Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Wednesday, March 28, 2012

Kodrat Ilahi



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
(Matius 7:24-27)

Setiap orang Kristen yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat, lahir baru dan sudah dibaptis, harus menyadari bahwa di dalam dirinya ada kekuatan ilahi atau kondrat ilahi. Dan hal ini telah ditegaskan oleh rasul Paulus melalui suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, yang bunyinya : ”Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah rumah Roh Kudus” (I Korintus 3:16; I Korintus 6:19). Untuk itu kita patut bangga dan mengucap syukur senantiasa karena Roh Allah telah manunggal dalam kehidupan kita. Bahkan raja Daud berkata : “Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mazmur 51:13).

Ayat ini menunjukkan bahwa betapa berharganya Roh Allah itu, karena Roh Allah merupakan sumber dari segalanya. Dan dalam ayat ini telah tersirat bahwa Daud rela kehilangan segala apa yang dia miliki asalkan Roh Tuhan tidak diambil daripadanya; hal ini terlihat dari apa yang difokuskan oleh Daud yaitu Roh Tuhan, dan bukan kerajaan atau kekayaan maupun yang lainnya. Dan apabila kita menengok kebelakang mengenai pekerjaan Roh Kudus khususnya pada masa penciptaan dunia, maka kita akan kagum akan kedahsyatannya, dimana saat itu Roh Kudus ada di permukaan air waktu penciptaan bumi ini karena bumi ini sedang kacau balau dan iblis dicampakkan ke bumi. Bumi menjadi campur baur dan rusak.

Sepertiga malaikat Tuhan mengikuti iblis. Tetapi Tuhan memperbaiki bumi ini. Roh Allah ada di permukaan air, lalu Allah berfirman untuk menciptakan bumi ini. Memang pada waktu itu seperti zaman penciptaan, sebenarnya penciptaan kembali, karena sebelumnya ada suatu zaman. Dunia diperbaiki dengan firman Allah, karena bumi telah dirusak oleh iblis. Dan saat itu jadilah yang diciptakan oleh Allah. Ini terjadi karena ada Roh Kudus dan firman Allah. Dan sekarang Roh Kudus ada di permukaan air, yaitu tubuh ini, karena tubuh manusia terdiri dari 80% air, yaitu darah/jiwa ini. Roh Allah merupakan satu kodrat ilahi yang hendak berkarya secara luar biasa. Dan ini baru bisa terjadi dalam hidup kita kalau kita mendengar firman Allah dan melakukannya.

Saudara, melalui sedikit ulasan diatas membuktikan bahwa Roh Kudus adalah harta atau kodrat ilahi yang akan berfungsi dan berkarya di dalam hidup kita. Dan ayat bacaan diatas menjadi landasan bagi pemahaman kita terhadap berfungsinya maupun berkaryanya kodrat ilahi yang ada di dalam kehidupan kita. Kodrat ilahi akan berfungsi apabila kita melakukan firman Tuhan (Matius 7:24-25), dan begitu sebaliknya, bahwa kodrat ilahi itu tidak berfungsi apabila kita tidak melakukan kehendak Tuhan (Matius 7:26-27). Selain itu, perlu kita ketahui pula bahwa kita mendapatkan kodrat ilahi semata-mata oleh karena kasih dan anugerahNya; seperti yang tertulis dalam 2 Petrus 1:3-4 : ”Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”

Sedangkan pada ayat selanjutnya (2 Petrus 1:5-10); apabila dikolaborasikan dengan ayat bacaan diatas maka kita akan menemukan nilai kebenaran yaitu bahwa saat kita membangun rumah harus dimulai dengan iman, lalu kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang.

Untuk lebih detailnya, mari kita bahas satu persatu mengenai syarat dalam membangun rumah (rumah rohani). Yang pertama yaitu dengan iman. Dimana iman itu ada atau timbul dalam kehidupan kita apabila kita senantiasa mendengarkan firman Tuhan, seperti yang tertulis dalam Roma 10:17 berkata : “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Sebab firman Allah telah diwujudkan melalui peristiwa kehidupan seseorang, seperti Musa, Daud dan lainnya. Di dalam firman Tuhan banyak dicatat tentang mujizat yang Tuhan lakukan, baik itu dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Semua itu adalah kodrat ilahi dan bukan oleh kekuatan manusia.

