakan gambaran kekayaan Allah yang akan kita terima. Untuk itu kita yang telah dicangkokkan dan sudah berbuah harus berhati-hati, karena kita diselamatkan semata-mata oleh karena kemurahan Allah, sedangkan Israel diselamatkan oleh karena mereka adalah kekasih Allah. Berhubung Israel menolak Tuhan maka mereka dipotong dan kita yang menerimanya dapat melekat pada pokok zaitun (Roma 11:17-23). Oleh sebab itu kita harus menghargai kemurahan Tuhan ini dan menghormati Tuhan dengan apa yang kita alami sampai hari ini.

Kita harus belajar bagaimana di dalam diri kita keluar aliran-aliran hidup. Kita percaya bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita yang merupakan harta di dalam bejana tanah liat (2 Korintus 4:7). Tuhan tidak mau kita menjadi anak yang “terhilang” dan juga bukan seperti anak “sulung” yang sudah berada di rumah Bapa tetapi tidak menikmati kekayaan Bapanya. Apabila hak waris sudah ada pada kita, maka cepat atau lambat Tuhan pasti memberkati kita, namun jangan lupa memperhatikan hidup kita setiap harinya untuk tetap selalu bersyukur kepada-Nya, walaupun tubuh bertambah lemah, tetapi batiniah kita dibaharui setiap hari.

Kita harus tahu apa itu berkat rohani dan juga berkat jasmani. Yang kelihatan itu bersifat sementara, tetapi yang tidak kelihatan kekal selama-lamanya. Ingat, jangan sampai kita ditebang oleh karena kedegilan dan kesombongan kita. Sejarah Perjanjian Lama bisa menjadi bagian hidup kita. Kita harus tahu kapan Abraham, Ishak, dan Israel diberkati dan kapan mereka tidak diberkati. Yerusalem di bumi ini merupakan gambaran hidup kita. Yerusalem selalu ingin dihancurkan oleh musuh-musuhnya. Dan terkadang Israel/Yerusalem merusak dirinya sendiri. Daud yang berbuat dosa menjadikan hidupnya dan kerajaan Israel hancur. Tetapi Yerusalem mengalami damai sejahtera saat dia beribadah dengan baik.
Suatu saat Nebukadnezar menjadi penguasa yang sangat besar pengaruhnya di bumi ini. Tetapi ia menjadi sombong dan membuat patung untuk disembah (Daniel 4:20-23). Nebukadnezar adalah seorang yang seharusnya mengucap syukur kepada Tuhan. Ia lupa diri dan akhirnya dia ditebang, tetapi untung tunggulnya masih ada. Nebukadnezar menjadi sama dengan binatang yang makan rumput sampai dengan tujuh masa. Baru setelah bertobat, ia dikembalikan ke asalnya (Daniel 4:28-37).

Sejarah  di atas berbicara tentang keangkuhan dan pertobatan. Kita harus menjaga agar tetap dalam posisi menjadi anak Allah dan diberkati. Jangan sampai kita dipotong dari pokok zaitun tersebut. Jangan karena kekilafan kita dan jatuh dalam dosa, lalu kita dipotong seperti Nebukadnezar yang hilang ingatan dan makan rumput.
Hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Kita ingin mendapatkan Kerajaan Surga yang kekal itu. Mungkin  saat ini kita merasakan urapan Tuhan yang luar biasa, tetapi ingat jangan sampai kita jatuh. Kita yang suka berdoa, jauh lebih aman dibandingkan yang tidak suka berdoa. Tariklah seluruh isi keluarga kita untuk berdoa. Jagalah rumah tangga kita agar tetap utuh. Kita memang diberkati dengan cukup tetapi jangan menjadi serakah. Kaya itu ada maknanya, tetapi jangan sampai kita diperhamba oleh harta itu. Yang penting Yerusalem kita menjadi sejahtera. Orang-orang zaman purba tidak pernah putus asa untuk menetap pada pokok zaitun. Demikian juga dengan kita jangan sampai kita meninggalkan kasih mula-mula.

