Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Sunday, June 19, 2011

Mengatasi Kekuatiran


Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D

Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
(Matius 6:31-33)

Saat ini kita mengalami inflasi yang tinggi. Kalau beberapa tahun lalu harga emas kurang lebih hanya beberapa ribu, sedangkan sekarang dua s/d tiga ratus ribu; jadi kenaikannya berlipat-lipat. Menghadapi situasi ekonomi yang demikian kadang-kadang kita tidak siap. Dan berapa banyak anak-anak Tuhan mengalami kekuatiran terhadap banyak hal. Baik sebagai seoraang pengusaha atau sebagai karyawan biasa. Gaji yang kita terima tiap bulan seolah-olah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan keadaan yang demikian membuat kita kuatir disertai kebutuhan yang semakin meningkat. Ada dua tahap supaya kita tidak kuatir :

1. Dengan pengertian
Tuhan menjelaskan dengan pengertian yaitu apabila burung di udara tidak menanam atau menabur tetapi dipelihara Tuhan, demikian halnya dengan bunga bakung yang ada di ladang, walaupun tidak memintal tetapi didandani Tuhan begitu rupa bahkan melebihi indahnya pakaian raja Salomo. Apalagi kita sebagai umatNya, kita pasti dipelihara dan dicukupi segala kebutuhan kita oleh Tuhan, seperti yang tertulis dalam Matius 6:26-29, ”Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? . . . . . .”
Untuk itu jangan kuatir, sebab apa yang kita kuatirkan belum tentu terjadi; dan seandainya terjadi prosentasinya sangat kecil yaitu cuma lima persen. Dampak daripada kekuatiran adalah seseorang menjadi putus asa dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan hidupnya. Firman Tuhan berkata : ”Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Matius 6:27). Berapa banyak orang bunuh diri karena kuatir, mereka tidak berani menghadapi kenyataan hidup sebab mereka tidak memiliki pengertian tentang kebenaran firman Tuhan.

2. Mencari kerajaan Allah dan kebenaranNya
Walaupun kita telah mendapat pengertian supaya tidak kuatir tetapi kadang-kadang terselip rasa kuatir saat menghadapi persoalan. Lalu bagaimana kita bebas dari kekuatiran sepenuhnya ? kita harus mengambil suatu tindakan seperti yang firman Tuhan katakan : ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Jadi, kalau kita mencari maka di dalamnya ada tindakan meminta. Kalau kita mencari maka kita akan mendapat, apabila kita mengetuk maka pintu akan dibukakan. Setiap kita tentunya dilengkapi dengan iman untuk mendapatkan, dan kita diberi kekuatan harap supaya apa yang kita cari kita dapatkan, dan kita diberi kasih supaya apa yang kita ketuk maka pintu dibukakan. Lalu apa arti kerajaan Allah ? Pada jaman purba, Musa membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dengan jumlah kurang lebih tiga juta orang di padang belantara, tetapi Tuhan hadir karena Ia mengasihi umatNya. Pada siang hari ada tiang awan dan pada malam hari ada tiang api sehingga mereka tidak kepanasan atau kedinginan. Suasana pada waktu itu seperti yang tertulis dalam Wahyu 7:9-17. Itulah suasana kerajaan surga yang suatu saat kita dapatkan. Kerajaan Allah tidak ada lapar maupun haus. Orang yang mati di padang gurun karena mereka bersungut-sungut dan tidak percaya kepada Tuhan. Demikian orang Kristen yang tidak percaya, tidak berharap dan tidak mengasihi Tuhan akan mati di “tengah jalan”. Pada jaman Salomo ia beribadah kepada Tuhan, maka Tuhan hadir dan para imam tidak tahan akan hadirat Tuhan sehingga mereka rebah. Ketika Tuhan hadir, maka Salomo diberkati luar biasa termasuk seluruh negeri diberkati. Bukankah diri kita adalah bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kita (I Korintus 16:19-20). Kekayaan Salomo sungguh luar biasa, sehingga pada jaman itu tidak ada raja satupun yang memiliki kekayaan seperti yang dimiliki oleh Salomo.

Saudara, carilah kerajaan Allah terlebih dahulu, sebab di sorga tidak ada kekuatiran, karena semuanya ditanggung oleh Tuhan. Kerajaan Allah itu bisa turun, malahan Tuhan mengajarkan kita berdoa untuk mengundang kerajaan Allah turun ke bumi seperti yang tertulis dalam Matius 6:9 ” . . .” Hampir semua umat beragama mereka berpuasa, bersemedi untuk manunggal dengan Tuhan. Padahal tidak ada seorangpun bisa manunggal dengan Roh Allah kecuali percaya kepada Yesus Kristus, sebab firman Tuhan katakan bahwa di bawah kolonglangit tidak ada nama yang dapat menyelamatkan kecuali dalam nama Yesus. Sehingga akibatnya yang manunggal dengan mereka adalah roh-roh yang memiliki daya rendah. Oleh karena itu mereka banyak yang menjadi dukun atau paranormal. Jadi dimana Tuhan menunjuk suatu tempat menjadi tahtaNya maka disitulah kerajaan Allah ada. Kalau kita baca Matius 16:18-19, maka kita dapatkan pengakuan Simon “ . . .” Bumi ini adalah milik Allah, tetapi iblis dibumi merusak tatanan hidup. Tetapi kalau kita percaya secara pribadi bahwa tubuh kita adalah bait Allah maka kita akan diberkati. Untuk percaya itu tidak mudah, tetapi kita harus mencari dan mengetuk. Apabila kita baca di dalam Wahyu 3:20 ” . . .”
Efesus 3:14-20 berkata bahwa baik yang ada di sorga maupun di bumi telah menerima nama Yesus. Kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat pasti hidupnya bebas dari kekuatiran. Dan perlu kita ketahui pula bahwa Allah bertahta di atas puji-pujian seperti yang tertulis dalam Mazmur 22:4.

Pada tahun 1971 anak saya lahir dalam kondisi cacat. Sebab ketika dia lahir yang keluar kakinya terlebih dahulu, sehingga otaknya kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Sampai usia 5 tahun anak saya masih belum bisa berjalan maupun berbicara, akhirnya saya berdoa dan berpuasa. Dan suatu saat Tuhan bertanya, “where is my address ?” (dimanakah alamatKu?). Saya menjawab “disebelah kanan Allah Bapa.” Tuhan berkata : “Aku ini di dalam kamu.” Lalu saya kaget mendengarkan jawaban itu. Saudara, padahal saat itu saya sudah melayani Tuhan selama tujuh tahun tetapi saya masih belum mengerti akan hal ini. Saya kira Allah Bapa itu lebih besar dan Allah Anak kurang besar dan Allah Roh Kudus biasa saja. Padahal kuasa, kekayaan dan kemuliaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus itu sama. Setelah mengetahui alamat Tuhan ada dalam diri saya maka saya berdoa dan berkata kepada Tuhan, “kalau anak saya cacat seperti ini maka saya tidak akan melanjutkan pelayanan ini” akhirnya Tuhan menjawab, “create him” (cipta dia). Lalu saya mulai berkata kepada anak saya, “berjalan nak” kemudian saya katakan lagi kepada anak saya, “berbicara nak” akhirnya lambat laun anak saya bisa berjalan maupun berbicara. Saudara, apabila Tuhan telah melakukan mujizat yaitu dua ekor ikan dan lima ketul roti dapat memberikan makan lima ribu orang dan orang buta sejak lahir dapat melihat, maka saya percaya pula bahwa anak saya pasti dipulihkan.

Demikianlah dalam kehidupan kita apabila berbagai pergumulan dan sekarang masih belum mendapat jawaban maka tetaplah bersabar dan jangan kuatir.

Full Of Love

Pdt. Andreas Nawawi
Bethany KTC, Jakarta


Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
(Lukas 15:20-30)

Alkitab mencatat bapa sudah lama menunggu anaknya hilang untuk pulang kembali.
Setiap hari bapa ini terus melihat dari jendela, menanti anaknya kembali.
Sikap bapa terhadap anaknya yang hilang: Full Of Love & Compassion.

Meski anak yang hilang sudah siap untuk tidak dianggap sebagai anak karena setiap tindakannya yang lalu, bapa menerima dia apa adanya. Bahkan menyambutnya kembali dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Ketika suatu bangsa dalam keadaan terpuruk dan kacau balau, mari jangan salahkan orang lain. Ataupun pemimpin bangsa kita. Tapi mari kita ambil tanggung jawab, dengan memulai perbaikan dari keluarga-keluarga kita.
Mari jadi bapa yang baik dalam keluarga.

Bapa = Abba, adalah source of everything.
Mari kita cintai anak-anak kita, dan nyatakan dengan jelas cinta kita.
Penting untuk orang tua menyatakan cintanya dengan jelas, supaya anak mendapat contoh yang baik. Mari jadi teladan bagi mereka, salah satunya bagaimana kita juga menghormati orang tua & mertua kita (kakek dan nenek dari anak kita).

LOVE NEVER FAIL
Mari perhatikan urutan prioritas waktu dan hidup kita:
1. Tuhan
2. Keluarga
3. Pelayanan / Pekerjaan

Untuk merubah Indonesia, mari kita mulai dari gereja kita.
Untuk merubah gereja, mari kita mulai dari keluarga kita.
Untuk merubah keluarga, mari kita menjadi bapa/orang tua yang baik, seperti yang Tuhan inginkan.

Mari kita hidup dengan Full of Love & Compassion.

Hadirat Tuhan Lebih Dari Yang Lain

Pdt. Hanny Setiawan
Bethany KTC, Jakarta

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Sebab Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan."
(Keluaran 33:1-3)

Yusuf mempengaruhi Mesir
Esther menyelamatkan bangsa Israel

Tuhan kita, adalah Tuhan yang berfirman.
Pertanyaannya, kapan terakhir Tuhan berfirman?
Saat Dia berfirman, Malaikat-Nya akan menyertai kita. Segala musuh kita akan di halau.: roh kemiskinan, roh kekerasan, roh kekuatiran&ketakutan, roh tipu muslihat.
JanjiNya, tanah yang penuh susu dan madu. Keadaan yang baik, diberkati berlimpah-limpah.

