Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Monday, October 29, 2012

Hidup Dalam Pengawasan Allah






Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal ini menimpa mereka secara tiba-tiba.”


(Pengkhotbah 9:12)

Saudara, dalam ayat bacaan diatas menyatakan mengenai ketidakmampuan manusia untuk mengetahui  hal-hal yang akan terjadi di waktu mendatang. Sebab sejak manusia jatuh dalam dosa, maka Roh Allah meninggalkan manusia.
Akibat Roh Allah meninggalkan manusia, maka yang ada dalam diri manusia hanya tubuh, jiwa dan roh manusia itu sendiri, dan manusia tidak tahu apa-apa (mengenai hari esok), meskipun manusia diciptakan menurut peta dan gambar Allah. Manusia hanya mengetahui hal-hal yang tampak oleh mata saja, sedangkan hal-hal yang akan terjadi di hari mendatang manusia tidak dapat mengetahuinya. Contohnya, kejadian-kejadian yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir ini.
Banyak kerusuhan dimana-mana, aksi teroris semakin merajalela bahkan sampai terjadi ledakan bom dibeberapa tempat yang mengakibatkan rusaknya fasilitas umum bahkan sampai merenggut nyawa manusia dalam jumlah yang tidak sedikit, selain itu banyaknya terjadi bencana alam menyebabkan ratusan ribu manusia meninggal dunia. Bahkan daerah yang dianggap aman/bebas terhadap bencana alam maupun kerusuhan, ternyata mengalami musibah juga. Dari semua kejadian yang telah disebutkan mengajak kita untuk menyadari bahwa hal tersebut tidak pernah diduga sebelumnya, tetapi kenyataanlah yang membuktikan bahwa manusia tidak tahu apa-apa mengenai hari esok.

Lalu, bagaimana sikap kita sebagai umat pilihan Allah ? apakah kita juga takut atau kuatir terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba ?. Saudara, perlu kita ketahui bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang mengetahui, menyelidiki dan mamaklumi keadaan kita atas hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang (Mazmur 139:1-6). Bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang tersembunyi, sebab Ia mengetahui sampai dasar hati kita. Selain Dia mengetahui, menyelidiki dan memaklumi keadaan kita, Tuhan juga berjanji akan memberikan seorang penolong dan penghibur yaitu Roh Kudus (Yohanes 14:15-17, 26-27) agar kita tetap bertahan dan berkemenangan dalam menjalani hidup di dunia ini. Karena segala rancangan Tuhan atas hidup kita adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, seperti yang tertulis dalam Yeremia 29:11, ” Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Selain itu, Tuhan telah membawa kita dalam posisi yang baik, seperti yang tertulis dalam Kitab Mazmur 23, bahwa Allah adalah gembala yang baik dan kita adalah domba-dombanya. Sebagai gembala pasti tahu apabila dombanya membutuhkan makanan dan minuman. Demikian halnya Tuhan kita, dimana Dia tidak pernah membiarkan kita hidup dalam kekurangan tetapi Dia membuat hidup kita dalam kecukupan, bahkan berkelimpahan. Kasih setiaNya melindungi dan menghibur kita senantiasa, sebab Ia tidak pernah terlelap walaupun sedetik. MataNya senantiasa memperhatikan kita, supaya tak ada satu kuasa lain yang boleh menyentuh kita.

