Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Friday, August 30, 2013

Hasrat Dan Perwujudan Kasih Tuhan





Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yohanes 3:16

Ayat bacaan di atas merupakan salah satu ayat yang sering kita baca, atau bahkan kita sudah hafal. Namun sesungguhnya dari situlah kita dapat mengetahui tentang hasrat dan perwujudan Allah yang sempurna. Karena pada ayat tersebut telah ditulis, dimana untuk mewujudkan hasrat dari pada Allah telah diberikan putraNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus.
Dan di dalam hasrat Allah yang sudah diwujudkan telah terdapat 7 (tujuh) hal penting, yang pertama adalah kelahiranNya, kemudian yang kedua adalah pelayananNya, ketiga adalah kematianNya dan yang keempat adalah kebangkitanNya. Selanjutnya yang kelima adalah kenaikanNya ke surga, lalu yang keenam adalah pencurahan Roh Kudus dan yang terakhir (ketujuh) adalah kedatanganNya untuk yang kedua kalinya. Dari ketujuh hal ini disebut dengan Injil sepenuh. Dan Injil sepenuh ini harus diberitakan kepada setiap orang termasuk kepada mereka yang bukan Yahudi, seperti surat Paulus kedua yang ditujukan kepada Timotius, katanya : “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya” (II Timotius 4:17).
Oleh sebab itu sampai saat ini Injil terus diberitakan ke seluruh dunia, walaupun mengalami berbagai tantangan dan hambatan, tetapi misi Tuhan tidak pernah terhenti karena di dalam Injil ada kuasa. Dalam ayat lain juga disebutkan bahwa Injil adalah kekuatan Allah (Roma  1:16). Selanjutnya, apabila Injil sudah diberitakan ke seluruh dunia maka akan tiba kesudahannya (Matius 24:14). Oleh sebab itu berbahagialah setiap kita yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja, karena kita masuk dalam hitungan yang diselamatkan. Karena masih berjuta-juta jiwa yang masih belum menerima Injil atau belum mengerti tentang Injil.

Saudara, selama Yesus melakukan tugasNya di bumi, yaitu menyampaikan kabar keselamatan, Ia juga melakukan berbagai macam mujizat, dintaranya menyembuhkan setiap yang sakit; baik itu lumpuh dapat berjalan, buta dapat melihat, tuli dapat mendengar, kusta menjadi tahir, mengubah air menjadi anggur dan banyak mujizat yang lainnya, termasuk membangkitkan orang mati. Selain Yesus mengadakan mujizat Ia juga memberikan pengampunan terhadap mereka yang berdosa. Terlebih itu, Yesus tidak hanya memberikan pengampunan saja, tetapi Ia juga menebus kita dari kutuk dosa dengan memberikan nyawaNya sebagai ganti tebusan.

Memang, untuk dapat memahami hasrat Tuhan terhadap umat manusia itu tidak mudah, karena kebanyakan bertolak belakang dengan rasio kita atau tidak masuk akal. Oleh karena itu marilah kita belajar dari kisah yang ada di Betania tentang pribadi yang mengerti hasrat Tuhan. Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa ada dua orang (kakak beradik) yaitu Maria dan Marta (Lukas 10:38-42). Mereka sudah mengenal Yesus, dan kedua-duanya sudah mengenal Yesus, bahkan keduanya pernah ditolong Tuhan, melihat mujizat Tuhan dan mengaku bahwa Yesus adalah Mesias; seperti murid-murid Yesus yang lainnya. Maria dan Marta menjadi perhatian Tuhan, tetapi dari keduanya hanya Maria yang mengerti hasrat Tuhan. Marta seorang yang mengasihi Tuhan, tetapi Maria mengetahui tentang kasih Tuhan. Maria memperhatikan dengan cermat dan teliti mengenai apa yang telah diajarkan oleh Yesus tentang bagaimana saatnya nanti Yesus akan disalibkan, mati, dikuburkan dan pada hari yang ketiga Ia akan bangkit.

Dalam peristiwa yang lain juga diceritakan bagaimana Maria melakukan suatu tindakan untuk meresponi hasrat daripada Tuhan. Yaitu ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, Maria datang dengan membawa buli-buli pualam yang berisi minyak narwastu yang harganya mahal, lalu ia mencurahkan ke atas kepala Yesus dan meminyaki kaki Yesus, kemudian ia menyekanya dengan rambutnya (Matius 26:6-13). Setelah Maria melakukan hal tersebut, bagaimanakah respon murid-muridNya ?. Mereka gusar terhadap apa yang dilakukan oleh Maria. Tetapi Yesus segera menegor mereka, karena mereka tidak tahu apa yang dilakukan oleh Maria.
Mereka belum memahami akan hasrat Tuhan atas kehidupan manusia. Walaupun kita sudah banyak melakukan pelayanan; baik membantu orang miskin, mendoakan orang sakit, dan lain sebagainya. Tetapi apabila kita tidak tahu hasrat Tuhan dan perwujudannya maka sia-sialah pelayanan kita. Oleh karena itu biarlah kita lebih memahami hasrat Tuhan dan perwujudannya yaitu bahwa Tuhan telah mengampuni dosa kita dan menebus kita. Semua murid-murid Yesus sangat Ia kasihi termasuk Yudas, tetapi hanya satu diantara murid Yesus yang tahu tentang hasrat (passion) Tuhan yaitu Yohanes (Yohanes 21:20). Murid-murid yang lain seharusnya belajar bahwa Yesus datang ke dunia ini tujuannya untuk mengampuni dan menebus dosa manusia.

Lalu, bagaimanakah keadaan bagi orang-orang yang hidup sebelum Yesus ada di dunia ? Dalam I Petrus 4:6 dikatakan, “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.” Dan perlu kita sadari pula bahwa Allah memanggil dan memilih kita sebelum dunia dijadikan, seperti yang tertulis dalam Efesus 1:4, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapanNya.” Dalam meresponi segala apa yang menjadi hasrat Tuhan dan perwujudannya, maka hendaknya kita senantiasa mengucap syukur.
Dan sebagai respon kita selanjutnya, maka kita harus turut ambil bagian dalam pemberitaan Injil supaya hasrat Tuhan dan perwujudannya dapat diterima oleh setiap manusia. Kita dipanggil untuk menjadi utusan Allah dalam memberitakan Injil bukanlah suatu pilihan tetapi keharusan, supaya apa yang menjadi hasrat Tuhan dan perwujudannya tidak menjadi sia-sia.
Sebagai pesan terakhir adalah : biarlah kita semakin membangun kerohanian kita sampai mencapai kedewasaan yang penuh, sehingga kita dapat memahami hasrat dan perwujudan kasih Tuhan. 

Amin.

Tetap Berpegang Teguh Pada Janji Tuhan




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ibrani 10:35-39 “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.

Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”
Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian dibawa pimpinan Musa, mereka telah banyak mengalami mujizat. Dari sekian banyak mujizat yang dialami oleh bangsa Israel saat keluar dari Mesir, diantaranya : melintasi laut Kolsom, laut Teberau yang terbelah dan lain sebagainya. Selain itu, sepanjang perjalanan menuju tanah perjanjian, mereka berada dalam tuntunan Tuhan melalui tiang awan dan tiang api.
Dan sebelum bangsa Israel masuk dalam tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan, ada dua belas orang yang diutus untuk mengintai negeri tersebut (Bilangan 13:4-15).
Yang dimaksud kata mengintai disini adalah bahwa kedua belas yang diutus tersebut harus memiliki visi. Sebab apabila seseorang tidak memiliki visi, maka orang tersebut tidak akan mengalami suatu perubahan atau perkembangan dalam hidupnya. Dari kedua belas pengintai tersebut adalah pemimpin dari  masing-masing suku Israel (Bilangan 13:2). Dan kedua belas suku tersebut adalah keturunan daripada Yakub. Sehingga keturunan Yakub merupakan titik tolak daripada tersebarnya berkat Tuhan, karena ketika Allah memberkati Abraham hanya bersifat perorangan, termasuk pada generasi berikutnya yaitu Ishak, dan generasi selanjutnya adalah Yakub.
Tetapi setelah Yakub mempunyai dua belas anak, maka terbentuklah dua belas suku, dan dua belas suku terbentuk lagi suatu etnis, sehingga Israel menjadi suatu bangsa dan selanjutnya bangsa ini menjadi umat Tuhan. Terjadinya suatu bangsa dan umat Tuhan ini, karena Tuhan telah berjanji kepada Abraham dengan sumpah, dan Tuhan bersumpah atas diriNnya sendiri, seperti yang tertulis dalam Ulangan 1:8 “Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya.” Dan sumpah atau janji ini tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel saja, tetapi berlaku bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus, karena dalam Galatia 3:29 dituliskan : “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.”

Dan ada hal yang harus diyakini, yaitu bahwa janji Tuhan bukanlah halusinasi, tetapi janji Tuhan itu adalah benar-benar nyata, seperti yang diungkapkan oleh raja Daud dalam Mazmur 40:2, katanya : “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.” Dengan melalui pernyataan dari raja Daud ini, biarlah roh kita semakin diteguhkan dan menyala-nyala dalam melayani atau mengiring Tuhan, walaupun banyak tantangan dalam kehidupan kita. Karena semakin besar tantangan yang kita hadapi, maka semakin besar pula mujizat yang akan kita dapatkan dari Tuhan. Selain itu, janji ini tidak akan dapat kita peroleh, jikalau dalam diri kita tidak ada suatu tindakan atau langkah untuk mendapatkannya. Dan langkah-langkah kita tidak selalu berjalan mulus, sebab banyak tantangan yang menghalangi; baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam.
Tetapi biarlah kita tetap percaya bahwa kita akan sanggup mencapai visi yang sudah diberikan kepada kita. Janganlah kita seperti sepuluh orang dari dua belas pengintai tersebut. Mereka sangat pesimis untuk dapat memperoleh apa yang sudah Tuhan janjikan; padahal mereka belum melakukan suatu tindakan. Mereka sudah kalah sebelum berperang, karena mereka terpengaruh oleh tantangan yang ada didepannya. Kesepuluh pengintai telah melemahkan iman umat Tuhan dengan cara membesar-besarkan persoalan, katanya : “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” Dan akibat sikap daripada sepuluh pengintai tersebut, telah membuat bangsa Israel atau umat Tuhan menjadi bersungut-sungut terhadap Tuhan (Bilangan 14:1-2). Mereka sudah tidak menghiraukan segala apa yang sudah dijanjikan oleh Tuhan.
Namun diantara kedua belas pengintai tersebut, ada dua orang yang tetap percaya bahwa mereka akan masuk dan menduduki tanah perjanjian, kedua orang ini tetap teguh memegang janji Tuhan. Kedua pengintai ini telah berusaha menentramkan hati bangsa Israel yang mulai tawar. Tetapi apa yang terjadi ?. Bangsa Israel tidak menjadi tenteram tetapi mereka justru melecehkan atau meremehkan apa yang dikatakan oleh Yosua dan Kaleb, bahkan mereka marah terhadap Musa yang telah membawa keluar dari tanah perbudakan.