Tapi kadang Tuhan ingin mengetahui isi hati kita.
Apakah kita mau menerima keberhasilan yang luar biasa, tapi tanpa kehadiran pribadi-Nya sendiri? Atau apakah kita lebih memilih mendapat perkenanan pribadi-Nya menyertai kita LEBIH dari segala keberhasilan?

Musa berdoa syafaat: "jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu."
Lalu Tuhan berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.

Janjinya, kita akan membawa dampak bagi sekitar kita, saat Tuhan hadir dalam hidup kita. Mari terus alirkan air kehidupan bagi keluarga, gereja, kota dan bangsa kita.
Kitalah anak-anak Perjanjian, keturunan Ishak yang menerima janji Tuhan.

Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.
Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga."
(Kejadian 17:19-21)

Hadirat Tuhan

Pdt. Anthony Chang

Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: "Ini anakmu, ia sudah hidup. Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar."
(1 Raja-Raja 17:7-24)

Cara Tuhan menyatakan hadirat-Nya:
1. Bisa pakai hamba Tuhan
2. Bisa pakai saudara seiman
3. Bisa pakai bukan saudara seiman/ siapa saja
4. Bisa pakai apa saja:
a. Bileam - keledai
b. Petrus - ayam berkokok
c. Anak yang hilang - babi
d. Yunus - ikan

Cara Memberi
Dengan memberi, kita menjadi malaikat Tuhan bagi orang lain
Waktu untuk memberi, tidak harus menjadi kaya dahulu.

Mujizat
Ada waktunya: ketika hujan muncul, mujizat berhenti.

Pertolongan Tuhan
Tepat pada waktunya, saat Elia datang tepung habis dan Elia datang saat anak janda mati.

Tuhan rindu menyatakan hadirat-Nya selalu. Mari jangan batasi hadirat-Nya.

Thursday, June 16, 2011

Didikan Yang Membawa Pada Suatu Kedewasaan

Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D


"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak : Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang".
(Ibrani 12:1-8)


Setelah kita membaca ayat-ayat di atas, maka kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat penting; karena pelajaran ini yang akan mendasari pertumbuhan kerohanian kita sebagai anak-anak Allah. Memang, apabila kita membaca hanya sepintas saja, maka akan muncul pengertian bahwa sebagai anak Tuhan harus mendapat hajaran dari Tuhan, selain dicintai. Tetapi perlu kita ketahui, bahwa kata “hajaran” disini bukanlah suatu pukulan yang didasari oleh perasaan marah/benci, namun mengandung arti, yaitu suatu tindakan disiplin yang akan membawa seseorang kepada kedewasaan /kesempurnaan. Dan untuk dapat masuk dalam didikan Tuhan ini memang tidak mudah, karena kita harus menaklukkan keinginan diri sendiri, khususnya yang menyangkut kedagingan kita.

Selama kerohanian kita dalam fase pertumbuhan untuk mencapai kedewasaan, kadang-kadang secara tidak sadar bahwa semangat kita dilandasi oleh suatu ambisi. Sehingga kita mulai memaksakan diri saat masuk dalam perlombaan, bahkan tidak jarang muncul suatu kesombongan karena ingin mencapai sesuatu yang maksimal. Padahal yang dimaksud Tuhan adalah berlomba dengan menanggalkan beban dosa yang selama ini merintangi atau menghalangi kita ketika masuk dalam perlombaan. Oleh sebab itu, kita perlu ingat bahwa Tuhan sedang mendidik kita untuk menjadi manusia rohani. Dan jikalau saat ini kita sedang masuk dalam didikan Tuhan, maka kita harus berpegang pada keketapan-ketetapan Tuhan; sebab dengan demikianlah maka kita akan sampai pada kedewasaan penuh. Untuk tetap berpegang pada ketetapan-ketetapan Tuhan itu tidak gampang, karena kita harus menyangkal diri. Tetapi ketahuilah bahwa di dalam diri kita ada kekuatan yang luar biasa yaitu Roh Kudus. Dialah yang memampukan kita untuk tetap berjalan pada ketetapanNya.

Saudara, mari kita lihat salah satu contoh bagaimana Yesus mengajar seseorang yang tidak pernah sakit hati dan putus asa, yaitu Petrus. Saat Tuhan mengajar Petrus yang penuh ambisi, arogan, dan memiliki target untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi, maka saat itu pula Tuhan mengajar Petrus menjadi manusia roh, supaya ia membangun gereja dengan kodrat ilahi yang Tuhan berikan. Pengajaran Tuhan kepada Petrus menjadi satu pedoman bagi kita, sehingga apa yang telah diajarkan oleh Tuhan kepada Petrus juga berlaku atas kehidupan kita dalam mencapai suatu kedewasaan rohani.


