Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Setiap orang tentunya pernah mengalami rasa kuatir dalam hidupnya,
termasuk kita. Sedangkan kekuatiran itu sendiri disebabkan oleh karena
kita tidak dapat melihat apa yang akan terjadi maupun yang sedang
terjadi di depan kita. Oleh karena itu Allah memberikan jaminan atas
hidup kita melalui firmanNya, katanya : Masa depanmu sungguh ada, dan
harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23:18).” . . . . . , Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? . . . . .” (Matius 6:25-34) Dan hal yang dikuatirkan tentunya berbeda-beda; baik itu kuatir dalam hal studi, ekonomi, atau masa depan. Padahal sebenarnya perasaan kuatir itu muncul bukan diakibatkan oleh besar atau kecilnya suatu tantangan maupun persoalan yang sedang atau akan kita dihadapi, tetapi adanya suatu kecenderungan untuk mengandalkan kekuatan diri sendiri. Dan kekuatiran merupakan suatu kegagalan seseorang dalam menghadapi tantangan sebelum melakukan peperangan. Apalagi tahun demi tahun keadaan dunia tidak semakin membaik dan ditambah dengan informasi-informasi yang terhadang justru membuat orang merasa tidak ada harapan untuk melihat masa depan. Apabila kita mendengar atau membaca, bahkan melihat dari berbagai sumber berita baik itu melalui media elektronik maupun media cetak, dimana para ekonom telah memprediksikan bahwa di tahun-tahun mendatang keadaan manusia semakin memprihatinkan baik ditinjau dari sudut ekonomi, keamanan, politik maupun keadaan alam. Maka banyak orang akan semakin kuatir dalam menjalani hidup ini. Dan keadaan ini tidak dialami oleh orang dunia saja, tetapi beberapa orang yang mengaku anak Tuhanpun mengalami hal yang demikian; sehingga seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk menatap dan mendapatkan masa depan yang penuh dengan kebahagiaan. Saudara, perlu kita ketahui bahwa orang yang kuatir adalah orang yang takut. Dan apabila orang tersebut sudah takut, maka dia akan mengalami stress, bahkan pikirannya menjadi kosong, sehingga pada akhirnya kuasa kegelapan bisa mengusainya dan orang tersebut akan bertindak aneh-aneh. Sebab kekuatiran merupakan celah dalam kehidupan manusia yang memberikan kesempatan bagi iblis untuk menggagalkan tujuan hidup manusia termasuk orang-orang yang mengaku anak Tuhan. Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita juga turut meyakini apa yang telah diprediksikan oleh para ekonom maupun peramal ? atau sebaliknya, kita semakin sungguh-sungguh atau bersemangat dalam menjalani hidup ini bersama Tuhan ?. Firman Tuhan menasehatkan bahwa “orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang . . . .” (Wahyu 21:8). Oleh sebab itu janganlah kita kuatir terhadap apapun juga, karena Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan khususnya bagi mereka yang mengasihi Dia. Bahkan untuk menyatakan jaminan pemeliharaanNya, Tuhan membandingan kita dengan bunga bakung, dimana bunga bakung itu tidak bekerja dan tanpa memintal namun didandani oleh Allah sedemikian rupa, walaupun hari ini ada dan besok dibuang (Matius 6:28-29). Dalam ayat tersebut terdapat kata “tidak bekerja”, hal ini bukan berarti kita tidak perlu bekerja, tetapi yang dimaksud dari ayat ini adalah menunjukkan betapa besar kasih Allah yang diberikan kepada kita, sebab bunga bakung yang mekar sebentar saja dipelihara begitu rupa apalagi kita adalah ciptaan yang paling mulia diantara segala ciptaanNya. Dan apabila pencobaan itu datang menimpa kita maka percayalah bahwa pencobaan-pencobaan itu tidak melebihi kekuatan kita, sebab pencobaan-pencobaan itu adalah pencobaan biasa yang justru akan membentuk iman percaya kita kepada Allah. Tuhan telah berjanji bukan hanya menyertai kita, tetapi Tuhan juga berjanji kepada kita untuk hal-hal yang baik. Markus 10:28-31 mengisyaratkan kepada kita bahwa Tuhan sanggup memberkati orang percaya dengan berkat yang berlipat-lipat dan hidup yang kekal. Inilah upah untuk kita. Untuk itu kita percaya bahwa hari depan, Dia akan memberkati kita secara luar biasa. Oleh karena itu kita harus betul-betul lepas dari kekuatiran. Kalau kita terjerat dengan dosa ini, maka kita dipersamakan dengan penyembah berhala dan seorang sundal. Saat kita lepas dari kekuatiran, maka kita akan dipakai Tuhan dalam segala cara. Setiap orang memang ingin mencapai masa depan yang gilang gemilang, tetapi kalau sudah diselipkan kekuatiran, maka orang tersebut telah merancang suatu kegagalan atas hidupnya dan telah merusak rencana atau harapannya. Bagaimana kita bisa tahu bahwa orang yang kuatir itu sedang merancang kegagalan dalam hidupnya ? Kalau kita membaca firman Tuhan yang terdapat dalam Matius 6:27, telah dikatakan : “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa orang yang kuatir tidak dapat menambah sehasta pada jalan hidupnya, padahal satu hasta itu hanya 45 sentimeter, sedangkan jalan hidup yang harus ditempuh manusia itu tidak terukur jaraknya (panjang). Dari ayat ini kita bisa tahu, bahwa hidup manusia tidak akan berarti apabila di dalam hidupnya ada kekuatiran, khususnya untuk masa depan. Dan bukankah Allah telah berfirman, yaitu dalam Amsal 23:18 : “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Jadi, sekarang tidak ada alasan untuk kuatir dalam menghadapi hidup ini khususnya di tahun-tahun yang mendatang, sebab meskipun seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu (Mazmur 91:7), karena Tuhan adalah tempat perlindungan dan kubu pertahanan kita. Jikalau dalam beberapa penjelasan di atas yang telah menasehatkan kita agar tidak kuatir, mungkin dalam diri kita timbul pertanyaan : “bagaimana aplikasi untuk mempercayai Allah supaya kita tidak mengalami kekuatiran?” menyerahkan segala kekuatiran kita dan mengawali segala sesuatu di dalam Dia, sebab di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, ... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk dia (Kolose 1:16). Jadi segala sesuatu yang kita lakukan harus berdasarkan kehendak Allah, karena segala rancanganNya atas hidup kita adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan; dan bukankah itu yang kita rindukan. Oleh karena itu, kita diingatkan sekali lagi untuk tidak kuatir atau takut dalam menjalani hidup hari-hari ini, tetapi kita semakin bersemangat dalam memasuki tahun-tahun mendatang, terlebih itu dalam melayani Tuhan, karena berkatNya siap dicurahkan atas kita. Amin. |
TUHAN menambahi kita seribu kali lagi dari jumlah sekarang & memberkati seperti yang dijanjikan-Nya
Kebangkitan Besar
Saturday, December 29, 2012
Serahkan Segala Kuatirmu KepadaNya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment