|
|
|
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Dalam ayat bacaan di atas terdapat kata ”dimuliakanNya” yaitu pada
kalimat terakhir. Dan perlu kita ketahui bahwa seseorang dipermuliakan
bukan berdasarkan latar belakang pendidikan, ras, status sosial, jabatan
dan lain sebagainya, namun oleh karena anugerahNya melalui percaya
kepada Kristus . Sebab mereka telah ditentukan dari semula, dipanggil,
dibenarkan dan berikutnya adalah dimuliakanNya.“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:29-30) Walaupun demikian tidak semua orang Kristen/pengikut Kristus dapat menikmati keberadaannya sebagai orang yang dipanggil, dibenarkan dan orang yang akan dipermuliakan. Hal ini tentunya ada sesuatu yang perlu dikoreksi dalam diri setiap orang percaya. Lalu, langkah-langkah apakah yang harus kita lakukan ? Langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah menerima Injil, yaitu percaya, bertobat, lahir baru, dibaptis, dan dibenarkan. Dari kelima hal tersebut di atas telah mendasari dalam kehidupan kita untuk dibawa pada posisi yang telah Tuhan tentukan. Terlebih itu, dalam diri kita harus ada suatu tindak lanjut terhadap keputusan yang kita ambil untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam kehidupan kita dari hari ke hari mengalami perubahan. Sedangkan, apabila dalam kehidupan seseorang tidak mengalami perubahan, maka ada sesuatu yang salah tentang pemahaman akan firman Tuhan. Memang, terkadang tidak secara jasmani atau materi saja kita dimuliakan, tetapi yang jelas bahwa orang percaya dipoisisikan dalam posisi yang mulia, seperti yang ditegaskan dalam 1 Petrus 2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.” Saudara, memiliki predikat sebagai imam dan raja tidak hanya sekedar kita gunakan sebagai kebanggaan, karena di dalamnya terkandung suatu amanat yang agung yaitu memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang dahsyat dengan tujuan menjadikan bangsa-bangsa menjadi murid Tuhan, seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Tugas dan tanggungjawab ini menjadi bagian dalam hidup kita, karena kita telah diubahkan/dipanggil untuk keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib; dan yang dulunya bukan umat Allah, namun sekarang menjadi umat Allah. Dan kali ini kita akan melihat suatu kisah, dimana di dalamnya menggambarkan adanya suatu perubahan total dalam hal posisi; yaitu kisah tentang Petrus yang terdapat dalam Lukas 5:1-11. Dalam pasal ini telah menceritakan tentang profesi Petrus sebagai penjala ikan atau nelayan yang berubah menjadi “penjala manusia”. Kisah ini memang sangat sederhana, namun memberi pengertian tentang imamat yang rajani. Demikian halnya dengan kita, bukankah kita juga dipanggil seperti Petrus yang memiliki profesi atau latar belakang tertentu; baik itu buruk maupun tidak. Tetapi yang pasti bahwa semuanya itu bukan merupakan penghalang bagi Allah untuk memanggil dan menetetapkan kita sebagai imam dan raja. Dan apabila saat ini kita telah dipanggil oleh Allah, maka semuanya itu merupakan anugerah yang terbesar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu jangan sia-siakan posisi kita. Saudara, apabila saat ini kita berprofesi sebagai guru, usahawan, tenaga medis dan lain sebagainya, maka pergunakanlah hal itu sebagai ladang untuk melayani pekerjaan Tuhan (dalam pengertian : melalui profesi tersebut kita dapat menjadi berkat dan teladan bagi semua orang khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan kita), sehingga pada akhirnya Tuhan akan memberkati kita. Tetapi jangan lupa melibatkan campur tangan Tuhan, karena tanpa campur tangan Tuhan maka sia-sialah usaha kita. Oleh karena itu, kita tidak bisa lepas dari pimpinan kuasa Roh Kudus. Demikianlah yang dialami oleh Petrus; tatkala Petrus mengundang Yesus untuk masuk dalam perahunya untuk bertindak sebagai “nakoda” maka terjadi suatu mujizat yang luar biasa, dimana semalam-malaman Petrus melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan hasil guna mencukupi kebutuhan hidupnya, tetapi justru sebaliknya. Dan apa yang dialami oleh Petrus tidak ada bedanya dengan kehidupan kita. Apabila kita ingin diberkati maka kita mengundang Yesus dalam “perahu kehidupan” kita untuk memimpin perjalanan hidup ini, supaya kita tetap berada dalam posisi yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan saat kita berada dalam posisi yang diberkati; diantaranya : Yang pertama : jangan sombong Karena kesombongan merupakan awal dari kehancuran seperti yang tertulis dalam Amsal 16:18, ”Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Dan tidak sedikit orang Kristen jatuh karena kesombongannya. Ketika mereka dalam kondisi kekurangan, mereka cukup rendah hati, sopan/berprilaku baik, tetapi saat diberkati, sikapnya mulai berubah drastis. Yang dulunya ramah, murah hati; kini menjadi arogan dan eksistensinya (keberadaannya) ingin diakui dimata orang banyak, dan ia merasa lebih dari orang lain. Yang Kedua : jangan egois (mementingkan diri sendiri) Sikap ini sama dengan serakah. Bukankah firman Tuhan menasehatkan di dalam Roma 15:1 “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” Dan sikap tidak mementingkan diri sendiri ini telah dilakukan oleh Petrus, dimana saat Petrus mengalami mujizat yaitu mendapatkan ikan yang cukup banyak, maka ia bersama rekan-rekannya yang berada dalam satu perahu memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Orang yang egois tidak pernah mempedulikan orang lain, sebab konsep yang dalam dirinya adalah segala sesuatu mereka harus menerima yang lebih banyak, kalau bisa orang lain tidak perlu mendapatkannya. Yang Ketiga : tetap menjadi berkat bagi semua orang, supaya nama Bapa dipermuliakan Seperti yang tertulis dalam Matius 5:16 “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Saudara, biarlah melalui beberapa uraian diatas, kita tetap mempertahankan posisi yang sudah Tuhan tentukan atas kita, supaya kita tetap berkenan di hadapanNya dan kemuliaan Allah tetap nyata dalam kehidupan kita. Amin |
No comments:
Post a Comment