Kita akan lihat bagaimana Tuhan memberikan didikan kepada Petrus :

Pertama, Baca Matius 16:21-23. Tuhan Yesus mengajar suatu hukum rohani. Hukum rohani ini sangat bertentangan dengan hukum dunia/kedagingan kita. Karena hukum ini berorientasi pada kehendak Bapa dan bukan kehendak manusia. Dan Tuhan menghendaki agar target keberhasilan kita bukan semata-mata oleh karena kekuatan dan kepandaian kita, melainkan oleh karena kita mati bersama Kristus. Dan perlu kita ketahui pula bahwa ketika kita melakukan hukum rohani ini, maka kodrat ilahi itu akan berfungsi, yang selanjutnya akan berdampak pada keberhasilan secara terus menerus.

Kedua, Baca Matius 14:22. Pada waktu itu Tuhan Yesus meminta murid-murid-Nya berjalan sendiri, dalam artian bahwa Tuhan mengajar murid-muridNya supaya mereka memiliki hubungan denganNya secara roh, dan bukan hanya hubungan secara lahiriah saja. Memang, saat itu mereka dapat melihat dan bersama-sama Yesus secara fisik, tetapi Tuhan Yesus ingin mendidik/mendewasakan mereka. Sebab apabila Ia sudah kembali ke surga, murid-muridNya tetap memiliki hubungan dengan Yesus, yaitu secara roh. Demikianlah keinginan Tuhan terhadap kita, dimana Tuhan rindu supaya kita membangun hubungan yang intim dengan Tuhan, karena itu merupakan sumber kekuatan kita untuk menghadapi berbagai macam tantangan dalam hidup ini.

Ketiga, Baca Matius 14:28-33. Tuhan Yesus mengajar agar kodrat ilahi itu berfungsi. Diantara murid-murid Yesus, Petruslah yang paling menonjol, bahkan sempat ia berjalan di atas air. Hal ini memang luar biasa, karena iman dan pandangannya yang tertuju hanya pada Yesus, maka dia dapat berjalan di atas air. Apa yang Yesus perbuat, dia dapat perbuat. Tetapi waktu dia mulai merasakan tiupan angin semilir disekitarnya dan mulai timbul rasa takut, maka tenggelamlah dia. Tetapi saat dia tenggelam, maka tangan Tuhan mengangkat Petrus. Dan pada waktu itu Tuhan dan Petrus kembali berjalan di atas air menuju ke perahu, demikian pula angin ributpun menjadi tenang. Ini pelajaran bagi kita bahwa orang yang berjalan dalam roh adalah orang yang berjalan di atas air. Yang mustahil bagi manusia, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan Yesus Kristus. Tuhan mau meningkatkan iman kita, Tuhan mengajar agar kodrat ilahi itu berfungsi.

Keempat, Matius 18:21-22. Yesus mengajar tentang pengampunan. Petrus memang mau mengukur manusia rohani dengan pengampunan. Dan Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pengampunan itu senantiasa kita lakukan, karena Tuhan senantiasa mengampuni kita apabila kita melakukan kesalahan, tetapi bukan berarti bahwa kita dapat melakukan dosa terus menerus, karena Allah tidak dapat dipermainkan. Tuhan ingin di dalam diri kita penuh dengan pengampunan, supaya dunia melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah dan mereka mempermuliakan Bapa kita yang di surga.

Kelima, Lukas 22 :31-32. Yesus mengajar tentang penampian. Walaupun kita tidak bisa dijamah iblis, tetapi bisa ditampi iblis atas seijin Tuhan; seperti Ayub. Tetapi ingat, Tuhan berdoa untuk kita supaya iman kita jangan gugur. Tampian ini diberikan agar Petrus tidak arogan dan mengandalkan kekuatannya sendiri (Lukas 22:33-34). Lalu, bagaimana mengatasi tampian iblis ini? Tuhan menghendaki agar kita berjaga-jaga dan berdoa, seperti yang tertulis dalam Matius 26:40-43. Baca juga Matius 25:1-13 Tentang sepuluh anak dara yang penat.

Keenam,Yohanes 18:10-11. Yesus mengajar Petrus untuk tidak arogan. Pada waktu itu Petrus dengan marah dan memotong telinga salah seorang prajurit, tetapi Yesus menyuruh Petrus untuk menyarungkan kembali pedangnya. Untuk menjadi manusia Roh memang tidaklah mudah.

Ketujuh, Markus 16:6-7. Yesus mengajarkan untuk percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Saat itu Petrus benar-benar menjadi manusia roh dan satu kali Petrus berkhotbah (Kisah Para Rasul 3) 3000 orang bertobat. Petrus dipakai secara luar biasa. Bahkan dia rela mati dengan kepala di bawah. Kita percaya bahwa Petrus mendapat bagian yang besar di dalam Kerajaan Sorga.


Dari ketujuh hal tersebut diatas, biarlah boleh menjadi pelajaran dalam kehidupan kita. Bahwa apabila kita mau bertumbuh, maka kita harus mau dididik oleh Tuhan. Karena semua itu akan membawa kita pada kedewasaan/kesempurnaan, dan itulah merupakan kehendak Tuhan.

