Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Saturday, December 31, 2011

Dampak Dalam Hadirat Tuhan



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.”
(Keluaran 40:34-38)


Dalam ayat bacaan di atas telah menceritakan dimana kehadiranNya memenuhi kemah suci sampai musa tidak dapat masuk dalam kemah pertemuan sebab awan itu hinggap di kemah suci dan kemuliaan Allah memenuhi kemah suci. Untuk itu perlu saudara ketahui bahwa mulai hari ini sampai tahun depan dan sampai selanjutnya kemuliaan Allah ada pada kita. Ini tidak semua, tetapi selama saudara menghormati hadirat Tuhan pasti mendapat kemuliaan dari Allah. Saudara tidak perlu mengejar atau mencari nafkah dengan kekuatiran atau berusaha mencapai kedudukan yang tinggi, sebab saya (Pdt. Abraham Alex T.) percaya bahwa urapan Allah membawa saudara kepada kemuliaan Tuhan. Dan mulai hari ini, baik itu dalam rumah tangga, dalam pekerjaan maupun dalam masyarakat engkau mulai dimuliakan Tuhan. Ayat ini sederhana, dimana menceritakan bahwa ketika awan itu naik maka berangkatlah bangsa Israel, kalau awan itu tetap maka bangsa Israel tetap ditempat dan tidak melanjutkan perjalanannya.

Saudara ketika kita tinggal dalam hadiratNya maka kita mendapatkan kemuliaan yang luar biasa. Apapun keadaan dan kondisi kita. Dan pada waktu hadirat Tuhan datang, saudara terasa dingin dan panas tetapi saudara tidak menggigil. Demikian yang terjadi pada Musa dimana awan telah memenuhi kemah suci sampai Musa tidak dapat masuk bahkan imam-imam itu rebah karena imam-imam itu tidak tahan kemuliaan Tuhan. Suasana, kondisi maupun keadaan seperti ini tidak dapat di gambarkan dengan kata-kata namun dapat dirasakan dan dinikmati. Yang pasti di dalamnya mengandung damai sejahtera yang tidak dapat diceritakan.

Selanjutnya, apabila kita membaca dalam II Tawarikh 5:11-14, maka kita akan temukan ”para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. 5:12 Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. 5:13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN.

Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, 5:14 sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” Dengan demikian saya (Pdt. Abraham Alex T.) rindu seluruh jemaat tenggelam dalam hadirat Tuhan yang dahsyat itu, karena seperti yang saudara ketahui bahwa tubuh kita adalah rumah Allah. Saudara, bangsa Israel waktu itu melihat dengan mata kepala bahwa kemuliaan Allah dinyatakan dan tentunya banyak terjadi mujizat.

Saudara, kita akan melihat beberapa peristiwa dimana kemuliaan Allah dinyatakan melalui kehadiranNya di tengah-tengah umatNya, seperti yang tertulis dalam II Samuel 6:1, dimana ”Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya.” Hal ini tidak ubahnya dengan gedung gereja ini yang memiliki kapasitas untuk memuat tiga puluh lima ribu orang. Untuk itu saya (Pdt. Abraham Alex T.) rindu gedung gereja ini dipenuhi jemaat yang memuji dan menyembah Dia. Dalam II Samuel 6:5-7 diceritakan bahwa ketika Daud mengusung Tabut Perjanjian tersebut menggunakan kereta, padahal seharusnya dipikul. Orang menyangka Tabut Perjanjian di lain tempat akan mengalami kematian rohani, sehingga harus diletakkan di atas kereta yang ditarik oleh lembu, padahal sebenarnya harus dipikul oleh empat orang. Bahkan oleh karena keteledorannya dalam memperlakukan Tabut Perjanjian (hadirat Tuhan) sehingga terjadi sesuatu yang fatal, dimana ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia.