Kalau kita membaca firman Allah, maka pekerjaan Roh Kudus yang dicatat dalam Alkitab dapat terjadi dalam kehidupan kita pula, khususnya sebagai orang yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan. Dan Firman Allah tidak boleh hanya sebagai kepercayaan/iman saja, tetapi harus nyata dalam perbuatan (Yakobus 2: 17-22). Perbuatan yang didalamnya terkandung kebajikan ini tidak tidak hanya dilakukan oleh seorang imam atau nabi saja, tetapi semua umat Tuhan harus melakukannya. Seperti halnya Yunus yang bertobat dan melakukan perintah Tuhan. Setelah melakukan firman Allah maka kodrat ilahi yang ada dalam dirinya bekerja secara luar biasa, dimana melalui pemberitaannya maka satu kota (Niniwe) bertobat.


Saudara, ketika kodrat ilahi berfungsi dalam hidup kita, dan berjalan seiring dengan waktu yang di dalamnya diwarnai dengan berbagai macam pencobaan demi pencobaan, maka dari situlah akan timbul pengalaman/pengetahuan, yang pada akhirnya akan membawa kita hidup dengan penguasaan diri; misalnya saat kita menghadapi persoalan maka kita tidak panik lagi. Sebagai contoh yang nyata adalah kisah daripada rasul Paulus; dimana telah diungkapkan melalui suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, bunyinya : “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (II Korintus 4:8-10).

Selain penguasaan diri, dalam diri kita dituntut pula adanya ketekunan, karena tanpa ketekunan maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebagai gambaran adalah seorang petani. Mereka tidak akan panen apabila tidak sabar atau tekun dalam merawat dan menantikan tanaman yang ia tanam, karena segala sesuatu ada waktunya. Firman Tuhan berkata : “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya” (II Timotius 2:6). Dan besar kecilnya panen mereka tidak lepas dari hukum tabur tuai, yaitu “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (II Korintus 9:6). Dan selanjutnya adalah : bagi orang yang bertekun di dalam Tuhan maka orang itu akan hidup dalam kesalehan; yang pada akhirnya kodrat ilahi yang ada di dalam dirinya akan senantiasa memelihara orang tersebut baik di dalam dunia maupun sampai pada hidup yang kekal.
Oleh karena itu, janganlah kita sia-siakan kesempatan yang ada.

Biarlah kodrat ilahi yang telah dianugerahkan dalam kehidupan ini, senantiasa berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang besar. Karena pondasi ini sebenarnya tercakup dalam iman, harap dan kasih.

Amin.

Wednesday, March 14, 2012

Wasiat



Pdt. Dr. Abraham Alex Tanuseputra

“Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.”
(Ibrani 9:16-17)

Pada ayat bacaan di atas terdapat kata “Wasiat”.
Wasiat adalah sebuah janji; sedangkan yang memberikan wasiat itu adalah Allah. Dan perlu kita ketahui bahwa wasiat ini baru berlaku kalau yang memberi wasiat ini telah mati.

Memang, Allah tidak pernah mati, karena Dia kekal, tetapi Dia bisa memberikan warisan kepada kita dengan jalan memberikan Yesus yang adalah Tuhan telah menjadi manusia. Pada saat Dia mati (walaupun pada hari yang ketiga Dia telah bangkit) Allah memberikan wasiat kepada kita, selain itu Allah mengangkat kembali manusia menjadi anak-anak Allah. Ini berlaku bagi yang percaya kepada-Nya.

Wahyu 5:6-12 menyatakan bahwa Allah itu memiliki segala-galanya, khususnya pada ayat 12 telah dikatakan : "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!". Sejak Yesus mati di atas kayu salib wasiat di atas tersebut diberikan bagi kita selaku anak-anakNya. Hal ini dapat kita ketahui dalam Roma 8:16-17 yang berkata, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Menderita bersama-sama dengan Tuhan merupakan sesuatu hal yang tidak enak untuk daging. Kata yang lebih tepat untuk kata “menderita” adalah “prihatin.” Ini berarti mau tidak mau kita harus berjalan di jalan yang sempit, menderita bersama dengan Kristus. Namun ujungnya menuju kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Selain itu penderitaan yang kita alami tidak sebanding dengan kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita terima.