Amin.

Saturday, June 11, 2011

Menabur

“yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”
(Kisah Para Rasul 10:38)

Menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, salah satu pesan-Nya yang kuat hari-hari ini adalah: Menabur ... Memberi ... Menabur ... Memberi!”

Hal ini, terutama untuk orang-orang miskin, orang-orang sengsara dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Di Alkitab, kita bisa melihat bahwa Tuhan peduli kepada orang-orang yang tertindas, orang miskin dan orang sengsara.

Antara lain adalah:
1. Tuhan melarang membungakan uang kepada orang-orang miskin (Keluaran 22:25).
2. Pada waktu panen, gandum yang rontok tidak boleh diambil, karena di belakangnya ada orang-orang miskin yang akan memungutinya (Imamat 23:22).
3. Tuhan memberikan peraturan yaitu keadilan yang tidak pilih kasih, di mana baik yang kaya maupun yang miskin mempunyai hak yang sama di pengadilan (Keluaran 23:2–3).

Hati Tuhan selalu ada pada orang-orang yang tertindas, orang-orang yang sengsara dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Ulangan 15:1–11, firman-Nya: Kalau kita sungguh-sungguh mendengar suara Tuhan dan melakukan perintah-perintah-Nya serta kehendak-Nya untuk memperhatikan orang-orang miskin dan orang-orang sengsara, maka yang terjadi adalah:
• Tidak akan ada orang-orang miskin di negeri kita
• Tuhan memberkati kita sehingga tidak akan meminjam dari bangsa-bangsa, tetapi justru akan memberikan pinjaman kepada bangsa-bangsa.
• Tuhan akan memberkati kita dalam pekerjaan dan usaha kita.

Amsal 19:17 berkata, “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.”

Amin?

Saturday, June 4, 2011

Ketaatan Yang Disertai Kesetiaan, Ketekunan & Kesabaran

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Graha Bethany Nginden

”Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
Markus 14:35-36

Peristiwa yang sedang terjadi seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas menunjukkan ketaatan Yesus Kristus. Meskipun Yesus tahu bahwa setelah penderitaan bahkan sampai pada kematian diatas kayu salib akan ada kemenangan besar, tetapi secara manusia pada waktu itu Ia sempat mengatakan “kalau bisa cawan ini berlalu daripadaKu.” Cawan ini merupakan hal yang menakutkan namun Dia tetap taat untuk melakukannya. Kata taat memang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang mau untuk melakukannya. Untuk dapat taat itu sebenarnya mudah, yaitu menerima tugas dan menjalankan. Tetapi masalahnya tidak semudah itu karena sementara menerima tugas, bisa muncul adanya suatu konflik yang bertentangan dengan kemauan dan pemikiran diri sendiri sehingga dengan demikian mulai muncul keraguan dan rasa bimbang, dan akhirnya mulai mencoba menghindar untuk melakukan tugas yang Tuhan berikan. Meskipun kita terhalang dengan perasaan bimbang, takut, cemas ataupun gagal tetapi apabila kita taat maka kemenangan demi kemenangan akan kita peroleh. Oleh sebab itu, kita harus berbahagia karena memiliki pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus yang senantiasa menuntun bahkan kadang memaksa kita untuk tetap mentaati segala apa yang telah menjadi ketetapanNya, sekalipun kita tidak suka dengan tugas tersebut.

Tuhan memberikan suatu pengajaran mengenai ketaatan yang disampaikan melalui rasul Paulus kepada muridnya yaitu Timotius. Diantaranya : pengajaran mengenai teladan seorang prajurit, olahragawan maupun petani. Dan kali ini kita akan mempelajari satu persatu mengenai hal ketaatan seperti yang telah disebutkan :


1. Teladan Seorang Prajurit (Taat dan Setia)
Dalam II Timoitus 2:3-4 dikatakan, ”Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”

Yang dituntut pada pribadi seorang prajurit selain ketaatan adalah kesetiaan. Dan kalau kita perhatikan mengenai prajurit, maka dapat kita ketahui bahwa prajurit merupakan komunitas yang sangat tangguh dan loyal. Satu institusi yang dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang sangat luar biasa; baik di Indonesia maupun diseluruh negara. Masia Felly, dalam The Art of The War (seni berperang); menyatakan : ”sepertinya tidak ada profesi yang lain yang melebihi profesi seorang prajurit dalam hal pengorbanan maupun maupun pengabdiannya terhadap bangsa dan negara.” Menurut pandangan secara umum bahwa yang paling penting dalam profesi prajurit itu adalah seseorang yang bertubuh kekar dan melakukan latihan fisik secara intensif. Seorang prajurit harus trampil dan cakap dalam hal strategi perang. Semuanya itu memang penting, tetapi yang dibutuhkan oleh seorang prajurit yang sejati adalah kesetiaan. Taat dan setia ini sangat penting.