Kita perlu memelihara hubungan kita dengan Tuhan. Wahyu 6:6 berkata, “Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata : Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu.” Ini menggambarkan dunia yang bertambah buruk, tetapi keadaan anak-anak Allah justru bertambah baik dan akan terjadi penuaian yang besar. Untuk itu “anggur” dan “minyak” jangan dirusak. Kisah Para Rasul 2:37 berkata, “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain : Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Hanya dengan bertobat kita akan menerima Roh Kudus. Untuk itu hargai perjamuan kudus, yaitu tubuh dan darah Yesus, yang setiap kali kita lakukan.

Roma 11:25  berkata, “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.” Jangan sampai kita yang masuk hitungan “jumlah” tersebut lalu dipotong dan digantikan orang lain. Tetapi kita percaya, sekali kita dicangkokkan, maka kita akan dicangkokkan sampai selama-lamanya. Hari-hari ini kita harus lebih berjaga-jaga. Kita tidak bisa bermain-main lagi dalam ibadah kita. Kita percaya bahwa sampai hari ini jasmani dan rohani kita tetap terpelihara semata-mata oleh kasih karunia Tuhan.

Demikian juga, hari-hari ini terjadi transformasi hanya dengan “simple Gospel” yaitu penginjilan hanya dengan hal-hal sederhana, yaitu penebusan tubuh dan darah Kristus dan urapan Roh Kudus. Oleh sebab itu persiapkan dirimu dan tetap melekat pada “pokok zaitun,” sebab kegerakan masal akan terjadi yaitu adanya penuaian besar-besaran. Dan apabila kita lepas atau dipotong dari “pokok zaitun” maka kita tidak akan melakukan maupun menikmati tuaian yang besar. Sebab itu jangan keraskan hati, tetapi bertobatlah sebab kerajaan Allah sudah dekat.  

Amin.

Tuesday, June 12, 2012

Citra Diri Anak Allah







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

I Yohanes 3:1-2
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”
Kalau kita memperhatikan ayat yang telah kita baca diatas, disitu dijelaskan bahwa oleh kasih karuniaNya yang besar maka kita layak disebut sebagai Anak Allah. Dan apabila kita sudah menjadi anak-anak Allah, maka di dalam diri kita harus ada perbedaan terhadap orang-orang yang belum mengenal Allah. Sebab saat kita percaya pada Tuhan Yesus, maka kita telah dilahirkan kembali dan citra Allah ada pada kita (Yohanes 3:5). Dan sebagai tanggungjawab kita adalah memelihara dan membuktikan bahwa kita adalah benar-benar anak Allah.

Ketika Tuhan Yesus berpuasa selama 40 hari, Dia telah dicobai oleh iblis. Tetapi Dia telah menang atas pencobaan yang dilancarkan oleh iblis. Mengapa Dia bisa menang atas pencobaan ?. Dia menang karena Dia telah mematikan kedaginganNya ketika dalam wujud seorang manusia. Bukti bahwa Dia telah mematikan kedaginganNya yaitu saat Dia dicobai untuk merubah batu menjadi roti.

Tuhan Yesus melawannya dengan firman. Tuhan Yesus merasa lapar setelah berpuasa dan Ia membutuhkan makanan, tetapi bukan berarti Dia harus memaksakan diri untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menuruti keinginan iblis, namun Dia lebih taat terhadap apa yang menjadi kehendak Bapa di sorga. Dia tahu bahwa manusia hidup bukan oleh roti saja atau sesuatu jasmani, tetapi oleh setiap firman yang keluar dari mulut Allah, dalam artian bahwa kita dapat hidup oleh perkara-perkara rohani. Dari kisah di atas menyatakan bahwa Tuhan Yesus ingin menunjukkan bagaimana kita menjadi anak-anak Allah.