Hal ini seperti yang dialami oleh Tuhan Yesus ketika hendak pergi ke rumah Yairus (kepala rumah ibadat), karena anaknya sedang sakit keras dan hampir mati. Pada waktu Tuhan Yesus sudah sampai di rumah Yairus, ternyata anak ini sudah meninggal. Lalu, Yesus berkata kepada Yairus supaya ia tidak takut. Lalu Tuhan Yesus berkata bahwa anak ini tidak mati melainkan tidur, tetapi orang yang berada disana telah menertawakan. Saudara, kadang-kadang hal ini juga terjadi dalam kehidupan kita. Dimana ketika kita meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan, justru orang-orang sekitar kita menertawakan karena mereka menganggap bahwa kita tidak waras. Tetapi percayalah bahwa segala sesuatu yang kita imani pasti akan terjadi asalkan kita tetap memegang teguh janji dan sumpah telah diucapkan oleh Tuhan.  

Amin

Thursday, August 29, 2013

Jalan Naik




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra


“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
(Roma 6:23)
Setiap orang pasti ingin mengalami apa yang disebut dengan peningkatan atau perkembangan. Baik itu secara rohani maupun secara jasmani. Sehingga setiap orang berusaha dengan segala kemampuannya untuk menggapai semuanya itu. Tetapi seluruh upaya manusia adalah sia-sia, sebab semua manusia telah jatuh dalam dosa. Dan ayat bacaan diatas yang mendasari pemahaman kita terhadap arti daripada kehidupan manusia.
Saudara, dalam ayat bacaan diatas terdapat adanya dua hal yang bertolak belakang, yaitu kematian yang kekal  (maut) dan kehidupan yang kekal. Dari masing-masing hal ini ada penyebabnya. Yang pertama yaitu kematian kekal, disebabkan oleh pelanggaran manusia terhadap perintah Allah (jatuh dalam dosa), sedangkan kehidupan yang kekal semata-mata oleh karena kasih karunia Allah dalam Kristus Yesus. Dan saat ini kita akan membahas kedua hal diatas secara detail.
Upah dosa ialah maut.
Saudara, perlu kita ketahui bahwa transisi dari dosa menuju maut akan didahului oleh kemiskinan, berbagai macam cobaan, tekanan hidup, sakit penyakit, kebangkrutan, sampai mencapai titik yang terberat tanpa adanya pengharapan. Dan transisi ini dapat daiibaratkan seperti orang yang sedang berjalan pada tangga yang menurun.
Demikian halnya jalan hidup semua manusia pada umumnya yaitu berjalan menurun; walaupun ada orang yang tampak (secara kasat mata) jalan hidupnya naik karena dipenuhi dengan harta kekayaan secara duniawi, tetapi sebenarnya jalan hidupnya menurun yang diakhiri dengan kematian. Dan melalui pernyataan ini mungkin timbul pertanyaan : mengapa ada orang percaya (Kristen) mengalami berbagai macam pergumulan seperti yang tertera diatas ? Saudara setiap orang bisa mengalami hal demikian karena manusia telah kehilangan kemuliaan Allah,  tetapi bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus pasti dapat menang terhadap semua pergumulan itu, sebab semua kutuk itu telah ditanggungNya pada dua ribu tahun yang lalu yaitu di bukit golgota.

Apabila berbagai macam pergumulan itu menimpa orang percaya (Kristen), itu semua atas seijin Tuhan yang bertujuan untuk membangun iman kita dan bukan untuk mencelakakan kita.
Karunia Allah ialah hidup yang kekal.
Dalam keadaan seperti diatas (upah dosa adalah maut), maka Allah tidak tinggal diam, karena itu bukan rencana Allah terhadap manusia. Tetapi yang Allah lakukan adalah Ia mengutus putraNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk turun kedalam dunia dan membawa manusia hidup dalam rencana Allah. Karena sejak kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka langkah kita tidak berjalan pada “tangga yang menurun” tetapi berjalan pada “tangga yang naik”. Dalam proses ini terjadi pemulihan, baik dalam rumah tangga, usaha, keluarga dan lain sebagainya. Dan langkah-langkah kita setiap hari diperbaharui sampai menuju pada kehidupan yang kekal.

Memang, sementara masuk dalam proses, kehidupan kita tidak akan berjalan mulus seperti yang kita harapkan, sebab dalam firman Tuhan telah dikatakan bahwa dalam dunia ini banyak onak dan duri (pergumulan hidup), tetapi kita tidak perlu kuatir karena kita memiliki pengharapan yang tidak tergoyahkan yaitu Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ketika kita hidup ditengah-tengah krisis yang berkepanjangan disertai dengan berbagai macam kejahatan termasuk bencana alam, namun kasih karunia Allah sanggup memelihara dan melindungi hidup kita. Sebab melalui keadaan seperti inilah Allah ingin menunjukkan kuasaNya terhadap dunia bahwa anak-anakNya sedang dituntun menuju “tangga yang naik”.

Lalu, langkah-langkah apakah yang kita ambil untuk tetap hidup dalam kasih karunia Allah ? langkah yang kita ambil adalah langkah iman dan perbuatan. Sebab firman Tuhan berkata : “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” (Yakobus 2:22). Langkah rohani (iman) ini merupakan hal yang utama sebelum kita melangkah secara jasmani. Keduanya sama-sama penting dan berlaku dalam kehidupan ini, sebab kita hidup dalam dua dimensi (rohani dan jasmani). Dan orang yang beriman senantiasa melangkah maju (Ibrani 10:37-39). Dan saat ini kita melihat langkah-langkah tersebut :

Pertama, langkah Iman (Efesus 3:14-21).

Langkah ini merupakan fondasi dalam kehidupan kita yaitu : 1. Percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 15), 2. Roh Kudus, yang kaya, kuat itu berserta dengan kita (ayat 16), 3. Berakar dan berdasar di dalam kasih, sebab Allah sangat mengasihi kita (ayat 17). Ketika kita masuk dalam ketiga fase tersebut maka kita akan dapat memahami betapa lebar, panjang serta dalamnya kasih Kristus kepada kita. Untuk itu jangan sampai kita membuat kesalahan yaitu kembali pada kehidupan yang lama (hidup dalam dosa). Sebab, kalau kita berdosa, maka langkah kita menurun. Tetapi hidup kita harus melangkah naik sampai kita dipenuhi dengan kepenuhan Allah (ayat 18-19), karena di dalam diri kita ada kuasa yang bekerja secara luar biasa (ayat 20-21).

Kedua, langkah perbuatan.

Dalam Yakobus  2:26 dikatakan : “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Dari ayat ini menunjukkan bahwa iman selalu berjalan bersama-sama dengan perbuatan. Karena perbuatan itu merupakan refleksi daripada iman, seperti yang tertulis dalam Yakobus  2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata : "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." Jadi iman itu akan tampak apabila ada perbuatan.
Saudara, langkah perbuatan ini kerapkali terhalang oleh kepentingan pribadi kita, tetapi bukan berarti kita tidak mempedulikan pribadi kita. Maksudnya yaitu : banyak orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang lain, sehingga yang menjadi pusat perhatian dalam hidupnya ini adalah dirinya sendiri. Bukankah kita dipanggil dan dipilih untuk menjadi terang dan garam dunia. Dan apabila terang itu tidak bercahaya maka manusia tetap berada dalam kegelapan yang pada akhirnya menuju pada kebinasaan, dan apabila garam itu tidak asin, maka garam itu akan dibuang dan dinjak-injak orang.
Oleh sebab itu, biarlah kedua langkah-langkah diatas merupakan bagian dalam kehidupan kita, supaya kita tetap berada dalam kasih karunia Allah dan dibawa menuju “jalan yang naik”.

 Amin

Monday, June 3, 2013

Kesempatan





Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Setiap orang tentunya memiliki suatu kesempatan dalam kelangsungan hidupnya untuk mencapai sesuatu, termasuk kita sebagai orang percaya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melayani, diberkati serta diberikan kuasa untuk menikmati segala berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Kitab Pengkhotbah menjelaskan bahwa ada perbedaan antara orang dunia dengan anak-anak Tuhan yang telah lahir baru.
Dan saat ini kita akan melihat beberapa perbedaan antara orang dunia dengan anak Tuhan terutama dalam hal kesempatan.

Kesempatan Bagi Orang dunia
1. Kesempatan yang ada pada orang dunia adalah suatu kehidupan yang sia-sia, karena kenangan dari masa lampau mereka tidak ada, demikian juga kenangan dari masa depan mereka juga tidak ada. (Pengkhotbah 1:11). Dalam hal ini menunjukkan bahwa betapa malangnya kehidupan mereka, karena tidak ada sesuatu yang dapat dibanggakan.

2. Kesempatan yang mereka dapatkan hanyalah menjalani suatu nasib yang tidak ada bedanya dengan binatang. Artinya bahwa manusia dan binatang harus menghadapi kematian yang tidak berlanjut pada kebahagiaan yang kekal. Karena tubuh orang dunia yang tidak memiliki Roh Kristus, saat dia mati maka jasadnya akan kembali menjadi debu, seperti halnya seekor binatang. (Pengkhotbah 3:19-20).