Kalau kita kembali meneliti kata ”dipikul,” maka di dalamnya mengandung pengertian bahwa sidang jemaat harus memikul bersama-sama atau dengan kata lain melibatkan diri untuk memuji dan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, sebab Tuhan ada di sini. Oleh sebab itu orang yang percaya bahwa Yesus ada dalam dirinya maka rohaninya menjadi hidup. Dalam kisah ini tidak hanya sampai pada pengusungan atau kembalinya Tabut Perjanjian pada bangsa Israel namun dampaknya setelah Tabut Perjanjian itu kembali. Dimana tabut perjanjian itu diangkut ke kota Daud dan kota Daud diberkati Tuhan, dan Daud menjadi raja bangsa Israel selama 40 tahun.

Dampak Tabut Perjanjian (hadirat Tuhan) tidak hanya terjadi di kota Daud saja, namun di tempat lainpun dampaknya juga luar biasa asalkan Tabut Perjanjian (hadirat Tuhan) dihormati, seperti yang tertulis dalam II Samuel 6:11-15, dikatakan : ”Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya, . . . . ”

Saudara, memang ada dua jalan kita dapat menerima firman Tuhan baik itu melalui penyampaian dari seorang hamba Tuhan maupun melalui membaca, tetapi kita juga mendengar dari dalam diri kita yaitu dari roh kita. Dan disitu akan keluar hikmat, akal budi dan wahyu. Karena dengan hikmat (wisdom) kita dipimpin oleh Roh Allah. Dan tidak masalah sejauh mana pertumbuhan kerohanian kita, karena yang terutama adalah Tuhan hadir dalam hidup kita.

Sebab dengan kehadiran Allah kita mengalami dampak yang luar biasa dimana kita dimuliakan Allah, amin.

Tuesday, December 13, 2011

Kuasa Yang Menopang Kita




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Sekian lama manusia hidup tanpa penyertaan Tuhan oleh akibat dosa (dengan kata lain bahwa manusia telah dilucuti oleh kuasa roh jahat), sehingga ketakutan menguasai manusia. Tetapi puji syukur, saat ini kita boleh mengenal Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan raja, sehingga kita mengalami proses kelahiran baru. Dan mulai saat itu pula kita dimeteraikan oleh Roh Kudus untuk menjadi anak-anak Allah.

Setelah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus, maka kita dibaptis oleh Roh Kudus, yang pada perkembangan selanjutnya kita akan dipenuhi oleh Roh Kudus. Saudara, Roh Kudus merupakan pribadi Allah yang maha kuasa; namun kerapkali kita melecehkan, mendukakan atau bahkan melawanNya.

Mungkin timbul pertanyaan : “kapankah aku melakukan semuanya itu ?” ketika kita hendak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, dan Roh Kudus mengingatkan melalui firman yang telah kita baca atau kita dengar melalui hamba Tuhan, tetapi kita tidak mentaatinya, maka saat itulah kita sedang melecehkan, mendukakan ataupun melawan.

Untuk itu perlu kita sadari bahwa sejak kita percaya pada Yesus Kristus maka kita menjadi milikNya dan berada dalam rencanaNya yang besar. Oleh sebab itu, bagaimana mungkin kita dapat menentang Roh Kudus yang telah mem-back up kita untuk tetap dalam rencana Tuhan dan melakukan pekerjaanNya ?. Kata back up disini menunjukkan adanya suatu jaminan yang menyangkut kehidupan kita; baik secara rohani maupun jasmani. Dan orang yang mendapat dukungan atau ditopang (di-back up) oleh sesuatu yang lebih besar dari kemampuannya, maka orang tidak akan pernah mengalami takut atau kuatir.

Sebagai contoh yang sederhana adalah : Di dalam dunia perdagangan, apabila ada seorang pengusaha yang mendapat back up dari salah satu pejabat saja, baik itu Walikota, Gubernur, Menteri maupun pejabat yang lainnya, maka pengusaha tersebut memiliki percaya diri yang tinggi, meskipun back up dari dunia ini sifatnya tidak kekal dan kekuatannya terbatas. Tetapi puji syukur, bagi kita yang telah percaya dalam Kristus, karena di dalam diri kita ada pribadi yang mem-back up seluruh aspek kehidupan kita, dengan kuasaNya yang tak terbatas dan sifatnya kekal, yaitu Roh Kudus. Oleh karena itu, kita tidak perlu gentar atau takut dalam menghadapi segala pergumulan dalam hidup ini, karena kita sudah ditetapkan menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang.

Mari kita melihat salah satu sifat, kuasa maupun kemampuan daripada Roh Allah yang memberikan jaminan atas hidup kita, yaitu terdapat dalam II Timotius 1:7 “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Lalu, apakah dengan tiga hal ini kita dijamin tidak takut lagi. Sebagai contoh, kita akan melihat kisah dari pada hamba Tuhan yang terdapat dalam Alkitab yaitu Yehezkhiel. Tatkala bangsa Israel melakukan tindakan yang jahat dimata Tuhan, maka Israel mengalami kehancuran. Tetapi Tuhan masih sayang kepada mereka, sehingga melalui perantaraan nabi Yehezkhiel dengan didasari kuasa Tuhan, maka bangsa Israel telah dibangkitkan menjadi bangsa yang besar. Dan kali ini kita akan perhatikan bagaimana pekerjaan Allah dinyatakan bagi orang-orang yang menghormati Roh Kudus.

Saat itu kuasa Tuhan meliputi Yehezkhiel dan membawanya keluar dengan perantaraan Roh-Nya, dimana Yehezkhiel dibawa ke tengah-tengah lembah dan diperlihatkan betapa banyak tulang-tulang kering daripada manusia yang bertaburan dan memenuhi lembah tersebut. Kemudian Tuhan berfirman kepada Yehezkhiel, bunyinya : “Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali ?” Lalu, apa jawab Yehezkhiel ?” Yehezkhiel berkata : “Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!” Jadi Yehezkhiel benar-benar mengetahui bahwa Allah sanggup atau memiliki kekuatan untuk melakukan segala sesuatu, termasuk tulang yang keringpun dapat dibangkitkan (dihidupkan). Dan yang menarik dari kisah ini adalah Allah berfirman kepada Yehezkhiel supaya dia bernubuat untuk tulang-tulang yang sudah kering ini menjadi hidup kembali (menjadi manusia yang seutuhnya), seperti yang telah diperintahkan Allah kepadanya.

Lalu apa yang terjadi setelah Yehezkhiel melakukannya ? saat itu telah terdengar suara yang berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain, kemudian urat-urat pada tulang-tulang itu mulai ada dan daging mulai tumbuh padanya, selanjutnya kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas. Lalu Allah berfirman supaya Yehezkhiel bernubuat agar mereka memiliki nafas hidup. Kemudian Yehezkhiel melakukan seperti yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya. Dan saat itu pula mereka yang telah mati menjadi hidup kembali dan menjadi suatu tentara yang sangat besar. (Yehezkhiel 37:1-10).

Saudara, kekuatan yang menyertai Yehezkhiel bukankah juga telah diberikan kepada kita melalui kuasa Roh Kudus yang tinggal dalam kehidupan kita?. Untuk itu janganlah kita takut, kuatir, gentar maupun putus asa; sebab Roh yang ada dalam diri kita lebih besar dari segala kekuatan yang ada di dalam dunia ini. Inilah saatnya kita bertindak untuk membangkitkan “tulang-tulang yang kering” (baik itu ekonomi, bisnis, rumah tangga, kerohanian atau pelayanan). Jangan tunda-tunda kesempatan untuk menghidupkan atau membangkitkan manusia-manusia rohani yang gagah perkasa untuk mengalahkan dunia yang penuh kejahatan dan kegagalan.

Seperti halnya apabila kita membaca di dalam Wahyu maka kita akan menemukan tujuh jemaat telah mendapat peringatan dari Tuhan supaya mereka bertobat, sebab dari ketujuh gereja yang ada dalam Wahyu ini menjadi gereja yang mati.
Untuk itu, hal ini mengingatkan kita, bahwa kita adalah surat Kristus yang ditulis bukan dengan tinta tetapi dengan Roh. Dan saat ini bukan waktunya untuk mementingkan diri sendiri, tetapi menyatakan kuasa yang membangkitkan kasih, karena kasih menutupi banyak dosa. Dan apabila kita hidup dalam kasih maka ketakutan itu akan lenyap.