Oleh sebab itu kita harus mampu menunjukkan citra diri kita sebagai anak-anak Allah, seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus. Dan janganlah kita kecil hati dan merasa tidak mampu melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tetapi percayalah bahwa kita mampu melakukan kehendak Tuhan karena Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita memiliki kemampuan yang luar biasa.
Kita lihat Adam dan Hawa, ketika mereka mendapat hembusan nafas Allah maka mereka memiliki kuasa dan urapan, sehingga kemuliaan Allah memenuhi Adam dan Hawa. Demikian dalam kehidupan kita, apabila sudah ada kuasa Allah melalui karya Roh Kudus maka kita harus menjaganya supaya citra diri sebagai anak Allah tidak jatuh. Sebab apabila citra diri anak Allah jatuh maka citra diri kita menjadi rendah seperti binatang, contohnya orang yang mempercayai tentang horoskop atau sio. Mereka menyamakan dirinya dengan binatang sesuai lambang-lambang horoskop atau sio tersebut.

Orang yang mempercayai horoskop atau sio pasti memiliki kecenderungan untuk tidak bergantung   kepada Tuhan tetapi bergantung kepada nasib sesuai dengan horoskop atau sio mereka. Tetapi kita sebagai anak Allah tentunya tidak percaya pada nasib karena Allah yang kita sembah di dalam nama Tuhan Yesus mempunyai rancangan yang indah dan sanggup memenuhi segala kebutuhan kita. Dalam Injil Matius berkata : "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, . . . . .” (Matius 6:25-26). Hal inilah yang membuat kita tidak punya alasan untuk kuatir akan hidup ini. Kita lihat contoh yang lain yaitu kisah perjalanan bangsa Israel yang telah melakukan perjalanan selama 40 tahun menuju tanah perjanjian, mereka tidak pernah mengalami kelaparan walaupun perjalanan mereka melintasi daerah yang kering yaitu padang gurun, tetapi buktinya mereka dipelihara Tuhan walaupun mereka dalam jumlah yang sangat besar.

Begitu pula kita, mungkin saat ini mengalami pergumulan yang sangat berat. Maka tetap percayalah bahwa Tuhan tidak sekali-kali meninggalkan kita selama kita menjaga citra diri sebagai anak Allah. Bahkan, meskipun di negeri ini telah mengalami krisis yang hebat, kita harus tetap yakin bahwa Allah sanggup memelihara kita. Tetapi apabila dalam diri kita muncul kekuatiran walaupun kecil, maka janji-janji Allah tidak akan tergenapi dalam diri kita, karena firman Tuhan berkata : . . . . sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Dan lebih tegas lagi di dalam Matius telah dikatakan : “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? . . . ” (Matius 6:27-30).

Dengan demikian, bahwa kekuatiran akan membawa keadaan kita semakin terpuruk dan tidak menunjukkan citra diri kita sebagai anak Allah. Oleh sebab itu, janganlah kita membatasi diri dengan melihat keadaan atau latar belakang kita, karena bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil. Memang meyakini hal ini tidak semudah kita membalikkan telapak tangan kita, karena seringkali pikiran kitalah yang berbicara, bahwa kita tidak mungkin dapat meraih apa yang sudah dijanjikanNya. Oleh karena itu firman Tuhan menasehatkan kita, seperti yang tertulis dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, yang berbunyi : “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, . . . . ” (Filipi 2:5-11)

Jadi, supaya kita tidak dibatasi oleh pikiran kita sendiri, maka kita harus menggunakan pikiran Kristus Yesus, karena dengan menggunakan pikiran Kristuslah, kita akan mendapatkan janji-janji Tuhan dan predikat sebagai imamat yang rajani benar-benar nyata dalam kehidupan kita. Dan apabila saat ini kita sedang mengalami masalah janganlah kita mengeluh, karena Tuhan akan menunjukkan kuasaNya. Sebab tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong kita dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengarkan doa kita. Dan jikalau hingga saat ini persoalan kita belum selesai, maka janganlah kita cemas dan takut sebab Allah tidak memberi roh perbudakan yang membuat kita takut tetapi Dia memberikan RohNya yang kudus yang membawa kita hidup dalam kemenangan (Roma 8:15-17).  

Amin.

Monday, June 4, 2012

Tetaplah Bertumbuh di Dalam Tuhan!







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”
Matius 13:31-32
Setiap perumpamaan tentang Kerajaan Sorga selalu mengajar kita mengenai bagaimana agar kita dapat masuk dalam kerajaan Allah, baik Kerajaan Allah di bumi, maupun yang akan datang (Matius 6:10,33). Dan masuk ke dalam Kerajaan Allah sepertinya kita kembali ke Taman Eden, dimana kita berada dalam naungan Kerajaan Allah.