3. Mereka tidak ada kesempatan mendapatkan kuasa untuk dapat menikmati kekayaan dan kemuliaan yang diperolehnya. Mereka bersusah payah mencari kekayaan tetapi pada akhirnya dihabiskan oleh anak-anaknya, bahkan tidak sedikit diantara mereka terjadi perebutan warisan, bahkan mereka tega membunuh saudaranya sendiri. Hal ini juga merupakan kesia-siaan. (Pengkhotbah 6:1-3).
Dari beberapa penjelasan di atas menegaskan bahwa kesempatan yang ada pada orang dunia adalah hidup yang sia-sia dan tidak ada pengharapan.

Saudara, sekarang kita lihat lewat kebenaran Firman Tuhan tentang kesempatan apa yang diberikan Tuhan kepada orang percaya, yaitu orang-orang yang sudah menjadi milik Kristus.

KESEMPATAN BAGI ANAK-ANAK TUHAN


Dalam Pengkhotbah Pasal 3:10-11, telah terkandung suatu janji, dimana kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita adalah indah dan kekal. Dan segala sesuatu yang dikerjakan Allah itu indah pada waktunya, tetapi semuanya itu tidak lepas dari kesetiaan kita dalam mengiring dan melakukan kehendakNya. Jadi saudara-saudara, apapun kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita biarlah kita gunakan semaksimal mungkin, karena kesempatan yang sama tidak dapat terulang kembali; baik dalam hal pekerjaan bisnis maupun pelayanan.
Mungkin saat ini kita belum mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan pengharapan kita, tetapi percayalah bahwa Tuhan mengerjakan indah pada waktunya, sebab kasihNya sudah dicurahkan melalui kuasa Roh KudusNya. Oleh sebab itu pergunakan kesempatan yang ada sebab pengharapan kita tidak mengecewakan (Roma 5:5). Dari ayat yang sama kita juga diingatkan oleh Firman Tuhan bahwa kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita sebagai anak-anakNya adalah bersifat kekal, artinya pelayanan kita bersifat jangka panjang, bisa langgeng. Demikian juga  bisnis dan pekerjaan kita masing-masing, bahkan bagi saudara yag sudah menikah, hidup perkawinan saudara akan diberkati Tuhan senantiasa.

Bahkan yang terlebih indah dari semua itu adalah bahwa kita semua orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus akan hidup kekal selama-lamanya bersama Dia di surga. Puji Tuhan, ini menunjukkan bahwa kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita, bahwa anak-anak Tuhan adalah sukses di dunia dan di surga.
Kalau kita lihat kehidupan Tuhan Yesus sendiri, hidup normalnya sebagai manusia memang cukup lama yaitu tiga puluh tahun, tetapi kesempatan untuk berkarya atau melayani yang diberikan oleh Bapa-Nya hanya tiga setengah tahun saja, tetapi Yesus telah mencapai jauh lebih banyak serta memberikan pengaruh lebih besar dari manusia mana pun yang pernah hidup di muka bumi ini. Oleh sebab itu, mungkin diantara kita ada yang baru menerima Tuhan, janganlah kita merasa tua atau tidak berguna, selama kesempatan itu sudah diberikan Tuhan, berapa pun lamanya waktu yang Tuhan berikan , percayalah bahwa Dia akan jadikan hidup dan karya kita menjadi indah serta kekal. Ini artinya Tuhan akan berikan kesuksesan bagi kita sebagai anak-anak Tuhan yang dikasihi-Nya.

Dalam Pengkhotbah Pasal 3 ayat  11, Firman Tuhan berkata bahwa segala sesuatu indah pada waktunya, namun sayangnya manusia tidak bisa menyelami pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Karena keterbatasan  kita dalam menyelami pekerjaan Tuhan dalam hidup kita, maka hal ini menyadarkan kita untuk tetap percaya kepada-Nya, bahwa FirmanNya tidak berubah. Jadi sekali Tuhan katakan bahwa kesempatan kita indah dan kekal, kita harus mengucap syukur bahwa Dia buat perbedaan antara kita yang adalah milik-Nya dengan orang-orang dunia yang bukan milik-Nya.Walau kelihatannya di depan kita ada sesuatu yang gelap, kita tahu dan percaya bahwa terang Firman-Nya akan terus menerangi serta menguatkan hati kita sampai kita mendapati janji Tuhan ini digenapi dalam hidup kita.
Oleh sebab itu kita yang sudah lahir baru, dipenuhi oleh Roh-Nya, walau kita mati sekalipun secara tubuh, masih ada kesempatan untuk dibangkitkan dengan tubuh kebangkitan. Jadi kita lihat disini bahwa bagi kita anak-anak Allah, ada kesempatan di masa sekarang juga ada kesempatan  bagi kita di masa mendatang.

Lewat kebenaran Firman Tuhan dalam Yesaya 38:1-8,……. telah diceritakan tentang Raja Hizkia yang sakit, kita bisa simpulkan bahwa Hizkia sesungguhnya tidak lagi punya kesempatan untuk sembuh dan sekaligus tidak punya kesempatan untuk hidup. Tetapi karena tangisan serta permohonan Hizkia, kesempatan untuk hidupnya diperpanjang oleh Tuhan selama 15 tahun. Dan lewat kebenaran firman Tuhan ini membuktikan bahwa kasih karuniaNya sangat berlimpah, dan percayalah bahwa tidak ada yang mustahil bagiNya dan juga tidak ada yang mustahil bagi mereka yang percaya kepadaNya, karena apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Tuhan.

Saudara setiap kita telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk hidup dan berkarya, tetapi apakah kita tahu sampai kapan kesempatan itu diberikan kepada kita ? Yang terpenting bukanlah berapa lama kesempatan yang akan kita jalani, namun seberapa besar respon kita terhadap kesempatan yang ada. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah : “apakah yang harus kita lakukan agar hidup kita tetap indah dan kekal, dalam arti sehari-harinya sukses ? sebagai jawabannya, mari kita membaca Pengkhotbah 9:10-12. Disini firman Tuhan memberikan petunjuk yaitu supaya kita mengerjakan segala sesuatu dengan sekuat tenaga, artinya segala kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk hidup, berkarya dan melayani Dia, seharusnya kita respon dengan segala tanggung jawab serta kita kerjakan dengan sebaik-baiknya untuk kemuliaan Tuhan.  

Amin

Thursday, May 30, 2013

Gereja Yang Bertumbuh



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra


Sejalan dengan majunya jaman, maka gereja harus mengalami pertumbuhan. Dan pertumbuhan gereja ini tidak hanya kwantitas tetapi juga kwalitas. Ada beberapa karakter yang dimiliki oleh gereja yang bertumbuh, yaitu :

1. Koinonia  (Kumpulan orang-orang yang mengikatkan diri dalam persekutuan dengan Allah).

Kita telah dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk dijadikan umat yang kudus dan melakukan perkara-perkara yang besar. Oleh sebab itu kita harus mengikatkan diri dalam persekutuan dengan Allah, karena Allah akan mengikatkan diriNya dengan kita pula, supaya keberhasilan itu menjadi nyata (I Korintus 1:2)

Pada saat kita mengikatkan diri dengan Kristus, maka kita akan diangkat dalam satu level berkat tertentu. Apa yang dimaksudkan mengikatkan diri dengan Tuhan ? Yang dimaksud mengikatkan diri dengan Tuhan adalah memiliki hubungan yang intim dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Contohnya : Ketika orang Israel dibawa keluar dari Mesir dan melawati padang pasir, maka mau atau tidak mau mereka harus mengikatkan diri dengan Allah karena di padang pasir tidak ada makanan dan minuman seperti di Mesir. Perjalanan dari Mesir menuju Kanaan sebenarnya tidak lebih dari 20 hari, tetapi mengapa sampai 40 tahun lamanya sehingga dalam perjalanan banyak yang mati ?.

Dibalik perjalanan yang cukup panjang ini Tuhan mempunyai maksud yang indah, yaitu supaya orang Israel saat dipimpin keluar dari tanah Mesir menuju ke Kanaan mendapat pelajaran dari Tuhan untuk bisa memelihara perasaan, pikiran dan kehendak Tuhan.
Demikianlah kehidupan kita, mungkin saat ini kita sedang bergantung pada lingkungan kita, misalnya bergantung pada kekayaan orang tua, bergantung pada pekerjaan yang bagus atau bergantung dengan hal yang lainnya. Tetapi perlu kita ingat bahwa kita adalah orang-orang yang eklesia yaitu orang-orang yang dipanggil dari dunia ini untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan Yesus Kristus. Karena kalau kita menggunakan pikiran, kehendak dan perasaan kita sendiri maka kita akan tersesat di padang pasir. Karena dunia ini sebenarnya adalah padang pasir.

Bentuk nyata pimpinan Tuhan terhadap bangsa Israel yaitu Musa telah diperintahkan Tuhan untuk membuat Tabernakel (Bilangan 9:15). Dan kemah suci pada zaman Musa hanya ada satu, sedangkan umat yang mengikuti Musa kurang lebih tiga juta orang. Pada saat mereka beribadah, para imam-imam melayani mulai dari mezbah bakaran, kolam basuhan, pelita emas dan roti pertunjukan. Mereka masuk ke halaman dan mereka percaya akan penebusan dosa dalam wujud kolam basuhan (baptisan). Lalu mereka masuk dalam ruang suci, yang pertama  terdapat mezbah dupa (perasaan Tuhan), lalu meja roti pertunjukan (pikiran Kristus), lalu pelita emas (kehendak Tuhan). Kemudian imam itu menghadap tirai yang tebal sampai mendengar firman Tuhan dari ruang maha suci. Setelah para imam itu mendengar firman Tuhan maka mereka keluar dan menyampaikannya kepada jemaat.