Sebagai aplikasinya, kita menjadi berkat kepada setiap orang supaya nama Tuhan dipermuliakan dan banyak orang dipulihkan serta dimenangkan bagi kemuliaanNya. Tetapi apabila kita berbicara tentang kasih dan tidak ada buktinya maka sia-sialah apa yang kita bicarakan bahkan kita disebut sebagai pendusta, sebab firman Tuhan berkata : Jikalau seorang berkata : “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Saudara, melalui beberapa contoh dan penjelasan diatas biarlah membangkitkan semangat kita dalam menjalani hidup ini, karena Roh Kudus yang ada dalam diri telah sanggup mem-back up seluruh kehidupan kita, khususnya untuk melakukan rencana dan pekerjaan Tuhan yang besar.

Amin.

Thursday, December 8, 2011

Hidup Yang Diubahkan



Pdt. Abaraham Alex Tanuseputra

“Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.”
(Ibrani 11:32-34)

Dalam Ibrani pasal 11 telah dituliskan nama-nama para saksi iman yang dimulai dari Habel, Henokh, Abraham, Ishak dan Yakub, termasuk nama-nama yang tertulis di dalam ayat 32. Diantara nama-nama yang tertulis dalam ayat 32, kita akan mempelajari salah satu daripada saksi-saksi iman, yaitu Yefta.

Yefta adalah saksi iman yang memiliki level iman yang dipersamakan dengan Gideon, Barak, Simson, Daud, Samuel dan para nabi lainnya. Dalam hal ini, tentunya ada sesuatu dalam diri Yefta, sehingga imannya dipersamakan dengan para nabi yang telah disebutkan di atas. Sebelum kita meneliti lebih jauh iman daripada Yefta, terlebih dahulu kita akan melihat bagaimana latar belakang daripada Yefta. Sebab latar belakang Yefta benar-benar tidak mendukung dia untuk menyandang predikat sebagai sebagai saksi iman yang sejajar dengan para nabi.

Oleh sebab itu, untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi, kita akan membaca Hakim-hakim 11:1-3, yang berkata : “Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya : Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain. Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia.”


Berdasarkan ayat-ayat yang telah kita baca diatas, maka kita mulai mengetahui bahwa ternyata Yefta memiliki latar belakang yang buruk; ia adalah keturunan dari seorang wanita sundal yang tidak jelas asal-usulnya, sedangkan ayah Yefta adalah Gilead yang juga termasuk keturunan dari suku yang terendah moralnya. Gilead sebenarnya mempunyi istri yang sah, tetapi ia masih selingkuh dengan seorang perempuan sundal sehingga lahirlah Yefta. Memang, kalau ditinjau secara garis keturunan bahwa Gilead adalah keturunan daripada Yakub yang lahir dari suku Manasye, tetapi karena suku Manasye kawin dengan suku-suku di luar Israel maka keturunannya menjadi jelek yaitu suku Gilead. Ketika anak-anak Gilead masih kecil; baik itu anak dari istrinya yang sah maupun anak dari wanita sundal yaitu Yefta, mereka telah hidup bersama-sama. Namun setelah mereka dewasa, maka diusirlah Yefta dari tengah-tengah mereka karena Yefta lahir dari perempuan lain. Dan akhirnya Yefta lari ke tanah Tob yaitu tempat dunia hitam.

Atas dasar latar belakang yang telah tertera di atas, maka akan timbul pertanyaan : Mengapa Yefta disejajarkan dengan para nabi-nabi; bukankah dia lahir dari latar belakang yang buruk ?. Saudara, perlu kita ketahui bahwa Allah memiliki kedaulatan yang tinggi untuk menentukan kehidupan manusia. Dan apabila Tuhan memilih seseorang, maka Tuhan tidak memandang latar belakangnya, termasuk Yefta yang mendapat kemurahan dari Allah secara luar biasa. Hal ini tercantum dalam Hakim-hakim 11:29 yang berbunyi : “Lalu Roh Tuhan menghinggapi Yefta; . . . . “. Demikianlah halnya dengan kehidupan kita, yang juga mendapat kemurahan yang luar biasa melalui percaya kepada Kristus. Sebab barangsiapa percaya kepada Kristus maka Roh Allah akan tinggal dalam kehidupan kita, dan apabila Roh Allah tinggal dalam kehidupan kita maka kita juga akan diubahkan, meskipun kita yang dulunya memiliki latar belakang yang buruk. Banyak agama yang ingin manunggal dengan Roh Allah, dan bahkan ada suatu kepercayaan yang didasari dengan budi pekerti yang baik dan hukum-hukum yang menuntun untuk berbuat baik, tetapi setelah mereka berbuat baik mereka tetap tidak mendapatkan Roh Allah.