Dan istilah gembala disini tidak ada pada orang-orang yang belum mengenal Tuhan, sebab istilah ini hanya ada pada orang-orang yang percaya pada Yesus. Kalau kita memiliki gembala yang baik, maka hidup kita tetap terjamin. Sebab dalam dunia ini saja, tidak ada seorang gembala yang akan membawa domba-dombanya kepada suatu kecelakaan atau malapetaka, apalagi gembala kita yang disebut sebagai gembala yang agung (Yesus Kristus).
Saudara, melalui pertumbuhan dan perkembangan rohani kita, Tuhan mengajarkan bahwa kita tidak hanya diposisikan sebagai domba saja tetapi sebagai anak Allah yang berhak menerima janji-janji Allah atau dengan kata lain kita adalah ahli waris kerajaan Allah (Roma 8:16-17).
Dan selain kita memiliki predikat sebagai anak-anak Allah, kita juga disebut sebagai tunangan Kristus, bahkan kita juga disebut sebagai mempelai Kristus. Oleh sebab itu, apabila kita menyandang beberapa predikat seperti yang tertulis diatas, maka kita harus berhati-hati dalam menjaga dan memeliharanya, karena domba bisa hilang, anak bisa hilang, tunangan bisa kehilangan kasih mula-mula, bahkan mempelai Kristuspun bisa diceraikan juga. Contohnya adalah bangsa Israel, dimana suatu kali Allah sangat marah kepada Israel, karena Israel yang didambakan untuk menjadi kekasih Allah, tetapi kenyataannya mereka berpaling dari hadapan Tuhan, sehingga mereka menjadi bangsa yang murtad dan menyembah kepada berhala.

Untuk itu, melalui contoh diatas biarlah menjadi pelajaran dalam kehidupan kita yaitu supaya kita tetap hidup dalam rencana atau rancangan Allah. Dan untuk tetap bertahan dalam rancangan Allah maka kita harus benar-benar menghormati Roh Kudus sebagai penolong kita, karena Roh Kuduslah yang memeriksa dan memaklumi kita. Dan juga, apabila Roh-Nya yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, maka Roh-Nya pulalah yang akan menghidupkan tubuh kita yang fana. (Roma 8:11). Jadi cengkraman Roh ini tidak lepas dalam kehidupan kita asalkan kita tetap menghormatiNya.
Memang, kadang-kadang firman Tuhan itu tidak dapat kita pahami secara langsung; tetapi langkah demi langkah pasti akan kita pahami jikalau kita senantiasa menyelidikinya. Misalnya karunia bernubuat. Kata-kata nubuatan ini sangat berguna dalam kehidupan kita karena nubuatan itu sendiri menasehati dan berbicara tentang hal-hal yang akan datang supaya kita tidak mendapatkan celaka.

Kalau kita mau memperhatikan fiman Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka kita semakin memahami bahwa kemurahan Tuhan itu sebenarnya berlaku bagi semua orang, bahkan berlaku sejak dalam kandungan ibu kita (Galatia 1:15). Dan apabila hal ini disyukuri, maka kemurahan Allah akan turun secara luar biasa. Kita lihat salah satu tokoh Alkitab yang dipakai Tuhan secara luar biasa yaitu Paulus. Pada awalnya dia bernama Saulus dan dia adalah seorang ahli Taurat yang dikenal sebagai tokoh yang mengejar, menganiaya dan membunuh orang Kristen, tetapi suatu saat Allah memanggil dia untuk menjadi alatNya ketika ia melakukan perjalanan ke Damsyik, ia bertemu dengan Tuhan sendiri, lalu bertobat dan namanya menjadi Paulus. Meskipun hal ini sebelumnya tidak pernah dipikirkan oleh Paulus, tetapi semuanya itu sudah ada dalam rancangan Tuhan. Oleh sebab itu marilah kita senantiasa mengucap syukur, karena Tuhan itu memperhatikan sejak dari rahim ibu kita dan penyertaanNya terhadap kita tetap berlangsung sampai saat ini. Amin
 

Jagalah Energimu !







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
"Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.
Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."
(Yohanes 14:12-14)
Kali ini kita akan petik satu kata, yaitu apa yang disebut dengan “energi” (dunamos). Yesus disebut sebagai Putra Allah, dan yang lahir dari Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi dia juga lahir seperti manusia pada umumnya, termasuk seperti kita. Dan dalam wujud manusia, Yesus telah memelihara energi atau satu kekuatan yang diberikan Allah dalam diriNya. Dia tidak mau kebocoran energi yang ada dalam diriNya. Tuhan Yesus ingin supaya kita yang menerima kuasa sebagai proses kelahiran baru tidak membiarkan energi yang ada dalam diri kita bocor.