Seseorang yang akan masuk dalam Kerajaan Allah, digambarkan dengan adanya suatu benih yang ditanam di tanah yang subur, lalu mulai berakar dan bertunas, kemudian bertumbuh besar dan selanjutnya menghasilkan buah. Penggolongan orang-orang yang akan masuk ke dalam kerajaan Allah akan dilihat dari “pohon”nya. Apabila pohon tersebut bertumbuh semakin lama semakin besar, maka selanjutnya muncul pertanyaan, yaitu : apakah pohon tersebut sudah berada dalam pertumbuhan yang benar ? Karena pada saatnya nanti ada berbagai macam gangguan/tantangan sejalan dengan pertumbuhan pohon tersebut. Selain itu gangguan tersebut tidak hanya ada pada masa pertumbuhan saja, tetapi pada saat panenpun gangguan itu ada, bahkan semakin besar. Hal ini merupakan gambaran kehidupan orang-orang percaya yang sedang mengalami pertumbuhan rohani. Dan saat ini kita akan melihat gangguan/halangan-halangan dari pertumbuhan pohon tersebut, diantaranya :


1. Keadaan “tanah” (Matius 13:3-9). Keadaan tanah sangat menentukan pertumbuhan daripada suatu tanaman. Demikianlah keberadaan hati manusia yang digambarkan sebagai tanah, akan menentukan pertumbuhan daripada kerohanian seseorang. Dan keadaan hati manusia itu beraneka ragam. Adapun keanekaragaman hati manusia itu seperti : “tanah dipinggir jalan.” Tatkala benih itu ditabur maka burung-burung segera datang dan memakannya sampai habis karena keberadaan benih tersebut sungguh terabaikan. Demikianlah hati manusia yang selalu mengabaikan benih (firman Tuhan) yang sedang ditaburkan. Mereka telah sibuk dengan urusannya masing-masing seperti keadaan lalu lintas yang padat.
Oleh karena itu, hindarilah posisi hati yang seperti ini. Selanjutnya, hati manusia itu seperti “tanah yang berbatu-batu.” Ketika benih itu ditaburkan, maka benih itu bertumbuh dengan cepat, tetapi ketika matahari terbit maka layulah benih yang sedang bertumbuh itu dan bahkan menjadi kering. Hal ini terjadi oleh karena benih yang bertumbuh itu tidak berakar. Untuk itu, kita sebagai orang yang percaya biarlah semakin berakar dalam Kristus sebab firman Tuhan menasehatkan kepada kita : “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kolose 2:7).
Dengan berakarnya kita di dalam Dia, maka pada saat pencobaan/halangan datang dalam kehidupan ini, kita sanggup mananggungnya di dalam Dia. Kemudian, hati manusia itu digambarkan seperti “tanah yang penuh dengan semak duri.” Dimana saat benih itu ditaburkan, maka benih itu mulai bertumbuh, tetapi dalam pertumbuhan dari benih itu mendapat himpitan dari semak duri, sehingga benih yang sedang betumbuh itu tidak dapat menghasilkan buah. Begitupula hati manusia yang dipenuhi dengan kekuatiran, mereka tidak akan mengalami pertumbuhan maupun berbuah secara rohani. Dan Firman Tuhan yang terdapat dalam Matius 6:25, berkata : “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
Dari beberapa contoh gambaran daripada keadaan tanah diatas telah menasehatkan kepada kita, supaya hati kita tidak termasuk dalam bilangan keadaan tanah tersebut; karena kesemuanya itu merupakan penghalang daripada pertumbuhan rohani kita, walaupun nilai dari semua benih itu adalah sama baiknya. Tetapi biarlah hati kita menjadi tanah yang subur dan siap untuk ditaburi benih (firman Tuhan). Karena pada saatnya nanti benih itu akan bertumbuh, berakar dan pada akhirnya berbuah, sehingga segala sesuatu yang layak kita terima akan dilimpahkan kepada kita.