Lalu bagaimana kita mendapatkan Roh Allah atau manunggal dengan Roh Allah ?. Dalam Kisah Para Rasul 2:38 dikatakan : “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Jadi, supaya kita mendapat karunia Roh Kudus, kita harus bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus lalu dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Walaupun banyak orang memiliki latar belakang yang baik, tetapi tanpa percaya kepada Tuhan Yesus Kristus maka Roh Allah tidak akan pernah tinggal pada orang itu.

Selain Yefta yang mendapat kemurahan Allah, ada pula seseorang bukan orang Israel yang mendapat kemurahan Allah yaitu Koresh (Raja Persia). Koresh adalah orang yang tidak mengenal Tuhan atau berasal dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan, tetapi Allah memakai dia secara luar biasa. Dalam hal ini membuktikan bahwa Allah mempunyai kedaulatan yang tinggi dalam melakukan tindakannya. Oleh sebab itu jangan batasi kuasa Allah yang sedang bekerja dalam kehidupan kita saat ini.

Karena Tuhan akan mengadakan perubahan secara luar biasa bagi orang yang meresponi akan lawatan Roh Kudus. Tetapi jikalau kita tidak meresponi kehadiran Roh Kudus, maka kita tidak akan mendapatkan lawatan Allah yang membawa kepada perubahan yang besar pada kehidupan kita. Kenyataannya, berapa banyak orang yang tidak sanggup melihat manifestasi daripada kuasa Roh Kudus. Karena mereka menganggap bahwa manifestasi Roh hanya terjadi pada jaman nabi-nabi atau jaman para rasul.
Oleh sebab itu, marilah kita meresponi akan pekerjaan Roh Kudus yang saat ini sedang berlangsung di dalam kehidupan kita. Dan janganlah kita membatasi kuasa dan karyaNya hanya karena memandang latar belakang kita, tetapi bersyukurlah senantiasa atas anugerahNya yang diberikan kepada kita menjelang kedatanganNya yang kedua kali; terlebih itu janganlah hendaknya kerajinan kita kendor, biarlah roh kita menyala-nyala dalam melayani Tuhan.

Amin.

Thursday, December 1, 2011

FirmanNya “Ya dan Amin”



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai tema di atas, terlebih dahulu saya landasi dengan kata “Kairos” atau suatu kesempatan yang diberikan oleh Tuhan. Apabila seseorang mendapat kesempatan dari Tuhan, maka kesempatan itu adalah Kairos yang juga berarti conform.

Ketika dari pihak Tuhan berkata YA, maka kita berkata AMIN. Misalkan dalam salah satu ayat yang berkata : “mintalah maka kamu akan diberi, carilah maka kamu akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan.” Maka kita menjawabnya ya dan amin. Semua perjanjian dari Tuhan yang tertulis dalam Alkitab ini merupakan janji-janji yang disampaikan kepada Abraham melalui sumpah, sehingga segala sesuatu yang Abraham kerjakan selalu berhasil.

Jadi kalau kita datang kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh atau mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh maka pintu akan dibukakan. Saudara, apabila kita ingin mendapatkan suasana atau keadaan yang demikian maka setiap kita harus berada dalam posisi yang benar. Untuk dapat berada pada posisi yang benar itu tidak mudah, kecuali kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus pada kehidupan kita (Filipi 2:5).