Ada beberapa hal yang akan kita pelajari pada diri Yesus, sehingga tidak ada energi yang bocor dalam diriNya :

1. Penguasaan Diri


Kalau kita ingin tahu seberapa besar energi yang ada dalam diri kita, sehingga penguasaan diri menjadi prioritas utama dalam hidup ini, maka terlebih dahulu kita membaca dalam Injil Yohanes 14:12-14, berbunyi : "Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Setelah kita membaca ayat di atas, maka kita tahu bahwa energi yang ada dalam diri kita sungguh luar biasa, karena sanggup melakukan pekerjaan yang Yesus lakukan bahkan lebih besar. Dan hal ini menjadi alasan mengapa dalam diri kita harus ada penguasaan diri. Lalu, bagaimana proses energi yang akan kita terima sama seperti Yesus sesuai dengan janjiNya ? Roma 8:16-17, berkata : ”Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Jadi, apabila kita mau menerima energi yang sama, maka kita rela menderita bersama-sama dengan dia (dalam pengertian bahwa dalam diri kita harus juga ada penguasan diri seperti yang ada dalam diri Kristus). Dan  penderitaan ini berlaku secara daging, diantaranya memikul salib dan menyangkal diri. Memang, untuk dapat menyangkal diri sendiri itu tidak mudah, apalagi kita memiliki kedudukan, jabatan atau harta kekayaan. Karena apabila kita mau menyangkali diri, maka kita merasa seolah-olah orang Kristen itu ditekan; tetapi semuanya itu bertujuan supaya orang Kristen tidak mengumbar hawa nafsunya. Sebab, jikalau orang Kristen yang mengumbar hawa nafsunya, maka hal itu sama dengan orang yang memboroskan energi yang telah diberikan Tuhan.
Contoh : Ada seorang yang menerima warisan dari orang tuanya dalam jumlah yang besar, maka didalam diri orang tersebut terdapat kekuatan setelah menerima warisan tersebut ? ia bisa berbuat apa saja sesuai keinginannya. Tetapi karena dia bocor atau menghambur-hamburkan energi yang dia miliki dengan cara berfoya-foya, maka pada akhirnya penderitaanlah yang dia terima. Seperti kisah anak bungsu yang terhilang, dimana dia telah menghabiskan hartanya untuk hal-hal yang sia-sia, sehingga ia menjadi miskin dan pada akhirnya ia harus kembali pada bapaknya dalam posisi kemiskinan.

Oleh karena itu, kita harus menjaga atau memelihara energi yang kita miliki, bahkan kita harus mengisinya terus menerus, karena apabila kita mengisinya terus maka suatu saat energi ini memiliki kekuatan yang dahsyat, sebagai contoh : Seorang ahli fisika (ilmu alam) berusaha menghimpun energi melalui sinar. Jikalau energi yang dikumpulkan tidak mengalami kebocoran maka sinar itu bisa menjadi spot light, dan apabila dikumpulkan lagi maka sinar itu akan menjadi sinar laser. Sinar laser itu bisa menembus tembok. Untuk itu janganlah kita takut atau kuatir dalam mengalami pergumulan hidup, sebab orang yang takut atau kuatir itu sama dengan membuang energi. Perlu kita ketahui bahwa energi yang kita miliki adalah energi yang supranatural, seperti halnya dengan kisah seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun, yaitu tatkala ia menjamah jumbai jubah Yesus maka ia mendapatkan kekuatan supranatural, sehingga penyakitnya disembuhkan seketika. Sedangkan Yesus merasakan ada kekuatan atau kuasa yang keluar dalam diriNya (Lukas 8:43-46). Dan lebih dahsyat lagi apabila kita memperhatikan kisah daripada Petrus, dimana janji Tuhan yang tertulis dalam Yohanes 14:12 itu tergenapi yaitu melakukan pekerjaan yang lebih besar; hal ini  terbukti ketika Petrus berjalan, dan orang yang sakit terkena bayangannya, maka orang tersebut akan sembuh.