2. Adanya“ilalang” (Matius 13:24-30). Biasanya musuh kita (iblis) memakai orang-orang yang tidak mendapat kemurahan Tuhan oleh karena mereka tidak berada dalam kebenaran firman Tuhan; selain itu mereka berada tidak jauh dari tempat dimana kita berada. Orang-orang semacam itu hatinya tidak memiliki keinginan untuk bertobat. Segala yang dikerjakannya selalu menyakiti kita sebagai orang-orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Kristus. Tetapi pada saatnya nanti, Tuhan akan menghakimi orang-orang seperti ini. Kita akan melihat bahwa banyak orang-orang Kristen yang tampaknya baik, tetapi sebenarnya mereka adalah ilalang. Untuk itu, kalau kita mau bertumbuh sampai panen, maka kita harus sabar dalam menanggung segala sesuatu. Sebab Tuhanlah yang akan menghukum mereka, dan itu bukanlah urusan kita karena penghakiman adalah haknya Tuhan.

Memang, sementara keduanya sedang bertumbuh, masih belum ada bedanya antara gandum dan ilalang, tetapi pada saatnya nanti akan dapat diketahui mana yang ilalang dan mana yang gandum yaitu ketika masa panen; dimana saat itu akan terjadi suatu peristiwa seperti kisah yang tertulis dalam Lukas 12:49-53, bahwa akan ada pertentangan-pertentangan. Dan bagi kita yang tahu akan kebenaran harus mengambil sikap yang tenang saat mengahadapi seperti itu. Sebab yang pasti, diantara mereka ada  yang gandum dan ada yang ilalang. Sedangkan kalau keduanya adalah gandum maka tidak akan terjadi pertentangan atau gesekan.
Dari beberapa penjelasan diatas biarlah boleh menggugah kerohanian kita dalam menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Dimana hati kita dituntut untuk menjadi tanah yang subur dan kita tidak masuk bilangan para ilalang tetapi kita masuk dalam bilangan gandum yang sedang menghasilkan buah. Agar pada akhirnya nanti kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus.

Amin.

Friday, June 1, 2012

Tetap Menantikan Tuhan







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Mazmur 40:2-4 “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
Sejak Tuhan Yesus naik ke surga sampai hari ini, orang Kristen tetap menanti-nantikan Tuhan. Istilah menanti-nantikan adalah suatu rangkaian daripada ibadah. Contoh yang sederhana misalnya, doa kita belum dijawab oleh Tuhan, maka kita menanti-nantikan jawabannya, atau misalnya kita belum diurapi maka kita menantikan urapan Roh Kudus. Orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti cepat atau lambat akan menerima jawaban dari Tuhan, asalkan kita menantikannya dengan sabar dan setia. Dalam menanti-nantikan Tuhan tidak hanya sekedar saat kita membutuhkan pertolonganNya, tetapi kita menanti-nantikan Tuhan juga terhadap kedatanganNya yang kedua kali. Dalam hal penantian kedatangan Tuhan tidak hanya dilakukan oleh kita saja, tetapi dilakukan juga oleh bangsa-bangsa lain, khususnya bangsa Israel. Namun ada perbedaan antara kita dengan bangsa Israel. Dimana bangsa Israel saat ini sedang menantikan kedatangan Mesias, padahal Mesias sudah datang ke dunia ini dua ribu tahun yang lalu yaitu Yesus Kristus. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa Mesias sudah datang, dan Ia akan datang kembali untuk menjadi hakim yang adil.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah mati, apakah mereka termasuk orang yang menantikan Tuhan ? ya. Sebab dalam I Tesalonika 4:16 dikatakan : “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit.” Hal ini menunjukkan bahwa sementara sangkakala Allah belum berbunyi, maka orang yang sudah mati berada dalam penantian. Dan jikalau orang yang sudah mati akan dibangkitkan pada saat sangkakala Allah berbunyi, lalu bagaimana dengan orang yang masih hidup ?. Bagi orang yang masih hidup akan diangkat hidup-hidup seperti Henokh dan Elia. Dari pernyataan ini mungkin kita bisa berkata : “ini adalah janji khayalan.” Tetapi perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu yang difirmankanNya pasti akan digenapi. Selain itu sejarah membuktikan bahwa mereka yaitu Henokh dan Elia telah diangkat hidup-hidup. Memang, untuk menggapai iman seperti ini sangat sukar, tetapi kita harus percaya bahwa kuasaNya tidak berubah sampai selama-lamanya. Dalam hal penantian, gereja diumpamakan sebagai istri, sedangkan Kristus diibaratkan sebagai kepala atau suami. Antara suami dan istri tentunya saling menantikan untuk dapat senantiasa bergaul. Demikianlah hubungan kita dengan Tuhan. Tidak hanya kita yang menantikan Tuhan, tetapi Tuhan juga yang menanti-nantikan kita.