Wasiat di dalam Yesus dihubungkan dengan pengertian “berkat Allah yang diberikan kepada Abraham.” (Galatia 3:26-29). Apabila kita melihat siklus sebuah kehidupan khususnya dari Abraham, Ishak dan Yakub, maka disana dipenuhi dengan bukti-bukti iman. Yang perlu kita perhatikan adalah bukan hanya berkat yang diterima Abraham saja, tetapi siklusnya. Setelah Abraham, Ishak diberkati, lalu diturunkan kepada Yakub. Memang secara fisik Ishak tidak memberikan apa-apa kepada Yakub, tetapi berkat yang dari Tuhan tetap terjadi dalam kehidupan Yakub. Ini merupakan siklus turun-temurun. Hal ini juga berlaku bagi kehidupan orang yang percaya kepada Kristus, termasuk saudara semua. Berapa banyak orang mengalami masa kejayaan namun setelah meninggal dunia, anak-anaknya hidup penuh penderitaan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak berada dalam sebuah siklus kehidupan seperti yang dilakukan oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Sebagai contoh yang gamblang adalah bangsa Israel. Tatkala orang Israel menyembah Tuhan dengan baik, maka kota Yerusalem mendapatkan damai sejahtera. Klimaksnya pada saat pemerintahan Daud dan Salomo. Tetapi saat orang Israel tidak mengikuti siklus yang dilakukan nenek moyangnya, maka Yerusalem hancur dan dijajah oleh banyak bangsa. Saat mereka bertobat dibangun kembali dan saat mereka tidak taat, maka dijajah kembali. Ini berlangsung terus menerus, hingga Yerusalem memiliki pondasi yang berlapis-lapis. Yerusalem adalah kota yang kekal. Ini merupakan gambaran bagi kita kepada Yerusalem yang kekal. Kalau Yerusalem kita di dunia ini baik, maka Yerusalem yang di sorga pasti juga baik.

Hari-hari ini, memang Tuhan sedang mengembalikan Yerusalem, tetapi ibadah mereka belum pulih secara keseluruhan. Tetapi kita adalah keturunan Abraham di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tanpa Yesus, berkat Allah tidak bisa turun kepada kita. Karena Yesus, semua berhak menjadi anak-anak Allah yang menerima wasiat dari-Nya. Untuk itu kita tidak bisa meninggalkan siklus yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh pergerakan Kristen yang berkembang sampai sekarang. Apa yang dilakukan Abraham dilakukan oleh Ishak, seperti yang tertulis dalam Kejadian 26:12-13, ”Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.” Memang tidak mudah untuk melakukan siklus ini secara turun-temurun, tetapi kalau orang kembali kepada siklusnya, maka berkat Tuhan akan turun dengan luar biasa. Setiap orang memiliki siklus ini. Jangan sampai kita melupakan siklus itu, karena apabila kita melupakannya maka yang akan terjadi dalam kehidupan kita seperti yang tertulis dalam Pengkhotbah 1:11, ”Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak aka nada kenang-kanangan pada mereka yang hidup sesudahnya.” Ini merupakan peringatan bagi kita.

2 Korintus 9:10-11 berkata, “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.” Menabur bukan berarti berbicara masalah uang saja. Ini suatu siklus, kenangan yang lama ada dan yang akan datang lebih ada lagi. Hidup kita ini sangat berguna untuk ini.

Matius 25:14-30 berbicara tentang seorang tuan yang mempercayakan talenta-talentanya kepada hamba-hambanya. Ada yang menerima 5, 4, 3, 2, 1 talenta. Yang diberi 5 sampai 2 dikembangkan, tetapi yang menerima 1 talenta tidak mengembangkannya. Justru yang diberi 1 talenta menganggap tuannya kejam. Orang tersebut diberi 1 talenta saja tidak bisa mengembangkan, apalagi diberi banyak. Oleh karena itu berapapun talenta yang dipercayakan kepada kita, seharusnya kita kembangkan, supaya hal yang buruk tidak kita alami, seperti yang tertulis dalam Matius 25:30 berkata, “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Untuk itu, marilah kita kembali kepada silklus, menabur dan menuai. Memang terasa berat, tetapi apabila kita mau melakukannya maka kita akan dimuliakan bersama dengan Kristus. Walaupun kita mengalami banyak tantangan, tetapi kita tetap diberkati oleh Tuhan.

Amin

Tuesday, March 13, 2012

Hormat, Setia dan Rindu Kepada Roh Kudus



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Ayat Bacaan: 2 Petrus 1:5-8

Yesus pernah bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?”
Hal ini ditanya oleh Yesus sebanyak tiga kali agar Petrus mengasihi Tuhan tidak hanya berdasarkan doktrin saja. Semua agama juga mengasihi allahnya. Lebih dari itu, Allah menjadi manusia dan Ia mati dan bangkit, naik ke Sorga dan saat ini Roh Kudus datang sejak hari Pentakosta. Kita percaya saat ini bahwa Roh Kudus hadir di tengah-tengah kita.

Tuhan menginginkan bukan hanya kita mengasihi Tuhan, tetapi juga agar kita selalu rindu akan Tuhan. Kasih tanpa kerinduan sama dengan iman tanpa perbuatan atau harap tanpa ketekunan. Petrus mengerti bahwa ia harus tetap rindu kepada Tuhan, untuk itu Petrus mengajarkan dari mana pondasi kita mengasihi Tuhan.