2. Tinggal Tetap Dalam Tuhan


Firman Tuhan yang terdapat dalam Yohanes 15:7-8 telah menasehatkan : “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Saudara, melalui ayat bacaan diatas menujukkan bahwa betapa pentingnya kita membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Selain itu, orang yang erat atau melekat dengan Tuhan hidupnya penuh ketenteraman, seperti yang tertulis dalam Mazmur 91:14 “Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu. Bahkan dalam ayat 15 ditegaskan : “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.” Sebagai contoh : Ada seorang manager yang berkerja sendiri dan lupa contact dengan bosnya, maka manager ini berkerja atas kemauannya sendiri, sehingga manager ini melakukan banyak kesalahan karena pekerjaannya tidak sesuai dengan kehendak bosnya, dengan kata lain manager tersebut tidak menuruti segala perintah bosnya.
Bukankah firman Tuhan menasehatkan : “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku . . . . (Yohanes 11:41). Demikianlah kita dengan Tuhan jangan sampai kita lepas hubungan dengan Dia, sebab apabila kita lepas hubungan dengan Tuhan maka kita tidak akan pernah mendapatkan visi atau wahyu dari Tuhan, sehingga kita melakukan pekerjaan Tuhan dengan kekuatan sendiri. Hal ini sama dengan membuang energi dan membuang waktu. Oleh sebab itu, marilah kita bertindak lebih bijaksana.

 Amin.

Thursday, October 11, 2012

Menggapai Ketenteraman






Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (I Korintus 13:13)
Kita semua tentunya hafal dengan ayat diatas, karena kita sering mendengar pemberitaan dari hamba-hamba Tuhan mengenai ayat ini, maupun kita membaca sendiri. Tetapi saat ini kita akan menggali lebih dalam lagi mengenai ayat ini, sebab ayat ini sangat berkaitan dengan perjalanan hidup kita dalam menggapai ketenangan maupun ketenteraman.

Hal pertama yang perlu kita mengerti adalah iman. Iman merupakan anugerah dari Tuhan. Lalu, apakah hasil daripada iman itu sendiri ? atau apa yang akan diraih oleh seseorang yang beriman ? jawabanya adalah kesuksesan. Sedangkan pengharapan untuk jangka panjang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan. Kedua hal ini, yaitu iman dan pengharapan akan berlaku selama kita masih tinggal dalam dunia ini, tetapi satu hal yang terus berlaku sampai pada kekekalan adalah kasih. Karena di dalam kasihlah telah terkandung ketenangan maupun ketenteraman.
Ketiga hal diatas merupakan visi, dan apabila kita mengerti akan visi ini maka kita akan diberkati. Tetapi apabila kita buta akan visi ini, maka kita akan terhukum seperti yang tertulis dalam kitab Amsal.
Dan pokok atau pedoman daripada pengertian ini, akan kita pelajari dalam Injil Matius 19:16-26; Injil Markus 10:17-27; Lukas 18:18-27. Dari ketiga Injil ini telah menceritakan seseorang yang ingin menggapai kehidupan yang langgeng/kekal. Di dalam Injil Matius menyebut bahwa seseorang yang ingin menggapai hidup yang kekal adalah seorang pemuda yang kaya, sedangkan didalam Injil Markus menyebutkan bahwa orang tersebut adalah seseorang seperti pada umumnya; dan di dalam Lukas menyebutkan bahwa orang tersebut adalah seorang pemimpin.