Pikiran dan perasaan yang bagaimana yang terdapat dalam Kristus Yesus ?. Kita harus mengosongkan diri kita; dalam pengertian, kita tidak boleh berpikiran atau mempunyai perasaan atas diri sendiri, tetapi kita harus mengisinya dengan pikiran Allah. Seperti halnya Yesus ketika keberadaannya sebagai manusia, ia telah mengosongkan diriNya. Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap keseteraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Ia mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Ia telah merendahkan dirinya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8). Dan sebagai akibatnya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. (Filipi 2:9-10)

Pikiran dan perasaan itu timbul bersama-sama; apabila pikiran kita negatif maka perasaannya pun negatif begitu pula sebaliknya. Jadi kedua bagian ini saling berkaitan. Oleh karena itu perlu kita pahami juga, bahwa dari hati timbul segala pikiran yang jahat (Matius 15:19); yang mana sebagai penjabarannya adalah perbuatan yang negatif pula. Untuk itu pikiran Kristus harus ada dalam diri kita, supaya kita dapat bertahan dalam posisi yang telah ditentukan oleh Tuhan kepada kita. Dan jikalau kita tidak menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus, maka secara otomatis kita akan hidup dalam kedagingan; dan kita pun tahu bahwa perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21).

Dan puji Tuhan, saat ini kita yang sudah bertobat dan percaya Tuhan serta dibaptiskan telah mendapat satu penolong yaitu Roh Kudus. Karena dengan kekuatan Roh Kuduslah kita dapat mengatasi segala godaan yang ada disekitar kita. Tetapi apabila kita mengabaikan akan keberadaan Roh Kudus yang tinggal dalam hidup kita maka kita akan jatuh dalam dosa. Dan apabila saat ini kita telah jatuh dan hidup dalam dosa maka segeralah bertobat, pintu kasih karuniaNya masih terbuka. Oleh sebab itu, di tahun kesempatan ini kita harus semakin giat dalam membangun atau memperbaiki jam doa atau ibadah kita. Karena pada intinya, yaitu ketika kita berdoa, hal itu sama dengan memulangkan pikiran dan perasaan kita kepada Tuhan, dan jikalau pikiran dan perasaan kita pulangkan kepada Tuhan maka perbuatan kita akan semakin baik. Dan hal ini tidak dapat kita lakukan dalam waktu yang singkat atau sementara tetapi terus menerus. Kita akan melihat kehidupan daripada Henokh yang telah membangun hubungan dengan Tuhan tidak satu atau dua tahun tetapi tiga ratus tahun dia telah bergaul dengan Allah.

Memang, pada jaman sekarang tidak ada orang yang hidup sampai ratusan tahun seperti Henokh, tetapi hal ini menunjukkan bahwa Henokh senantiasa membangun hubungan dengan Tuhan sampai pada akhir hidupnya. Dan sebagai akibatnya ia tidak sempat mengalami kematian secara tubuh tetapi diangkat Tuhan hidup-hidup (Kejadian 5:21-24). Lalu, bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini masih tetap membangun hubungan dengan Tuhan, atau kita mulai menjauh dari Tuhan akibat banyaknya persoalan yang kita hadapi atau kita menjauh karena banyaknya berkat yang sudah kita terima ?.
Saudara, kita hidup tidak bisa mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, karena ada banyak keterbatasan dalam diri kita. Oleh sebab itu firman Tuhan menasehatkan : “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur” (Mazmur 127:1-2). Apalagi melihat keadaan dunia yang semakin tidak menentu, dimana-mana banyak terjadi bencana alam; baik bencana di udara, air, maupun darat. Sehingga tidak ada tempat yang lebih aman untuk dapat berlindung kecuali kepada Tuhan. Dalam kitab Mazmur telah dinyatakan : “Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan” (Mazmur 118:8-9).

Dari beberapa uraian diatas telah mengajar kita untuk belajar mengimani segala apa yang telah difirmankanNya. Memang hal itu tidak mudah, tetapi perlu kita latih. Karena kerapkali mulut kita berkata amin sedangkan otak kita masih berfikir “apa mungkin ya ?”. Untuk itu marilah kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus ke dalam hidup hidup kita, supaya kita dapat memulangkan segala pikiran dan perasaan kita kepada Tuhan, dan pada akhirnya kita dapat melihat dan merasakan kuasa dan mujizat Tuhan.