1) Menghormati Roh Kudus
Pengertian tentang Kerajaan Allah adalah setiap Roh Kudus ada, maka di sana ada Kerajaan Allah. Demikian sekarang, dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, Roh Allah hadir. Mengenai kehadiran Roh Allah tidak cukup sekedar diketahui tetapi kita harus menghormatiNya. Sebagai gambarannya adalah bangsa Israel, dimana saat bangsa Israel menghormati kehadiran Roh Allah maka mereka semua diberkati dan berhasil, tetapi sebaliknya, pada saat mereka tidak menghormati maka mereka mengalami musibah. Daud percaya bahwa dalam Tabut Perjanjian ada Allah, tetapi ketika dia tidak menghormatinya, maka musibah terjadi. Sedangkan Obed Edom tahu menghormati Roh Kudus sehingga hidupnya beserta seluruh isi keluarganya dalam waktu singkat (tiga bulan) diberkati oleh Tuhan. Oleh karena itu jangan sekali-kali kita mengabaikan kehadiran Roh Allah di tengah-tengah kehidupan kita, tetapi biarlah kita menghormatinya sebab Dia adalah pribadi yang lembut.

2) Setia kepada Roh Kudus
Selanjutnya, kita menghormati Roh Kudus saja tidak cukup, karena kita mengikut Tuhan bukan satu atau dua hari saja. Untuk itu, kita perlu setia kepada Roh Kudus. Memang terkadang kita labil dan lemah, tetapi kita percaya bahwa walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia. Dia tetap mencintai kita. Sebab itu, dalam cengkeraman Roh Kudus kita harus tetap setia kepada Roh Kudus agar kita dapat menguasai diri. Sebab dengan penguasaan diri, harapan kita bisa terpenuhi. Orang berharap adalah untuk waktu jangka panjang, dan ketika seseorang berharap, maka diperlukan kesabaran, ketekunan terlebih itu adalah kesetiaan. Tuhan ingin kita berlaku setia kepadaNya, sebab kesetiaan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dari Tuhan. Firman Tuhanpun menasehatkan, ”Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong” (Amsal 19:22)
Memang umur dibatasi oleh akhir hayat kita. Kalau kita setia kepada Dia, maka Dia terus memimpin dan membimbing kita. Namun apabila kita tidak setia, maka harapan kita tidak terpenuhi. Selain itu, dengan pengalaman kesetiaan itu, kita menjadi saleh dan suci. Kita percaya bahwa orang yang suci yang pantas mengatakan “aku cinta Tuhan.” Kalau kita hidup dalam kebenaran, maka kita pasti juga dicintai Tuhan.

3) Selalu Rindu kepada Roh Kudus
Orang yang mengasihi Tuhan dan dicintai Tuhan, ia akan menghormati, setia dan selalu rindu kepada Roh Kudus. Dengan ketiga poin di atas akan mewujudkan “kasih.”
1 Korintus 13:13 dan 14:1 berkata, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.” “Iman” adalah menghormati Roh, “harap” adalah setia kepada Roh Kudus dan “kasih” adalah kerinduan kepada Roh Kudus.
Orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa dari Tuhan. 1 Korintus 2:9 berkata, “Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Demikian juga, Amsal berkata, orang yang tidak punya wahyu akan menjadi liar atau terhukum.
Pada saat kita tidak bisa berbuat apa-apa, maka Roh Kudus yang kita kasihi dan mengasihi kita akan memberikan kita hikmat. Orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan selalu mendapat pikiran Tuhan. Kalau berbicara tentang pikiran Tuhan, maka kita tidak dapat menilainya dengan logika kita sehingga terlihat aneh. Abraham dalam perjalanan hidupnya menghadapi tantangan dan rintangan, tetapi selalu ada jalan keluar bagi dia. Demikian juga dengan tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Tanpa pikiran Tuhan, kita tidak mampu menghadapi dunia ini.


Mazmur 127:1-2 berkata, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”

Tuhan sangat rindu kepada kita (Baca: Mazmur 139:6-12). Roh Kudus sudah manunggal dengan kehidupan kita sehingga kemanapun kita pergi, Dia selalu berada dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita tidak hormat, setia, dan rindu kepada Roh Kudus. (Baca: Kidung Agung 5:2-8). Tuhan datang dengan mengetuk pintu, tetapi sang kekasih tidak menanggapinya. Tiba-tiba dia sadar, lalu membuka pintu, ternyata Tuhan sudah pergi. Kekasih ini lalu mencari Tuhan, tetapi tidak menemuinya. Artinya, kesabaran Tuhan ada batasnya. Kalau Roh Kudus sudah meninggalkan gereja Tuhan, maka sekalipun kita menjerit mencarinya, maka tidak akan menemukannya.

Oleh karena itu dalam kidung agung dituliskan “-- Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” (Kidung Agung 8:6-7)

Amin.