Demikianlah dalam kehidupan kita, kalau kita benar-benar mengikatkan diri dengan Tuhan dan mau dipimpin oleh Tuhan, maka kita akan sampai pada tujuan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan yaitu hidup dalam kesuksesan, kebahagian dan kedamaian. Oleh sebab itu jangan sekali-kali mendukakan Roh Kudus karena Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri. Karena pada waktu kita menghormati Roh Kudus maka urapan Allah itu akan turun atas kita. Tetapi acapkali kita sering menyinggung perasaanNya dengan cara membawa tubuh ini ke dalam dosa. Lalu bagaimana kita bisa melayani Tuhan kalau kita tidak bisa memahami perasaanNya. Jadi orang yang bisa memahami dan melayani perasaan Tuhan dapat disamakan seperti hubungan antara suami dan istri (Efesus 5:32).

2. Diakonia (Kumpulan orang-orang yang saling melayani).

Galatia 6:10 ”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Pelayanan diakonia itu sebenarnya membuat kita berbahagia. Memang, kalau kita menilai secara fisik maka perbuatan kita tidak untung karena sebagian apa yang kita miliki harus berkurang. Tetapi akhir dari perbuatan yang kita lakukan akan menghasilkan buah yang luar biasa. Sebab, apa yang kita tabur tidak akan sia-sia tetapi akan menjadi berlipatkaliganda. Misalnya : seseorang mengalami sakit parah dan membutuhkan pertolongan, lalu kita mau berkorban. Maka segala perbuatan kita akan diperhitungkan oleh Tuhan (Ulangan 1:10). Allah tidak mau dipiutangi. Pelayanan diakonia di masa sekarang ini sangat langka, karena dalam kondisi yang sulit ini manusia cenderung untuk memikirkan dirinya sendiri atau sekelompok orang saja. Untuk itu, selama masih ada kesempatan marilah kita berlomba untuk berbuat baik terhadap saudara kita yang lemah, karena hal itu merupakan wujud sebagian dalam mengasihi sesama.

3. Marturia (Memberitakan Injil, atau menyampaikan kabar baik).


Gereja dikatakan exist apabila semua jemaatnya menyampaikan kabar baik kepada semua umat manusia, terutama bagi mereka yang belum diselamatkan. Memberitakan Injil bukanlah tugas pendeta saja, tetapi tugas semua orang yang percaya dan yang sudah diselamatkan oleh Tuhan. Marturia (memberitakan Injil) bersifat wajib (Matius 28:19-20). Tetapi janganlah takut, karena apabila kita memberitakan Injil maka kita akan
diperlengkapi dengan kuasa Tuhan, karena di dalam diri kita ada sesuatu yang ilahi (Markus 16:15-17). Tetapi sebaliknya apabila kita tidak memenuhi kewajiban itu maka kita harus memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan atas nyawa orang yang belum diselamatkan (Yehezkhiel 33:6). Bukankah kita dipanggil dan dipilih tidak sekedar untuk diselamatkan tetapi kita ditetapkan sebagai pembawa kabar baik yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus. Mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “bagaimana aku dapat memberitakan Injil sedangkan akau tidak pandai bicara ?”. Saudara, memberitakan Injil itu bukan soal pandai atau tidak pandai bicara, melainkan mau atau tidak untuk memberitakannya. Pemberitaan Injil yang konkrit adalah melalui sikap hidup kita. Apakah sikap hidup kita sudah mencerminkan pribadi Yesus. Apabila kita mengaku percaya kepada Yesus maka hidup kita wajib seperti Yesus hidup. Apa artinya kita pandai berbicara tetapi hidup kita tidak mencerminkan sebagai anak-anak Tuhan ?. Perlu kita ketahui bahwa hidup kita adalah suratan yang terbuka; setiap orang dapat membaca kebenaran melalui sikap hidup kita sehari-hari.

 Amin.
 

Hidup Dalam Lindungan Tuhan




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ayat Bacaan : Mazmur 91:1-16


Yang mendasari Raja Daud menulis dalam pasal ini yaitu karena ia memperhatikan kehidupan Musa bersama orang Israel, tatkala Musa membawa orang Israel keluar dari Mesir, dan dia meneliti bagaimana Allah melindungi bangsa Israel. Dan perlindungan ini berawal daripada Abraham; dimana Allah pernah berjanji yang disertai dengan sumpah untuk melindungi Abraham dan seluruh keturunannya, termasuk diri kita yang merupakan keturunan dari Abraham, sebab kita telah percaya pada Kristus. Oleh karena itu perlindungan itu mutlak diberikan kepada umat pilihanNya, sebagaimana Allah melindungi Abraham, Ishak dan Yakub, sampai kepada Daud. Dan Daud mempunyai bukti bahwa Allah sungguh melindunginya. Dan pada akhirnya Daud menulis Mazmur 91 ini yang merupakan bukti dari perlindungan Allah.

Dalam kitab Mazmur pasal 91 terbagi menjadi 3 bagian :


Yang pertama ayat 1-2,  merupakan bukti perlindungan Allah, dan Daud percaya akan hal ini.

Dalam ayat tersebut terdapat kata-kata “yang kupercayai”, kata ini menunjukkan adanya suatu iman dalam diri Daud. Saudara, Mazmur 91 ini telah di tulis 1010 tahun  sebelum Masehi. Dan kita percaya bahwa firman Allah tidak berubah dari dulu sekarang dan selamanya. Kalau raja Daud pada waktu itu dilindungi oleh Allah karena percaya. Dan apabila kita ingin mendapatkan perlindungan Allah maka kita harus memiliki iman, karena iman merupakan dasar/fondasi dalam kehidupan kita, seperti yang tertulis dalam Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Oleh karena itu janganlah kita kuatir dan takut dalam menjalani hidup ini, sebab segala yang kita harapkan telah terbukti walaupun kita belum melihat. Sebab oleh imanlah akan ada kesaksian.

Yang Kedua ayat 3-13, Karena Daud berharap maka Allah membuktikan perlindunganNya.

Perlu kita perhatikan bahwa pada bagian yang kedua ini yaitu pada ayat 7-13 telah terdapat kata-kata “akan”. Yang mana kata ini menunjukkan suatu pernyatakan daripada Tuhan yang akan menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan orang-orang percaya yang memiliki suatu pengharapan. Pernyataan Allah ini sungguh luar biasa, sebab pernyataan ini benar-benar mutlak untuk melindungi kita semua. Memang, dalam bagian kedua ini bersifat “akan” (sesuatu yang belum terjadi), oleh karena itu hidup kita harus penuh dengan pengharapan. Dan apabila kita melihat perjalanan hidup Abraham bersama Tuhan, maka kita akan melihat adanya suatu nilai hidup yang dimuati dengan pengharapan. Dimana janji Tuhan yang ditujukan kepada Abraham untuk menjadi bangsa yang besar tidak langsung didapatkan oleh Abraham, karena Allah ingin melihat seberapa besar pengharapan Abraham terhadap Tuhan, sampai pada akhirnya Abraham mendapatkan apa yang telah dijanjikan Tuhan kepadanya yang disertai dengan sumpah (Ibrani 6:13-20).

Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita masih punya pengharapan pada Tuhan ? atau kita sudah mulai bergantung pada kekayaan, jabatan, kedudukan atau hal yang lain ? Maka ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah lalai akan janjinya, sebab firman Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia. Oleh sebab itu tetaplah berharap kepada Tuhan, sebab pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yang dilabuhkan sampai dibelakang tabir. Mungkin timbul pertanyaan, apa yang ada di belakang tabir ? yang ada dibelakang tabir adalah Allah, sebab dibelakang tabir adalah ruang maha suci; dan tabir ini merupakan hadirat Allah. Saudara, kalau kita percaya akan hal ini maka iman dan pengharapan kita akan menjangkau hadirat Tuhan. Dan perlu kita renungkan bahwa kita tidak sekedar menjangkau atau menyentuh hati Tuhan, tetapi kita percaya dan berharap bahwa Allah akan melindungi kita. Jadi, bukan percaya saja, tetapi kita juga harus memiliki pengharapan, sebab Allah membuat pernyataan ini disertai dengan sumpah.

Dan dalam ayat berikutnya, yaitu Mazmur 91:3 terdapat kata “jerat penangkap burung”. Lalu, apakah wujud/kejadian yang dialami oleh orang yang terkena jerat burung. Contoh yang sederhana yaitu : suatu ketika ada seseorang yang mengendari motor melintasi rel kereta api namun tiba-tiba mesin kendaraan mati persis ditengah-tengah rel kereta, sedangkan kereta api sedang lewat. Orang tersebut berusaha untuk menyalakan mesin tetapi tidak nyala juga, sedangkan kereta semakin dekat. Sebenarnya ia dapat terhindar dari maut yaitu dengan jalan meninggalkan motornya, tetapi hal itu tidak pernah terpikirkan, sehingga maut merenggut nyawanya. Inilah merupakan gambaran daripada orang yang terkana jerat penangkap burung (kuasa kegelapan). Dan dalam ayat berikutnya dikatakan : Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang,  atau terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang (Mazmur 91:5-6).  Kemudian ayat selanjutnya dikatakan : Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.
Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik (Mazmur 91:7-8). Yang dimaksud ayat ini yaitu : bahwa segala sesuatu (malapetaka) boleh terjadi namun sekali-kali tidak akan menimpa kita termasuk keluarga kita, sebab TUHAN ialah tempat perlindungan kita, dan Yang Mahatinggi telah menjadi tempat perteduhan kita (Mazmur 91:9-10), dan malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya untuk menjaga di segala jalan kita dan malaikat-malaikatNya akan menatang kita di atas tangannya, supaya kaki kita jangan terantuk kepada batu (Mazmur 91:11-12). Bahkan Singa dan ular tedung akan kita langkahi, kita  akan menginjak anak singa dan ular naga (Mazmur 91:13). Dan dalam ayat 13 ini berbicara tentang spirit. Perlu kita ketahui pula bahwa roh jahat tidak bisa kita lawan dengan fisik; tetapi syukur bahwa dunia roh yang digambarkan sebagai ular tedung, singa dan ular naga yang mengganggu kita akan dikalahkan, sebab malaikat Tuhan telah diperintahkan untuk melindungi kita. Saudara, spirit harus dilawan dengan spirit, dan kita percaya siapa yang ada dipihak Allah pasti akan menang.