Kesaksian : Saya (Pdt. Alex T.) hampir memasuki usia tujuh puluh tahun. Secara manusia menjalankan pelayanan sangat lelah, tetapi Tuhan menghendaki tetap berkiprah dalam pelayanan termasuk membangun menara doa Jakarta. Meskipun kadang-kadang muncul rasa bimbang, takut, tetapi Tuhan tetap ingin saya untuk maju terus melayani Dia.

Melalui rasul Paulus, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk taat dan setia, meskipun kita menghadapi hal yang susah. Seperti halnya Yesus saat menghadapi kematianNya, dimana Dia tetap taat dan setia. Dan Dia berjanji, ”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”(II Timotius 2:11)


2. Teladan Seorang Olahragawan (Taat dan Tekun)

Dalam II Timotius 2:5 dikatakan, ” Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” Sebagai seorang olahragawan dituntut untuk tekun. Progress atau target utama yang diharapkan dari seorang olahragawan adalah mahkota (Piala). Pada jaman Romawi hadiah/penghargaan berupa daun palem yang dirangkai untuk menjadi mahkota. Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa hidup ini adalah pertandingan, dan setiap orang harus mengambil bagian dalam pertandingan tersebut. Untuk dapat memenangkan pertandingan tersebut, maka diperlukan ketekunaan berlatih, kemudian bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan olah raga. Saudara, kalau bertanding tanpa ada harus rasa untuk menjegal, iri hati, cemburu, atau hal-hal yang tidak sportif. Kita berusaha melakukan pekerjaan Tuhan yang terbaik atau terdepan demi kemuliaan namaNya, bahkan kita ”menyeret” teman-teman yang masih ketinggalan untuk sama-sama maju. Sejak gereja Bethany Nginden terbangun, maka muncul gereja-gereja besar lainnya.
Contohnya di Semarang yaitu gereja yang digembalakan oleh Pdt. Petrus Agung, di Solo digembalakan oleh Pdt. Obaja, dan di Jakarta digembalakan oleh Pdt. Jacob Nahuway, dimana gereja mereka rata-rata berkapasitas diatas sepuluh ribu jemaat. Untuk dapat mencapai semua itu perlu ketekunan tidak hanya satu atau dua jam tetapi harus dilakukan selama bertahun-tahun. Untuk itu jangan kecil hati saat kita menghadapi berbagai tantangan hidup, atau bahkan kita kadang-kadang jatuh, tetapi percayalah apabila kita tetap terus berjuang maka kemenangan akan kita peroleh. Apa arti ketekunan ? artinya yaitu ulet dan tidak pernah putus asa. Kalau kita putus asa maka kita tidak akan dapat memperoleh apa yang akan kita capai.


3. Teladan Seorang Petani (Taat dan Sabar)

Dalam II Timotius 2:6 dikatakan, ”Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” Petani itu ada ciri khasnya, tidak peduli menabur sedikit atau banyak, tetapi dia harus sabar untuk menunggu waktu menuai. Seorang petani tidak ada yang dapat mempercepat atau memperlambat waktu menuai. Kalau seseorang menabur tentu ada waktunya untuk menuai. Jarak waktu itu, Tuhanlah yang menentukan. Suatu saat gereja ini menabur hampir seribu sepeda motor buat hamba-hamba Tuhan di pedesaan untuk dapat melayani.

Memang, kadang-kadang kita menabur disertai dengan tetesan air mata, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6 ”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Namun semua yang kita lakukan tidak sia-sia tetapi membawa hasil yang tidak terkatakan.

Memang ada kalanya kita mengalami pergumulan seperti Tuhan Yesus yaitu menghadapi cawan. Kita mengharapkan kalau bisa semua itu berlalu dari kita. Tetapi Tuhan memberikan contoh bahwa ketaatan itu harus disertai dengan sikap setia, tekun maupun sabar. Apabila hal itu ada dalam pikiran kita dan dibantu oleh kuasa Roh Kudus maka kita akan mengalami suatu kemenangan yang besar. Seandainya Tuhan Yesus gagal dalam ketaatan maka kemenangan itu tidak akan pernah dialami. Oleh sebab itu, dari beberapa teladan yang kita kita pelajari marilah kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita senantiasa berkemanangan.

Amin.

Expectation precedes manifestation

John Avanzini


Avanzini expounded on the importance of having expectation, stating that even prophets have to operate with great expectation.

He gave an analogy for expectation: “If a bunch of you are going to go out and pray for rain, but nobody brings an umbrella, you’re not going to get your rain.” The umbrella is a symbol of your expectation that the rain will come.

“Expectation,” declared the preacher, “is the twin sister of faith. Faith is merely a wish if it is not accompanied by expectation.”

Referring to Daniel 10:12-15 from the Bible, he said, “As long as the expectation is there, the angel can come.” The prophet Daniel had prayed, expecting an answer from the Lord—an angel finally came to him 21 days later.

In the case of the widow spoken of in 2 Kings 4:1-7, Avanzini joked that if the widow had not stopped pouring the oil into vessels “there’d be no shortage of oil in the world today!” Behind the humor was the message that if one’s expectations are high enough, the miracle received will exceed expectations because “God is able to do exceedingly abundantly more than we can ask or imagine.”

