|
|
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Disadari ataupun tidak disadari bahwa segala tindakan, perkataan,
gagasan dan sebagainya yang ada pada seseorang selalu ada
konsekuensinya. Termasuk keputusan, maupun tindakan yang dilakukan oleh
rasul Paulus dalam melayani pekerjaan Tuhan. Paulus melayani Tuhan dari
kota satu ke kota lainnya, diantaranya Makedonia, Efesus, Korintus dan
banyak kota lainnya. Memang, secara fisik bahwa pelayanan yang dilakukan
oleh rasul Paulus itu sangat melelahkan, belum lagi ditambah dengan
persoalan-persoalan lainnya. Inilah konsekuensi yang harus diterima oleh
rasul Paulus, dan rasul Paulus menyadari akan hal itu. Tetapi semuanya
itu tidak melemahkan rasul Paulus dalam melayani Tuhan, justru bagi
rasul Paulus hal tersebut sangat menyenangkan sebab melayani Tuhan
merupakan suatu kehormatan yang tidak ada bandingnya. Untuk itu ia
menulis surat yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, katanya : “sebab
disini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar
dan penting, sekalipun ada banyak penentang.”Ayat Bacaan: 1 Korintus 16:5-9 16:5 Aku akan datang kepadamu, sesudah aku melintasi Makedonia, sebab aku akan melintasi Makedonia. 16:6 Dan di Korintus mungkin aku akan tinggal beberapa lamanya dengan kamu atau mungkin aku akan tinggal selama musim dingin, sehingga kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku. 16:7 Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan. 16:8 Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta, 16:9 sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang. Rasul Paulus tidak melihat berapa besar tantangan yang akan ia hadapi saat melayani Tuhan, sebab ia hanya memandang upah sorgawi yang akan ia terima. Dan upah sorgawi ini tidak dapat dibandingkan dengan tantangan atau penderitaan yang sedang berlangsung di dunia ini, seperti surat rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Roma, yang berbunyi : “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18) Saudara, kesempatan yang besar dan penting ini tidak hanya terjadi pada jaman rasul Paulus saja, tetapi kesempatan yang besar dan penting ini juga berlaku bagi jemaat Gereja Bethany Indonesia. Dimana jemaat Bethany juga mendapat kesempatan yang besar untuk ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, untuk menerima tuaian yang besar. Dan Tuhan sudah tidak sabar untuk memberikan tuaian jiwa-jiwa yang besar serta memberkati kita. Dan perlu kita ketahui pula, bahwa saat kita hendak memperoleh tuaian yang besar; kita tidak lepas dari tantangan/resiko yang harus kita hadapi. Adapun tantangan tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, baik itu secara fisik, hubungan antar sesama, bencana alam dan berbagai macam hal lainnya, terutama dalam perekonomian yang semakin lama semakin memburuk. Sehingga berapa banyak anak-anak Tuhan mulai lemah menghadapi keadaan ini. Untuk itu, marilah kita belajar dari kehidupan rasul Paulus yang pantang menyerah terhadap keadaan yang ada. Walaupun berbagai macam “belalang” (kuasa kegelapan) maupun persoalan hidup menyerang, ia tetap melakukan pekerjaan Tuhan, karena ia tahu bahwa masa penuaian itu telah tiba. Menabur dan menuai itu merupakan suatu siklus yang tidak pernah berhenti. Dan siklus tersebut tidak pernah dipengaruhi oleh keadaan, asalkan tetap melekat pada pokok yang benar yaitu untuk menghasilkan buah Roh Kudus. Dan apabila gereja berbuahkan daging, maka akan dengan mudahnya belalang akan menghabiskannya, tetapi jikalau buah itu adalah buah Roh Kudus, maka buah Roh itu tidak akan pernah dimakan oleh belalang, dan mereka akan tetap berbuah karena buahnya kekal. Untuk itu jangan coba-coba untuk melepaskan diri dari pokok yang benar, sebab belalang ini sangat ganas, baik buah, batang maupun akarnyapun dimakan. Kalau akarnya sudah dimakan, maka pohon (gereja) itu akan “habis.” Oleh sebab itu kita patut bersyukur, karena meskipun banyak rintangan dan goncangan di gereja kita, tetapi puji Tuhan akar di tempat ini masih segar dan akan bertumbuh lebih kuat lagi dan mengeluarkan suatu getah dan akan ada panen yang lebih besar lagi. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada gereja secara umum tetapi juga terjadi pada pribadi lepas pribadi. Untuk menerima tuaian yang besar, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan supaya tuaian kita tidak dimakan oleh “belalang.” Kita harus tetap berakar dan bertumbuh dalam Kristus. Walaupun banyak tantangan yang sedang menghadang, tetapi jangan lemah, putus asa, bahkan berhenti dalam melayani Tuhan sebab jerih payahmu tidak akan sia-sia. Jikalau Tuhan Yesus dengan susah payah mendidik murid-murid-Nya untuk beriman, maka saat ini pun Dia sedang mendidik kita dari tidak memiliki iman, lalu iman yang kecil, iman yang bertumbuh, iman yang besar, iman yang kuat, dan iman yang sempurna. Memang, pertumbuhan yang demikian ini tidak mudah diterapkan kepada murid-murid Yesus pada waktu itu. Terbukti dalam Injil Markus 16:9-14 telah dikisahkan bahwa orang yang dekat dengan Yesus tidak percaya akan kebangkitan Tuhan. Bukankah selama 3 tahun murid-murid Yesus melihat keajaiban dan mujizat yang yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Dan untuk lebih jelasnya lagi, maka kita dapat membaca dalam Injil Lukas 24:7-12. Dimana Magdalena tidak sendirian, karena ada puluhan wanita yang melihat Yesus bangkit dan menceritakannya, tetapi rasul-rasul telah menganggapnya itu adalah omong kosong. Padahal Tuhan Yesus memberitahukan berkali-kali tentang kematian dan kebangkitanNya. Sebenarya waktu diberitahukan tentang kematian dan kebangkitanNya, murid-murid Yesus memiliki reaksi (Matius 16:21-23; 17:22; 20:17; 26:1), tetapi murid-murid Yesus hanya menangkap tentang kematian-Nya saja dan tidak menangkap tentang kebangkitan-Nya. Memang dalam mengikut Yesus ada suatu proses yang kelihatannya selalu kalah pada permulaannya, tetapi perlu kita ingat bahwa segala proses yang kita hadapi selalu ada jalan keluarnya. Kita harus berpikir positif dalam menghadapi segala sesuatu. Murid-murid Yesus gagal untuk percaya karena pada waktu itu mereka susah untuk ditanami imannya dengan firman Tuhan, sehingga perkara besar dan penting tidak mungkin terjadi. Di dalam Injil Markus 8:14-21 merupakan kisah yang memilukan karena pada waktu itu yang ada dalam perahu mereka hanya 1 ketul roti, dan yang harus diberi makan jumlahnya 13 orang, sehingga hal ini membuat mereka bertengkar, padahal kalau dibandingkan dengan 5 ketul roti dan dua ikan untuk 5000 orang lebih, seperti yang mereka alami sebelumnya. Oleh karena itu, dengan adanya peristiwa ini maka dengan sikap tegas Tuhan Yesus memperingatkan mereka. Kalau kita melihat peristiwa di atas bukankah tidak jauh dengan kehidupan yang sedang kita jalani saat ini ? Dimana kita kerapkali kurang mempercayai apa yang telah Tuhan katakan, karena kita lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekeliling kita. Misalnya : Saat ini kita sedang menghadapi suatu keadaan yang sukar, sedangkan firman Tuhan mengatakan bahwa saat inilah kita akan menuai besar-besaran. Hal ini memang bertentangan, tetapi apabila kita meyakini dengan sungguh-sungguh maka apa yang kita yakini itu akan terjadi. Seperti yang Yesus katakana kepada murid-muridNya : ”Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.” Saudara, melalui beberapa penjelasan di atas biarlah mengajar kita untuk lebih sungguh-sungguh melayani Tuhan, dengan didasari oleh iman, harap dan kasih terutama dalam masa penuaian. Amin |
No comments:
Post a Comment