Yang Ketiga ayat 14-16, Dengan pengalaman itu hati Daud melekat dan mengasihi Allah, karena ia benar-benar membuktikan perlindungan Allah dinyatakan dalam hidupnya.

Bagian yang ketiga terdapat adanya suatu muatan kasih; dimana pada Mazmur 91:14 dikatakan “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.” Arti kata melekat ini adalah : suatu muatan kasih. Bahkan dalam Kidung Agung digambarkan bahwa kekuatan kasih/cinta itu seperti maut. “. . . . . . karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!” (Kidung Agung 8:6). Oleh karena itu, marilah kita mengasihi Tuhan lebih sungguh-sungguh lagi, sebab selain kita mendapat perlindungan dari Tuhan, kita akan mendapat jawaban dari Tuhan atas segala sesuatu yang kita harapkan dan Diapun menyertai kita dalam kesesakan, bahkan ia meluputkan kita dari malapetaka serta memuliakan kita. Dan disamping itu Allah akan memberikan panjang umur yang disertai dengan kebahagian (Mazmur 91:15-16).  

Amin.

Hidup Dalam Kehendak Allah




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Di dalam Injil Yohanes, khususnya dalam pasal 3, ayat ke-16 merupakan penggenapan daripada nubuatan yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya sejak + 750 tahun sebelum Yesus lahir. Dan untuk mengetahui nubuatan yang telah disampaikan tersebut, marilah kita membaca di dalam Kitab Yesaya 53:1-12 yang merupakan perenungan bagi kita saat ini.
Dari ayat perenungan ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Kehendak Allah

Yesaya 53:10 “Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”
Saudara, penderitaan sampai pada kematian yang dialami oleh Yesus merupakan kehendak Allah, yang tidak bisa dibatalkan oleh siapapun. Dan kehendak Allah ini merupakan perwujudan kasih Allah terhadap isi dunia ini, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16. Cinta Allah terhadap manusia mengandung muatan kasih dan bersangkutan dengan maut, seperti yang tertulis dalam kidung agung.
Dimana telah dikatakan bahwa cinta kuat bagaikan maut. Sebagai contoh : Ada banyak orang karena putus cinta maka maut menjemputnya. Ada orang yang menjalani kasih sayang mengalami maut juga. Tuhan mengasihi dunia ini, supaya barangsiapa yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tetapi sayangnya, banyak orang menolak dan melecehkan Tuhan Yesus; tetapi puji syukur, dari jutaan orang kita telah dipilihNya. Dimana sejak kita diselamatkan, bertobat, dibaptiskan dan lahir baru, maka kita mulai berjalan dengan iman. Sebelumnya kita hanya sekedar hidup secara positif thinking (pikiran positif) dan bukan berjalan dengan iman. Dan oleh karena kita percaya Yesus maka kita memiliki pengharapan yang pasti. Berapa banyak pengharapan seseorang itu sifatnya hanya mudah-mudahan. Tetapi dalam nama Yesus bukan mudah-mudahan tetapi pasti diselamatkan. Saudara, kalau di dunia beranggapan bahwa kasih itu merupakan suatu filsafat yang tidak pernah tercapai, tetapi kasih Allah dalam Yesus sudah dibuktikan melalui pengorbananNya di atas kalvari. Kehendak Tuhan itu mutlak, dan kita berada dalamnya.

Pada waktu Adam dan Hawa menjual dirinya kepada iblis maka iblis berkuasa melalui manusia, dan perbuatan iblis dijabarkan melalui kehidupan manusia, sehingga sifat manusia seperti iblis. Pada jaman Musa Allah menurunkan sepuluh hukum Allah untuk menahan perbuatan iblis melalui manusia. Tetapi  tidak ada manusia yang sanggup melakukan sepuluh hukum Allah, sehingga pada akhirnya manusia tetap jatuh dalam dosa. Namun puji Tuhan, oleh karena Yesus Kristus yang lahir dari firman dan Roh telah menjadi juru selamat kita, dan setiap orang percaya dalam namaNya akan dimeteraikan dengan Roh Allah. Dan sejak itu kita dipimpin oleh Roh Kudus menuju masa depan yang baik.
Saudara, setiap orang senantiasa merindukan kehendak Allah terjadi dalam kehidupannya, tetapi kadang-kadang mereka tidak sadar bahwa mereka sendirilah yang membatalkannya melalui pemberontakan terhadap pimpinan Roh Kudus. Dan orang yang memberontak atau menghujat Roh Kudus tidak ada pengampunan baik di dunia ini maupun di akherat. Oleh karena itu relakanlah diri kita dipimpin oleh Roh Kudus.  Sebab ketika Tuhan Yesus ada di dunia ini untuk menggenapkan firman Allah, Ia taat sepenuhnya.

2. Ketaatan

Ayat 7-8 “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya . . . . .”
Dari ayat diatas telah tampak bahwa Yesus banyak mengalami penderitaan secara fisik, tetapi secara roh kuasa Allah sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan Yesus. Segala penderitaan yang dialami oleh Yesus telah didasari oleh ketaatanNya, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Secara fisik dalam diri Yesus tidak ada hawa nafsunya. Tatkala Ia dicobai iblis yaitu mengenai keserakahan, kesombongan, maupun hawa nafsuNya, Dia tetap berada dalam posisi tidak mendukakan Roh Kudus, sehingga m
unculnya kuasa Allah dalam diri Yesus sangat sempurna. Hal ini nyata melalui tidak ada satu penyakit yang tidak Ia sembuhkan, dan segala mujizat terjadi melalui kehidupan Yesus.
Saudara, apabila kita membaca surat Roma 8:6-11 maka kita tidak bisa lagi hidup dalam kedagingan. Sebab orang yang hidup dalam kedagingan tidak akan berkenan kepada Allah. Roh Allah yang ada dalam kehidupan kita akan muncul jikalau kita taat. Tujuan dari keselamatan ini tidak sekedar kita sehat atau selamat di dunia ini, tetapi kita memiliki misi yaitu menjadi berkat bagi banyak orang, misalnya : seandainya kita kaya di dunia ini, maka kita pergunakan kekayaan kita untuk memuliakan Tuhan, dan apabila kita kuat maka kekuatan ini kita untuk melayani Dia, dan segala sesuatu yang merupakan berkat dari Tuhan hendaknya kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan.

Saudara, apabila kita ingin hidup seperti Yesus hidup, maka kita harus berani menghadapi banyak penderitaan secara jasmani. Dan kata menderita disini bukan berarti miskin, sengsara atau sakit-sakitan. Tetapi kata menderita disini dikarenakan melakukan kehendak Allah dan melawan dosa. Sebab dalam I Petrus 4:1-2 dikatakan : “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa --, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”

3. Pelaksana Kehendak Allah

Pada akhir jaman akan dibedakan antara kambing dan domba atau ilalang dengan gandum, maksudnya yaitu bahwa setiap manusia akan dibedakan mana yang disebut umat Tuhan atau bukan, orang yang beribadah atau yang tidak beribadah, dengan kata lain masuk masa penampian. Memang, kadang-kadang setiap orang tidak pernah merasa bahwa dirinya beribadah atau tidak, tetapi yang menjadi cerminan adalah hidupnya sesuai firman Tuhan atau tidak. Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk menjadi pelaku firman Tuhan dan bukan sebagai pendengar atau penonton saja. Sebab orang yang mau melaksanakan kehendak Tuhanlah yang berhak mendapatkan hak waris kerajaan sorga (Roma 8:17).

 Amin.

Wednesday, April 17, 2013

Investasi Sorgawi




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. . . . . . . ."

(Matius 6:19-24)
Apabila kita berbicara mengenai ekonomi dunia, maka tidak akan luput dari hal-hal yang berkaitan dengan mamon, dan mamon itu memang perlu tetapi itu bukan hal yang utama bagi umat Tuhan, sebab yang utama adalah mengabdi kepada Allah yang merupakan satu-satunya tumpuhan dalam kehidupan kita. Lalu bagaimana kita hidup dalam dunia ini tetap diberkati oleh Tuhan yaitu dalam hal ekonomi (mamon), tetapi kita tetap mengabdi kepada Tuhan ? Kita harus masuk dalam siklus tabur-tuai yang berorientasi pada kekekalan.

Ketika tahun 1965, saya (Pdt. Abraham Alex T.) mulai bertobat, dan saat itu saya masih berdomisili di kota Mojokerto. Sejak awal pertobatan, saya mulai menanam dari hasil usaha saya yaitu jual beli mobil. Dan modal yang saya gunakan untuk usaha tersebut merupakan pemberian orang tua saya (gambaran iman yaitu sesuatu yang tidak ada menjadi ada). Singkat cerita; apa yang telah saya tanam telah tumbuh 14 cabang gereja. Kemudian, suatu saat saya harus meninggalkan kota Mojokerto untuk pindah ke Surabaya, dan 14 cabang yang sudah bertumbuh itu saya serahkan kepada hamba-hamba Tuhan yang ada di pedesaan.
Setelah di Surabaya, saya menuai Bethany Manyar, kemudian saya menabur lagi, sampai berdiri kurang lebih delapan ratus cabang di seluruh Indonesia, kemudian saya menuai Bethany Nginden. Tetapi saya tidak berhenti disitu saja, karena saya harus tetap menabur yaitu untuk terlaksananya Menara Doa Jakarta. Saudara, dari kesaksian ini kita dapat melihat bagaimana urutan hukum ekonomi kerajaan Allah, dan hukum menabur ini tidak ada batasan umur (sampai akhir hidup kita), sebab esensi daripada menabur ini adalah kita sedang investasi dalam kerajaan sorga.

Memang dalam hal menabur itu tidak gampang, sebab kadang-kadang kita harus sedikit menderita dan mencucurkan air mata. Namun perlu kita ingat bahwa penderitaan yang kita alami tidak akan sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan nanti, karena firman Tuhan juga berkata : “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:5-6).” Bahkan akibat dari menabur ini telah digambarkan seperti orang yang sedang bermimpi, dimana mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:1-3 “ . .  Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa : TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini! TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.”