Avanzini maintained that expectation is so powerful, it even works for those who are without Christ. Going into Acts 3:1-6, Avanzini shared about the expectation of a crippled man that was so huge he drew down a healing miracle from heaven. He said, “Prayer is nothing but a wish if there is no expectation in it. We are not to just wait for a miracle to happen; but we are to do something and expect it to happen.”

Avanzini also warned the crowd that expectation can fade into unbelief, as was the case in Judges 6:11-13. “If you’re not walking in miracles, your expectation has fallen and you are in danger of unbelief.” From there he urged the congregation not to “camp around [your] little wheat and corn; but to lift your eyes and fix them on the harvest.”

Reading from Genesis 15:1-3, in which God gave Abram a vision for the night, Avanzini exhorted us to have “night vision”—to ward off the devil’s discouragement at night. A progressive vision is required to keep expectation strong. “When there’s no vision, the people perish”, he quoted. “Without a progressive vision, nothing will happen. Your circumstance is the circle you’re standing in; you need to step out of it.”

KehadiranNya Melenyapkan Kekuatiran

Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden

Ayat Bacaan : Matius 6:25-34 Judul perikop dari bacaan di atas mengenai hal kekuatiran. Dan di dalam bacaan tersebut menasehatkan supaya kita tidak kuatir atas kehidupan kita, karena kuatir akan merugikan diri sendiri. Ketika seseorang mulai kuatir maka secara tidak sadar orang tersebut menghambat dirinya untuk mengalami peningkatan atau kemajuan, bahkan keadaannya semakin buruk. Selama saya (Pdt. Abraham Alex T.) melayani Tuhan,

saya percaya bahwa kerajaan surga bisa turun ke bumi dan pemeliharaannya sungguh nyata dalam kehidupan saya. Seperti halnya Musa ketika memimpin bani Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, mereka harus melintasi padang gurun. Seperti yang kita ketahui bahwa di padang gurun tidak ada air, tumbuh-tumbuhan ataupun hujan. Tetapi selama 40 tahun di padang gurun mereka tetap dipelihara Tuhan. Makanan disediakan Tuhan berupa mana, dan apabila mereka butuh daging, Tuhan sediakan berupa burung puyuh, demikian pula air juga disediakan Tuhan. Walaupun demikian mereka tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan, justru mereka selalu bersungut-sungut dan kuatir atas hidupnya. Mereka merasa lebih nyaman tinggal di Mesir, padahal di Mesir mereka menjadi budak yang kehilangan harkat dan martabatnya sebagai umat pilihan Tuhan. Ketika mereka berada di padang gurun, kekuatiran dan ketakutan membelenggu hidupnya, meskipun Allah sudah menyatakan mujizatNya sepanjang perjalanan mereka.

Saudara, mungkin kita pernah atau sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada "di pandang gurun." Ingatlah bahwa Tuhan tetap beserta dengan kita, dan janganlah kita kuatir atas kehidupan kita, sebab firman Tuhan menasehatkan kita : "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Kalau kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya dengan kata lain kita mencari Tuhan atau berdoa maka disitulah kita sedang mengundang sorga untuk turun ke bumi, seperti yang tertulis dalam Matius 6:10, " datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga."

Setiap orang percaya kepada Yesus Kristus, dibaptiskan pasti selamat, sebab di bawah kolong langit tidak ada nama yang memberikan keselamatan kecuali nama Yesus. Sejak kita percaya kepada Yesus Kristus kita boleh mengalami/menikmati kerajaan sorga. Apabila kita taat kepada Tuhan maka Tuhan memelihara kita, oleh sebab itu janganlah kita kuatir. Apabila Tuhan menunjuk suatu tempat baik di sorga maupun dibumi sebagai tempat kediamanNya maka disitulah ada urapan Allah dan tempat tersebut menjadi makmur, sebab dimana Tuhan hadir maka disitu ada kesejahteraan. Lalu, "dimana Tuhan hadir ?" di padang gurun, di Israel, di Yerusalem. Saat Daud mempunyai cita-cita membangun bait Allah tetapi dia tidak sampai menyelesaikannya, sehingga yang menyelesaikan adalah Salomo. Dengan demikian Salomo diberkati secara luar biasa, sampai tidak ada raja yang megah dan mulia seperti Salomo. Untuk itu perlu kita mengerti bahwa ketika Tuhan berkenan di tempat dimana Tuhan tinggal maka tempat itu menjadi makmur. Dan saat ini Allah di tengah-tengah kita sebab kita adalah bait Allah (I Korintus 6:19-20).