Dari ketiga sebutan tersebut bukan menjadi persoalan, karena orang yang dimaksud adalah sama; baik dalam Injil Matius, Markus maupun Lukas. Dan yang menjadi pelajaran bagi kita adalah bahwa setiap orang; baik sebagai seorang pemuda yang sukses, atau seperti seorang pada umumnya maupun sebagai seorang pemimpin pasti memiliki kerinduan dalam hidupnya untuk menggapai apa yang disebut dengan kehidupan yang kekal (hidup yang penuh ketenangan dan ketenteraman). Dan kalau kita kembali pada kisah tentang pemuda yang kaya tersebut, maka kita akan menemukan bahwa pemuda ini adalah pemuda yang baik (secara moral). Namun dari semua apa yang dia dapatkan tidak membuat dia puas sampai disitu, karena pemuda ini ingin menggapai sesuatu yang lebih tinggi yaitu kehidupan yang kekal.
 Oleh sebab itu ia berusaha menemui Tuhan Yesus untuk mendapatkan pentunjuk dalam mencapai kerinduannya. Dan kita tahu bahwa langkah pertama yang diambil oleh pemuda ini adalah benar yaitu ia mencari wajah Tuhan. Tetapi setelah mendapat petunjuk dari Tuhan Yesus, ia justru menjadi sedih dan meninggalkan Tuhan Yesus. Lalu, mengapa pemuda ini meninggalkan Tuhan Yesus dengan hati yang sedih ? Karena ketika pemuda ini bertanya kepada Tuhan Yesus supaya ia dapat mencapai kehidupan yang kekal, Yesus menjawab kepadanya, kataNya : “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”
Setelah mendengar jawaban inilah pemuda tersebut menjadi sedih dan meninggalkan Tuhan Yesus karena hartanya sangat banyak.
Pemuda ini beranggapan bahwa apabila ia membagi-bagikan hartanya, lalu mengikut Yesus maka ia akan menjadi miskin. Padahal anggapan ini adalah salah, sebab sumber dari segala berkat baik itu kesehatan, kekayaan, maupun keberhasilan adalah Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, apabila kita masih diberi kesempatan untuk memberi, baik itu untuk pekerjaan Tuhan, membantu orang miskin dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan penggapaian kehidupan kekal, maka janganlah kita menunda sebab berkat Tuhan siap dicurahkan atas hidup kita.
Seperti halnya yang tertulis di dalam Amsal 11:24 “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Di dalam ayat ini menunjukkan bahwa ketika kita menabur maka kita pasti akan menuai dan janji-janji Tuhan seperti yang tertulis dalam Ulangan 8:1-3 akan tergenapi dalam kehidupan kita, tetapi apabila kita tidak mau menabur karena takut apa yang kita miliki akan berkurang, maka tuaian itu tidak pernah kita dapatkan.
Selain itu, di dalam Lukas 12:34 telah disebutkan “. . di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
Jadi, ketika kita menginvestasikan apa yang kita miliki ke dalam kerajaan sorga, maka secara tidak langsung kita sedang mengikatkan diri kita pada hal-hal yang akan datang (dalam kekekalan).
Memang untuk mempraktekkan hal demikian tidak mudah, karena kita masih tinggal dalam dunia, dan keadaan dunia seringkali menggoda kita untuk tidak melakukannya. Tetapi apabila kita memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan kehendak Tuhan, maka Tuhan akan menyatakan kuasaNya atas kita.

Saudara, perlu kita ingat pula, bahwa hidup kita tidak tergantung oleh mamon tetapi hidup kita tergantung hanya kepada Tuhan. Dan orang yang hidupnya tergantung kepada mamon akan mengalami seperti apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya yaitu mengenai perumpamaan seorang kaya yang bodoh. Dimana ketika ia masih tinggal didunia ia tidak tahu apa yang harus ia berbuat, sehingga ia memperkaya dirinya sendiri tanpa mempedulikan perkara-perkara yang langgeng. Dan ia berkata kepada jiwanya : “jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya : hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:19-20).

Inilah gambaran orang yang tidak mengerti kebenaran akan firman Tuhan. Oleh sebab itu, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius  6:19).  Maka berbahagialah bagi orang yang mendengar maupun membaca firman Tuhan dan melakukannya, karena ia akan mencapai ketenangan dan ketenteraman yang sejati yaitu kehidupan kekal.  

Amin