Ada beberapa hal yang harus kita mengerti dalam hal menabur :

1.    Benih Yang Ditanam Harus Mati.

Dalam pengertian bahwa segala sesuatu yang sudah kita tabur baik untuk orang yang membutuhkan pertolongan maupun untuk pekerjaan Tuhan tidak kita ingat-ingat lagi (diungkit-ungkit), sebab kalau tidak demikian maka apa yang kita tabur akan sia-sia, seperti yang terulis dalam Yohanes 12:24 “ . . . Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Atau seperti yang tertulis dalam I Korintus 15:36.

2. Tetap Melakukannya Dengan Sungguh-sungguh.

Kata sungguh-sungguh disini mengandung unsur ketekunan, dimana tidak ada sesuatu hal yang dapat menghalangi kita untuk berhenti menabur, karena hal ini merupakan siklus daripada kehidupan, seperti yang tertulis dalam II Timotius 2:6-7 : “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”

3. Jenis Benih Yang Kita Tabur

Segala sesuatu yang kita tabur harus berdampak pada sesuatu yang kekal karena apa yang ditabur, itulah yang akan dituai, seperti yang tertulis dalam Galatia 6:7-8 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

4. Ukuran panen

Besar atau kecilnya hasil yang kita terima tergantung seberapa besar benih yang kita tanam serta kerelaan hati saat menabur, sebab firman Tuhan berkata : “. . . Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (II Korintus 9:6-8).

5. Menabur Di Tanah Yang Baik

Saat kita menabur, kita tidak boleh sembarangan menabur, tetapi biarlah kita menabur pada tanah yang subur (Matius 13:8).

6. Sabar Menanti Musim Menuai

Saudara kita harus sabar, sebab saat kita menanam benih, maka kita harus menyirami, kemudian diberi pupuk sampai tumbuh sebuah tunas, tetapi ketika tumbuh tunas, maka kita tidak boleh menarik-narik supaya cepat tinggi dan berbuah, karena segala sesuatu ada waktunya. Demikianlah firman Tuhan berkata : “ . . . seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. (Markus 4:26-29)

7. Menjaga Kekristenan

Ulangan 28:1 "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan `mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”
Saudara, jika seseorang menabur di tempat yang baik, maka apa yang ditabur akan tumbuh semakin hari semakin bagus, tetapi apabila suatu saat orang tersebut tidak menjaga tanaman yang sudah bertumbuh itu, maka apa yang mereka tanam menjadi busuk/rusak yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Misalnya : pada awalnya seseorang menabur dengan tekun, sehingga diberkati Tuhan secara luar biasa, lalu ia mulai coba-coba tidak menjaga tanamannya (Kekristenan) dengan cara berselingkuh atau tindakan lain yang bertentangan dengan kehendak Tuhan maka tanaman itu akan rusak (busuk).

8. Menerima Hasil Tuaian

Pasti akan menuai secara luar biasa oleh karena turut campur tangan Tuhan (Kejadian 26:12)

9. Berdoa senantiasa

Kita senantiasa bergantung kepada Tuhan karena yang memberi pertumbuhan atas segala yang kita tanam adalah Tuhan (I Korintus 3:6-7).
AMIN

Nasib Yang Diubahkan






Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.” (Pengkhotbah 3:14)
Saudara, melalui ayat bacaan di atas kita akan mendapatkan nilai kebenaran yaitu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya bahkan tidak dapat ditambah maupun dikurangi. Dan hal ini pada umumnya disebut takdir atau nasib. Takdir/nasib tidak bisa diubah, karena dengan demikian manusia diharapkan untuk memiliki rasa takut akan Tuhan. Akan tetapi kenyataannya manusia tidak pernah takut kepada Tuhan, kecuali orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.
Segala sesuatu yang ditetapkan Tuhan tidak dapat ditambah maupun dikurangi berlaku bagi orang yang belum lahir baru atau percaya kepada Kristus. Dan kali ini kita akan melihat kehidupan seseorang yang menjadi contoh bagi kehidupan setiap orang yang percaya, karena orang ini adalah orang yang percaya. Kita akan membaca dalam Yesaya 38:1-7 ”Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya : Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi. Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.
Ia berkata : Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya : Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan memagari kota ini. Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya”

Seperti yang telah kita baca dalam Pengkhotbah, bahwa takdir atau nasib itu pasti, dan takdir itu juga dialami Hizkia, dimana ia telah ditentukan untuk mati dalam usia tertentu oleh karena penyakitnya. Saat itu Hizkia tidak putus asa dalam menghadapi persoalan, walaupun persoalan ini sangat serius yaitu menyangkut hidup Hizkia yang tidak lama lagi. Hizkia benar-benar memegang janji Tuhan, seperti yang tertulis dalam Matius 7:7-11. Akhirnya Hizkia berdoa “ya Tuhan Engkau telah melihat kesetiaanku dalam beribadah kepadaMu”, maka menangislah ia dengan sangat. Dan dalam waktu yang singkat Tuhan menjawab doa Hizkia, sehingga Tuhan menambahkan umur Hizkia lima belas tahun lagi. Hizkia memerintah pada tahun 716-687 SM. Melalui kisah ini kita diingatkan tentang firman Tuhan yang berkata : “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16b). Jadi, disini kita temukan ada suatu perbedaan antara anak Tuhan dengan orang dunia. Kalau anak Tuhan nasib/takdir itu bisa berubah, sedangkan orang dunia tidak bisa berubah. Kisah daripada Hizkia ini ditulis oleh nabi Yesaya maupun oleh riwayat raja-raja atau para sejarahwan, karena peristiwa ini sangat penting, dimana kisah hidup daripada Hizkia telah menjadi contoh bagi orang lain, termasuk orang yang belum mengenal Tuhan.

Selanjutnya dalam kisah ini kita akan temukan sesuatu yang bertolak belakang dari sebelumnya, dimana pada saat Hizkia mengetahui bahwa penyakit yang dialaminya akan membawa pada kematian, maka ia mulai sungguh-sungguh melekatkan dirinya pada Tuhan, namun setelah ia mendapatkan jawaban doa dan mulai diberkati Tuhan maka dia mulai angkuh. Ia tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang ia dapat berasal dari Tuhan, sehingga sebagai akibatnya Yerusalem dan Yehuda ditimpa murka (II Tawarikh 32:24). Kita semua mengetahui bahwa keangkuhan adalah awal daripada kehancuran. Seperti halnya Lucifer, oleh karena keangkuhannya dan ingin menyamai Tuhan maka segala sesuatu yang ia miliki menjadi hancur.
Saudara, dari sekian rentetan kisah yang telah kita pelajari akan terjadi pula dalam kehidupan saat ini, misalnya : apabila seorang pemimpin daripada suatu bangsa tidak benar dihadapan Tuhan, maka rakyatnya akan menderita; demikian pula dalam keluarga, apabila seorang ayah memiliki sifat yang angkuh maka anggota keluarganya akan menderita.
Tetapi bagaimanapun juga Allah tetap mengasihi umatNya yang kembali kepadaNya untuk bertobat; yaitu tatkala Hizkia menyadari akan kesalahannya maka Tuhan memulihkan keadaaan Hizkia (II Tawarikh 32:26), bahkan pada ayat selanjutnya dikatakan : “Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar. Ia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai dan segala macam barang yang indah-indah, juga tempat perbekalan untuk hasil gandum, untuk anggur dan minyak, dan kandang-kandang untuk berbagai jenis hewan besar dan kandang-kandang untuk kawanan kambing domba. Ia mendirikan kota-kota, memperoleh banyak kambing domba dan lembu sapi, karena Allah mengaruniakan dia harta milik yang amat besar. Hizkia ini juga telah membendung aliran Gihon di sebelah hulu, dan menyalurkannya ke hilir, ke sebelah barat, ke kota Daud. Hizkia berhasil dalam segala usahanya.” (II Tawarikh 32:27-30)

Ternyata apa yang dialami oleh Hizkia telah membawa dampak yang luar biasa, dimana dari negara luar pun ingin tahu apa yang membuat Hizkia sampai mengalami hal yang demikian (Yesaya 39:1). Namun kenyataannya Hizkia tidak bersaksi atas kuasa Tuhan yang dia alami, justru dia hanya “memamerkan” atau menunjukkan segala harta kekayaannya dengan sikap angkuh, maka terjadilah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, dimana firman Tuhan menegurnya : “Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.” (Yesaya 39:6-7)

Saudara, melalui uraian diatas biarlah boleh menjadi suatu pelajaran atau pemahaman dalam kehidupan kita. Bahwa segala sesuatu dapat berubah, karena bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil. Selama kita mencari Tuhan maka kasih setia Tuhan akan menyertai kita. Walaupun kita tidak tahu maksud Allah (Pengkhotbah 3:9-10), tetapi Ia berjanji bahwa apabila kita hidup dalam kebenaran maka segala sesuatu yang kita kerjakan pasti akan berhasil karena segala sesuatu indah pada waktunya (waktu Tuhan), dan di dalamnya terkandung kekekalan. Dan sebagai peringatan : janganlah kita menunggu persoalan datang baru kita mulai bertobat, tetapi selama ada kesempatan biarlah kita gunakan semaksimal mungkin untuk kemuliaan nama Tuhan.  

Amin.

Wednesday, February 20, 2013

Tetap Pada Kasih Mula-mula







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” I Korintus 13:13
Di dalam perjalanan pelayanan gereja Bethany telah dilandasi dengan iman, harap dan kasih. Dari ketiga hal ini yang paling terbesar adalah kasih, seperti yang tertulis dalam I Korintus 13:13, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” Dengan demikian thema gereja Bethany di Tahun 2013 adalah FIRST LOVE (Kasih mula-mula).
Berapa banyak umat Tuhan termasuk para pelayan Tuhan mulai meninggalkan kasih mula-mula walaupun masih berkecimpung dalam dunia pelayanan. Oleh sebab itu, melalui penyampaian firman Tuhan ini, biarlah boleh mengingatkan atau mengajak umat Tuhan untuk kembali kepada kasih mula-mula kita kepada Tuhan. Karena apabila kita meninggalkan kasih mula-mula kepada Tuhan maka sia-sialah segala apa yang telah kita lakukan selama ini.