Kerajaan Allah seperti seorang perempuan mengambil tepung yang diberi ragi. Walaupun ragi itu sedikit tetapi sanggup mengkamirkan seluruh adonan. Demikianlah satu orang dipenuhi Roh Kudus maka semua orang dipenuhi Roh Kudus. Satu orang diselamatkan maka seisi rumah diselamatkan. Begitu pula dengan rumah tangga kita. Apabila kita seisi rumah membuka mezbah bagi Tuhan maka disanalah Tuhan hadir. Hal itu kita kerjakan di bumi tetapi keadaannya sama seperti di sorga. Apabila kita melibatkan Tuhan dan mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam kehidupan kita maka kita akan melakukan perkara yang besar. Dan apa yang menjadi doa Paulus seperti yang tertulis dalam Efesus 3:14-21 akan menjadi kenyataan dalam kehidupan kita.

Kesaksian : Pada tahun 1971 anak saya lahir tetapi saya tidak ada biaya akhirnya saya bawa ke bidan kampung. Dan saat itu saya tidak ada biaya untuk membawa ke dokter, padahal saat itu anak saya lahir dalam kondisi sungsang. Akhirnya setelah dia lahir sempat kekurangan oksigen sehingga mengalami nggaguan pada otaknya atau dapat dikatakan anak itu lahir dalam kondisi cacat. Padahal saya ini seorang hamba Tuhan yang sering berkhotbah bahwa anak-anak Tuhan pasti hidupnya diberkati, sedangkan anak saya lahir dalam kondisi cacat. Tetapi dari sinilah Tuhan mengajar saya mengenai perkara-perkara yang luar biasa. Dan sampai usia lima tahun anak saya masih belum bisa bicara, tetapi saat itu timbul pertanyaa, "mengapa anak saya masih belum bisa bicara ?" dan saat itu Tuhan bertanya, "dimanakah alamatKu ?" saya jawab : "ada dalam kerajaan sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa." Tetapi Tuhan menjawab, "alamatKu ada di dalam dirimu." Seperti yang firman katakan, "bahwa tubuhmu adalah bait Allah." Lalu saya berkata, "Tuhan aku tidak bisa melayaniMu lagi sebab anak saya cacat, karena nanti saya tidak akan menjadi berkat bagi orang lain." Tetapi Tuhan berkata, "cipta dia." Lalu saya bertanya kepada Tuhan, "Bagaimana anak yang sudah umur lima tahun bisa dicipta." Tetapi Tuhan berkata, bukankah aku ada dalam dirimu ?". Dengan demikian dalam diri kita saya dibukakan dan mendapat pengertian bahwa di dalam diri kita ada kuasa untuk mencipta. Dan saat itu saya mulai mencipta anak saya dalam doa untuk menjadi normal, walaupun setelah saya berdoa anak saya masih belum sembuh pula, tetapi saya tetap percaya, sehingga dalam tiga bulan anak saya sudah bisa berjalan tetapi saya belum mendoakan dia untuk bicara, dan akhirnya saya berdoa supaya dia bisa bicara.

Saudara, dari sinilah kita akan belajar bagaimana dampak kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Seperti halnya pada waktu bumi dalam keadaan campur baur dan Tuhan hadir maka segalanya menjadi sempurna, demikianlah dalam kehidupan kita apabila Dia hadir dalam kehidupan maka kehidupan kita akan menjadi sempurna. Amin

Bejana Berkat

Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit."
(2 Raja-Raja 4:1-3)

Pada kisah ini, nabi tersebut bukanlah orang yang hidupnya kacau. Ia adalah orang yang takut akan Tuhan. Bahkan kenabian-nya diakui oleh istrinya, dan Elisa pun tidak menyangkalinya. Namun dia terlibat hutang yang sangat besar, dan hanya bisa dibayar jika kedua anaknya diserahkan untuk pembayaran hutangnya.

Ternyata, takut akan Tuhan tidak selalu paralel dengan berkat untuk hidup kita di dunia. Inilah yang membuat banyak orang kecewa kepada Tuhan. Ketidakmengertian membuat kita kecewa, dan kekecewaan itu membuat kita terlalu fokus kepada uang, tergoda menjadi materialistis.

Pertama, mari kita periksa level pengharapan kita. Seberapa kita mempercayai bahwa Tuhan akan memberkati. Janganlah kita berhenti ditengah jalan, tapi mari tetap percaya sampai janji-Nya tergenapi.

Kedua, adalah seberapa banyak bejana yang bisa kita siapkan untuk berkat-Nya bisa dicurahkan dalam hidup kita. Mari kerjakan bejana hidup kita ini, kembangkan setiap talenta yang Tuhan sudah berikan. Biarlah hidup kita seperti bejana kosong yang siap Tuhan arahkan kemanapun, serta sejalan dengan yang Tuhan mau.

Mari terus perbesar kapasitas bejana hidup kita. Selama kita menyediakan bejana kosong dalam hidup kita dan terus mengisi kehidupan orang lain dan maka berkat Tuhan akan terus mengalir.

Amin?

Handuk Berkat

Ayo nyatakan cinta kita pada sesama yang membutuhkan, dengan membagikan handuk ini. Saudara-saudara kita yang dalam keadaan kekurangan & putus pengharapan. Mari percaya Indonesia akan mengalami pemulihan dan lawatan Tuhan yang dashyat!

Dapatkan handuk ini di Bethany KTC, secara gratis...