Bagaimanakah semangat Tuhan dalam menantikan kita ? semangat Tuhan dalam menantikan kita itu seperti sebuah kisah yang terdapat dalam Lukas 15:20 “. . . . . Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Dari sini kita tahu bahwa orang yang saling menanti-nantikan itu memiliki muatan kangen atau kerinduan, selain ada muatan kasih. Demikian halnya dengan ibadah; bahwa ibadah itu harus ada muatan kerinduan. Dan untuk lebih jauh lagi, kita melihat kerinduan Allah terhadap kita tidak sekedar ingin bertemu, tetapi lebih dari itu Ia ingin kita berada dimana Ia berada seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:3 “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
Jadi menanti-nantikan Tuhan pada setiap jam, menit bahkan detik merupakan sesuatu yang indah sekali, tetapi menanti-nantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali itu, kita perlu melihat peta jaman. Didalam Injil Matius 24:32, dikatakan : ““Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”

Apa yang dimaksud dengan “tariklah dari perumpamaan pohon ara ?”. Untuk dapat mengetahui maksud dari ayat ini, maka kita harus tahu sejarah dari Israel. Dimana klimaks daripada Israel hanya sampai pada jaman Salomo. Setelah Salomo negara itu hancur, maka raja Nebukadnesar menguasainya, kemudian Darius, Alexandri, dan sampai pada akhirnya bangsa Roma yang masuk, sehingga Israel tidak punya negara lagi. Dan ketika Tuhan Yesus berada di dunia, murid-muridNya sempat bertanya : “apakah Engkau akan memulihkan kerajaan Israel pada waktu ini ?”. Lalu Yesus menjawab : ”tidak perlu engkau tahu”. Jadi kerajaan Israel tidak dibangun pada waktu Tuhan Yesus ada dunia, sebab apabila kerajaan Israel dibangun atau dipulihkan pada jaman Tuhan Yesus, maka kita tidak ada kesempatan untuk mendapat kasih karuniaNya. Dan sementara Israel belum dipulihkan Injil tetap diberitakan baik di Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi, karena hal ini merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus. Israel dipulihkan oleh Tuhan justru pada dua ribu tahun kemudian yaitu tahun 1949, dimana negara Israel mulai muncul dengan klimaks kesukaran yang luar biasa pada waktu di Jerman. Ketika itu enam juta orang Israel dibantai, dimasukkan gas, dibunuh, ditembak. Setelah kejadian itu berlangsung, maka Tuhan mulai memulihkan keadaan Israel. Pada tahun 1949 yang lalu tunas (Israel) ini telah muncul, sebagai gambaran pohon ara yang sudah ditebang, dan kini mulai bersemi dan berkembang.

Dan apabila saat ini kita sedang mendengar deru perang, bencana alam, gempa bumi,  kelaparan dan kejadian-kejadian yang menghebohkan, maka perlu kita ketahui bahwa semuanya itu merupakan awal dari penderitaan menjelang zaman baru, tetapi bagi mereka yang tetap bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat, dan setelah Injil Kerajaan Allah sudah diberitakan di seluruh dunia dan menjadi kesaksian bagi bangsa, maka barulah tiba kesudahannya (Matius 24:6-14)
Oleh sebab itu janganlah kita undur dari iman kita karena kita termasuk orang yang akan masuk dalam kehidupan yang kekal. Marilah kita senantiasa menanti-nantikan Tuhan, karena orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. 

Amin