Memang, iman itu dibutuhkan oleh semua umat yang percaya pada saat ini yaitu dalam jangka pendek, demikian pengharapan juga dibutuhkan dalam jangka panjang, sedangkan kasih itu kekal selama-lamanya. Firman Tuhan pun memberitahukan bahwa nubuatan maupun bahasa roh akan berhenti, tetapi kasih itu kekal selamanya, seperti yang tertulis dalam I Korintus 13:8-9 ”Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.” Bahasa roh itu untuk menolong iman kita, yaitu menambahkan iman kita dan Roh Kudus itu menguatkan iman kita dalam pengharapan. Untuk itu, di tahun yang baru ini biarlah kita memikirkan hal-hal yang kekal.

Pada waktu kita percaya Tuhan, kita mengaku bahwa Yesus adalah Mesias maka terjadilah mujizat yang luar biasa. Tidak semua orang dapat mengaku Yesus adalah Tuhan kalau tidak dibantu oleh Roh Kudus. Roh Kudus sudah ada dalam diri kita, maka terjadi suatu mujizat. Tuhan Yesus berkata kepada Simon, “Simon, sekarang engkau bukan Simon tetapi Petrus.” Ada dua dimensi “dimensi Simon” dan “dimensi Petrus”. Petrus inilah manusia kekal. Simon ini akan mati, demikian Saulus akan mati; tetapi Petrus dan Paulus akan hidup selama-lamanya. Hanya manusia roh yang akan mendapatkan kasih, karena manusia roh itu kekal. Demikian halnya dengan kasih yang adalah kekal.

Manusia roh itu luar biasa, sebab Tuhan berkata : ”di atas batu karang ini Aku mendirikan jemaatku. Maut tidak dapat menguasai kamu, apa yang kau ikat di bumi terikat di surga dan apa yang kau lepas di bumi akan terlepas di surga.” Jadi ada hubungan antara bumi dan surga. Orang yang hidup mementingkan manusia rohnya akan dipelihara Tuhan secara sempurna. Memang hal ini tampaknya seperti fantasi tetapi semua itu adalah nyata. Dan alasan mengapa kita harus mementingkan manusia roh kita yaitu karena kita adalah milik Kristus, seperti yang tertulis dalam Roma 8:9-11, ”Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.”

Sebagai gambarannya adalah kisah daripada Abraham (Kejadian 17:1-5). Dalam usianya yang sudah lanjut, dia mendapatkan janji dari Tuhan bahwa Abraham akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Namun janji ini membuat Abraham tertawa, bukan karena dia senang melainkan menganggap bahwa hal ini lucu. Sebab ia melihat usianya yang sudah tua yaitu 99 tahun, mana mungkin memiliki keturunan. Memang secara manusia daging (Abram) tidak mungkin, tetapi ketika dia menjadi manusia roh (Abraham) maka tidak ada yang mustahil. Tuhan telah menunggu sampai mati betul dagingnya.
Dan pada waktu berubah maka dilakukan sunat, maksudnya dagingnya dipotong, maka dia bisa mengasihi Tuhan. Bahkan pada waktu dia punya anak yaitu Ishak yang menginjak usia remaja, Ishak diminta Tuhan untuk dikorbankan. Karena dia mengasihi Tuhan maka dia rela menyerahkan anaknya. Abram menjadi Abraham itu mati manusia dagingnya tetapi manusia rohnya muncul.

Kita harus juga perhatikan kehidupan kita yaitu harus suci dan tidak hidup sembarangan. Firman Tuhan berkata ”Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (I Yohanes 3:1-4). Suatu ketika kita akan melihat Tuhan Yesus dengan sebenarnya dan hidup bersama Dia selama-lamanya. Manusia daging ini harus prihatin, supaya manusia roh itu berfungsi. Banyak sekarang hamba-hamba Tuhan yang memberitakan firman Tuhan hanya kasih karunia saja; memang  hal ini tidak salah, tetapi kasih karunia itu jangan disia-siakan dengan perbuatan cemar (Ayat 6-8), untuk itu perhatikan langkah-langkah kita di tahun yang baru. (ayat 9)

Kita semua telah lahir dari Allah dan menjadi manusia baru. Hal ini pernah menjadi perbincangan antara Nikodemus dengan Tuhan Yesus, dimana Nikodemus bertanya kepada Tuhan “bagaimana manusia bisa selamat ?”. Jawab Tuhan Yesus, ”Orang bisa selamat apabila dilahirkan kembali,” lalu Nikodemus bertanya : “bagaimana orang bisa dilahirkan kembali apabila ia sudah tua ?” tetapi Tuhan Yesus menjawab : ”apa yang telah dilahirkan dari daging adalah daging sedangkan apa yang telah dilahirkan dari roh adalah roh.”Mujizat yang paling besar adalah lahir baru (menjadi manusia baru). Antara manusia daging dengan manusia roh selalu bertentangan, tetapi biarlah kita menjadi manusia roh yang berkemenangan asalkan kita menghormati Roh Kudus lebih.
Kalau kita milik Kristus atau memiliki Kristus maka kita memiliki segala-galanya karena Kristuslah segala-galanya. Meskipun sementara ini mengalami penderitaan ketika memperjuangkan manusia roh kita untuk terus bertumbuh, tetapi perlu kita ketahui bahwa penderitaan yang kita alami saat ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak, seperti yang tertulis dalam Roma 8:18, ”Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.”

Melalui pembahasan firman Tuhan di atas, marilah kita semakin sungguh-sungguh untuk hidup dalam kasih mula-mula kepada Tuhan dan menumbuhkan manusia roh kita, maka apa yang tidak pernah kita lihat maupun kita dengar, bahkan tidak pernah timbul dalam hati kita akan dinyatakan bagi mereka yang mengasihi Dia, Amin.
 

Hidup Dalam Pemeliharaan Tuhan






Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
(I Petrus 1:3-5)

Mujizat yang luar biasa adalah ketika seseorang mengalami kelahiran baru. Dan mengapa kelahiran baru disebut sebagai mujizat yang luar biasa ? sebab kelahiran baru merupakan syarat utama untuk dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Hal ini juga disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada pemimpin agama Yahudi yaitu Nikodemus, sebagai peringatan bahwa setiap orang yang mau masuk kedalam kerajaan Allah harus mengalami kelahiran baru (Yohanes 3:3-7).

Salah satu contoh murid Tuhan yang mengalami kelahiran baru adalah Simon, dimana ketika ia mengaku bahwa Yesus adalah Mesias, maka Yesus berkata : “berbahagialah engkau Simon, karena bukan engkau yang menyatakan itu tetapi oleh karena kemurahan Allah yang membuat engkau menyatakan demikian. Dan sekarang engkau bukan lagi Simon tetapi Petrus.” Dulu Simon adalah manusia alamiah (manusia yang penuh dengan kelemahan dan keterbatasan), tetapi setelah ia mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, maka ia menjadi manusia baru dan namanya menjadi Simon Petrus.


Istilah kelahiran baru ini tidak hanya terjadi pada jaman perjanjian baru saja, tetapi pada jaman perjanjian lamapun, hal ini juga terjadi. Tatkala Tuhan memanggil Abraham untuk menjadi bapa segala bangsa, maka terlebih dahulu telah terjadi kelahiran baru (perubahan karena menerima panggilan Tuhan). Dimana yang dahulunya Abram menjadi Abraham, Sarai menjad Sara, kemudian Yakub menjadi Israel. Dan bukan berarti perubahan nama yang menentukan kita menjadi manusia baru, tetapi karena kita meresponi panggilan Tuhan untuk menerima kemurahanNyalah yang membuat kita mengalami kelahiran baru. Perlu diketahui pula bahwa Tuhan memanggil kita bukan karena perbuatan baik kita atau karena kita tidak melakukan pelanggaran secara moral, melainkan karena anugerahNya besar atas hidup kita.

Dan Allah tidak segan-segan memberikan putraNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai tumbal dosa. Hal itu dilakukanNya semata-mata supaya umat manusia diselamatkan dan kembali kepadaNya.
Kemurahan Allah dalam perjanjian lama hanya bersifat perorangan, tetapi pada jaman perjanjian baru, kemurahan Allah diberikan kepada seluruh umat manusia yang menerima serta percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja; seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes 3:16 “ . . . . . . . , supaya barangsiapa percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kata “barangsiapa” menunjuk kepada setiap orang. Istilah atau pengertian lahir baru tidak ada di agama manapun, walaupun segala sesuatu yang diajarkan agama tersebut adalah baik. Sebab istilah serta pengertian kelahiran baru ini hanya ada ketika seseorang menjadi percaya di dalam nama Tuhan Yesus, sehingga orang  tersebut mendapatkan predikat sebagai manusia rohani.

Manusia alamiah dan manusia rohani ini tidak terpisah karena kita masih tinggal dalam dunia ini.
Lalu, bagaimana dalam dua dimensi kita dipelihara Tuhan ? Kedua dimensi ini tetap dipelihara Tuhan, selama kita tetap melekat pada firmanNya. Dan terpeliharanya manusia alamiah kita akan dipengaruhi manusia rohani kita, karena bukan manusia alami kita yang dapat merubah manusia rohani kita. Oleh karena itu manusia rohani kita harus selalu mendapatkan makanan dan minuman, supaya manusia rohani kita tetap hidup. Dan bagaimanakah manusia rohani kita mendapatkan makanan dan minuman ?

Manusia rohani kita akan mendapatkan makanan apabila kita senantiasa datang kepada Tuhan Yesus (dalam pengertian membangun hubungan yang intim dengan Tuhan) Sebab Tuhan Yesus berkata : "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.  Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; . . .” (Yohanes 7:37-39). Dan di dalam  Injil Yohanes 6:35&37 juga dikatakan :  "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” Hal ini menunjukkan bahwa manusia rohani kita benar-benar terpelihara oleh kasih dan rahmatNya, supaya manusia rohani kita tetap hidup.

Dan perlu kita ketahui pula bahwa yang tinggal dalam kerajaan sorga adalah manusia rohani kita dan bukan manusia alamiah; seperti yang terulis dalam I Korintus 15:50 “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.  Oleh sebab itu, marilah kita memberikan manusia rohani kita untuk dipelihara oleh Tuhan, karena apabila manusia rohani kita terpelihara maka manusia alamiah kita juga turut terpelihara. Kita lihat contoh kisah daripada Obed-Edom; ketika ia menghormati lawatan Tuhan, dengan hadirnya Tabut Perjanjian di rumahnya selama tiga bulan, maka selama itu pula Obed-Edom beserta seluruh isi rumahnya diberkati oleh Tuhan. Demikian dengan kehidupan kita; selama kita menghormati dan dipenuhi oleh Roh Kudus maka segala sesuatu yang kita kerjakan pasti berhasil. Hadirnya Roh Kudus itu sama dengan hadirnya Tabut Perjanjian yang terjadi di jaman perjanjian lama.

Ketika Musa bersama tiga juta orang, dengan memikul Tabut Perjanjian maka segala rintangan yang mereka hadapi dapat mereka selesaikan bahkan saat mereka menghadapi peperangan, mereka memperoleh kemenangan yang luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa pemeliharaan Tuhan itu nyata ketika kita berada dalam hadirat Tuhan. Dan kita patut berbangga apabila Roh Kudus ada dalam diri kita, karena dengan keberadaannya maka kita juga akan mendapatkan pelayanan daripada malaikat, seperti yang tertulis dalam Ibrani 1:14 “Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?”.
Karena demikian besar kasih dan rahmatNya untuk memelihara kita, maka kita harus tetap menjaga kerohanian kita untuk mendapatkan pemeliharaan dari Tuhan; tetapi bukan berarti kita mengabaikan manusia alamiah kita. Karena kedua-keduanya harus tetap kita jaga supaya segala anugerahNya bagi kita tidak sia-sia.  

Amin.

Saturday, January 12, 2013

Tuaian Yang Besar






Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ayat Bacaan: 1 Korintus 16:5-9
16:5 Aku akan datang kepadamu, sesudah aku melintasi Makedonia, sebab aku akan melintasi Makedonia. 16:6 Dan di Korintus mungkin aku akan tinggal beberapa lamanya dengan kamu atau mungkin aku akan tinggal selama musim dingin, sehingga kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku.
16:7 Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan. 16:8 Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta, 16:9 sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.
Disadari ataupun tidak disadari bahwa segala tindakan, perkataan, gagasan dan sebagainya yang ada pada seseorang selalu ada konsekuensinya. Termasuk keputusan, maupun tindakan yang dilakukan oleh rasul Paulus dalam melayani pekerjaan Tuhan. Paulus melayani Tuhan dari kota satu ke kota lainnya, diantaranya Makedonia, Efesus, Korintus dan banyak kota lainnya. Memang, secara fisik bahwa pelayanan yang dilakukan oleh rasul Paulus itu sangat melelahkan, belum lagi ditambah dengan persoalan-persoalan lainnya. Inilah konsekuensi yang harus diterima oleh rasul Paulus, dan rasul Paulus menyadari akan hal itu. Tetapi semuanya itu tidak melemahkan rasul Paulus dalam melayani Tuhan, justru bagi rasul Paulus hal tersebut sangat menyenangkan sebab melayani Tuhan merupakan suatu kehormatan yang tidak ada bandingnya. Untuk itu ia menulis surat yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, katanya : “sebab disini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.”

Rasul Paulus tidak melihat berapa besar tantangan yang akan ia hadapi saat melayani Tuhan, sebab ia hanya memandang upah sorgawi yang akan ia terima. Dan upah sorgawi ini tidak dapat dibandingkan dengan tantangan atau penderitaan yang sedang berlangsung di dunia ini, seperti surat rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Roma, yang berbunyi : “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18)

Saudara, kesempatan yang besar dan penting ini tidak hanya terjadi pada jaman rasul Paulus saja, tetapi kesempatan yang besar dan penting ini juga berlaku bagi jemaat Gereja Bethany Indonesia. Dimana jemaat Bethany juga mendapat kesempatan yang besar untuk ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, untuk menerima tuaian yang besar. Dan Tuhan sudah tidak sabar untuk memberikan tuaian jiwa-jiwa yang besar serta memberkati kita. Dan perlu kita ketahui pula, bahwa saat kita hendak memperoleh tuaian yang besar; kita tidak lepas dari tantangan/resiko yang harus kita hadapi.
Adapun tantangan tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, baik itu secara fisik, hubungan antar sesama, bencana alam dan berbagai macam hal lainnya, terutama dalam perekonomian yang semakin lama semakin memburuk. Sehingga berapa banyak anak-anak Tuhan mulai lemah menghadapi keadaan ini. Untuk itu, marilah kita belajar dari kehidupan rasul Paulus yang pantang menyerah terhadap keadaan yang ada. Walaupun berbagai macam “belalang” (kuasa kegelapan) maupun persoalan hidup menyerang, ia tetap melakukan pekerjaan Tuhan, karena ia tahu bahwa masa penuaian itu telah tiba.

Menabur dan menuai itu merupakan suatu siklus yang tidak pernah berhenti. Dan siklus tersebut tidak pernah dipengaruhi oleh keadaan, asalkan tetap melekat pada pokok yang benar yaitu untuk menghasilkan buah Roh Kudus. Dan apabila gereja berbuahkan daging, maka akan dengan mudahnya belalang akan menghabiskannya, tetapi jikalau buah itu adalah buah Roh Kudus, maka buah Roh itu tidak akan pernah dimakan oleh belalang, dan mereka akan tetap berbuah karena buahnya kekal. Untuk itu jangan coba-coba untuk melepaskan diri dari pokok yang benar, sebab belalang ini sangat ganas, baik buah, batang maupun akarnyapun dimakan. Kalau akarnya sudah dimakan, maka pohon (gereja) itu akan “habis.” Oleh sebab itu kita patut bersyukur, karena meskipun banyak rintangan dan goncangan di gereja kita, tetapi puji Tuhan akar di tempat ini masih segar dan akan bertumbuh lebih kuat lagi dan mengeluarkan suatu getah dan akan ada panen yang lebih besar lagi. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada gereja secara umum tetapi juga terjadi pada pribadi lepas pribadi.

Untuk menerima tuaian yang besar, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan supaya tuaian kita tidak dimakan oleh “belalang.” Kita harus tetap berakar dan bertumbuh dalam Kristus. Walaupun banyak tantangan yang sedang menghadang, tetapi jangan lemah, putus asa, bahkan berhenti dalam melayani Tuhan sebab jerih payahmu tidak akan sia-sia. Jikalau Tuhan Yesus dengan susah payah mendidik murid-murid-Nya untuk beriman, maka saat ini pun Dia sedang mendidik kita dari tidak memiliki iman, lalu iman yang kecil, iman yang bertumbuh, iman yang besar, iman yang kuat, dan iman yang sempurna. Memang, pertumbuhan yang demikian ini tidak mudah diterapkan kepada murid-murid Yesus pada waktu itu. Terbukti dalam Injil  Markus 16:9-14 telah dikisahkan bahwa orang yang dekat dengan Yesus tidak percaya akan kebangkitan Tuhan. Bukankah selama 3 tahun murid-murid Yesus melihat keajaiban dan mujizat yang yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Dan untuk lebih jelasnya lagi, maka kita dapat membaca dalam Injil Lukas 24:7-12.
Dimana Magdalena tidak sendirian, karena ada puluhan wanita yang melihat Yesus bangkit dan menceritakannya, tetapi rasul-rasul telah menganggapnya itu adalah omong kosong. Padahal Tuhan Yesus memberitahukan berkali-kali tentang kematian dan kebangkitanNya. Sebenarya waktu diberitahukan tentang kematian dan kebangkitanNya, murid-murid Yesus memiliki reaksi (Matius 16:21-23; 17:22; 20:17; 26:1), tetapi murid-murid Yesus hanya menangkap tentang kematian-Nya saja dan tidak menangkap tentang kebangkitan-Nya. Memang dalam mengikut Yesus ada suatu proses yang kelihatannya selalu kalah pada permulaannya, tetapi perlu kita ingat bahwa segala proses yang kita hadapi selalu ada jalan keluarnya.

Kita harus berpikir positif dalam menghadapi segala sesuatu. Murid-murid Yesus gagal untuk percaya karena pada waktu itu mereka susah untuk ditanami imannya dengan firman Tuhan, sehingga perkara besar dan penting tidak mungkin terjadi. Di dalam Injil Markus 8:14-21 merupakan kisah yang memilukan karena pada waktu itu yang ada dalam perahu mereka hanya 1 ketul roti, dan yang harus diberi makan jumlahnya 13 orang, sehingga hal ini membuat mereka bertengkar, padahal kalau dibandingkan dengan 5 ketul roti dan dua ikan untuk 5000 orang lebih, seperti yang mereka alami sebelumnya. Oleh karena itu, dengan adanya peristiwa ini maka dengan sikap tegas Tuhan Yesus memperingatkan mereka.

Kalau kita melihat peristiwa di atas bukankah tidak jauh dengan kehidupan yang sedang kita jalani saat ini ? Dimana kita kerapkali kurang mempercayai apa yang telah Tuhan katakan, karena kita lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekeliling kita. Misalnya : Saat ini kita sedang menghadapi suatu keadaan yang sukar, sedangkan firman Tuhan mengatakan bahwa saat inilah kita akan menuai besar-besaran. Hal ini memang bertentangan, tetapi apabila kita meyakini dengan sungguh-sungguh maka apa yang kita yakini itu akan terjadi. Seperti yang Yesus katakana kepada murid-muridNya : ”Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.”
Saudara, melalui beberapa penjelasan di atas biarlah mengajar kita untuk lebih sungguh-sungguh melayani Tuhan, dengan didasari oleh iman, harap dan kasih  terutama dalam masa penuaian. 

Amin