Amin

Sunday, November 27, 2011

Roh, Jiwa dan Tubuh Yang Terpelihara




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus."
(I Tesalonika 5:23-28)

Salam daripada rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Tesalonika ini, di dalamnya terkandung suatu muatan iman, harap dan kasih; yang mana semuanya itu berorientasi terhadap terpeliharanya roh, jiwa, dan tubuh daripada jemaat di Tesalonika. Walaupun di awal kalimat terdapat kata semoga, tetapi itu bukan berarti “mudah-mudahan”, sebab dalam terjemahan lain dikatakan “dan Allah sendiri yang memberikan damai sejahtera . . “

Saudara, kita semua telah tahu bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Dan penulisan mengenai urutan bagian manusia ini memang sengaja diawali dari roh, kemudian jiwa, lalu tubuh. Karena yang akan mengalami kelahiran baru adalah roh kita yaitu ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. Hal ini dapat dikatakan sebagai mujizat yang terbesar dalam kehidupan manusia. Dan kali ini, fokus kita bukanlah tubuh jasmani saja tetapi spirit (roh kita).

Ada beberapa hal yang perlu kita pahami supaya roh, jiwa dan tubuh kita tetap terpelihara dengan sempurna dan tak bercacat sampai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya :

1. Roh
Roh kita ini sifatnya seperti air, karena dikatakan bahwa orang yang percaya kepada Kristus, dalam hidupnya akan keluar sumber air yang hidup (Yohanes 7:37). Oleh karena itu air dapat dipengaruhi dengan sesuatu yang dicampur pada air tersebut. Sebagai contoh : apabila air putih diberi teh, maka air putih tersebut akan menjadi air teh; sedangkan kalau diberi jeruk, maka akan menjadi air jeruk. Demikianlah dengan roh kita, seandainya roh kita percaya terhadap Kwan Im maka roh Kwan Im akan masuk dalam roh kita, sedangkan kalau roh kita percaya dengan dunia kegelapan maka roh yang jahat itu akan merusak seluruh kehidupan kita.

Kesaksian : Suatu saat saya (Pdt. Abraham Alex) bertemu dengan seseorang yang kesehariannya tidak bisa tidur/susah tidur karena mengalami kekuatiran dan resah yang sangat dalam, sehingga badan orang tersebut sangat kurus. Dan ketika saya masuk ke dalam rumahnya saya merasakan ada suatu roh yang bertentangan dengan roh saya. Lalu saya katakan kepada orang itu : “dirumah ini banyak jimat, berhala, dan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan” lalu orang itu menjawab, katanya “saya hanya koleksi barang antik”. Kemudian saya berkata lagi : “bolehkah saya menunjukkan roh-roh mana yang tidak berkenan kepada Tuhan ?”. Setelah berkata demikian saya rasakan seolah-olah saya ditarik pada sebuah kamar, dan saya katakan kepada orang itu “hati-hati dengan apa yang kau simpan dalam kamar ini”. Akhirnya orang itu bersama anak-anaknya membuka kamar tersebut dan ditunjukkan dalam sebuah lemari terdapat keris sebanyak hampir 100 buah. Lalu saya katakan kepadanya : “ini hobby yang berbahaya”, tetapi orang itu menjawab “saya tidak menyembahnya, ini hanya koleksi.”

Saudara, walaupun orang itu tidak menyembahnya, tetapi ia bergaul dengan jimat-jimat yang dia miliki yaitu dengan cara memberikan tempat dalam rumahnya, maka hal inilah yang membuat dia senantiasa resah. Selain daripada itu, ada sesuatu yang sangat disayangkan karena orang ini tidak ada keputusan untuk melepaskan barang-barang koleksinya. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa orang tersebut membiarkan rohnya tidak terpelihara/terancam. Karena pada dasarnya, bahwa roh jahat itu sebenarnya hendak masuk dalam tubuh manusia, meskipun orang tersebut sudah menjadi Kristen, sebab firman Tuhan berkata : apabila roh jahat itu keluar dari tubuh manusia, maka roh itu akan mengembara, tetapi apabila roh itu tidak mendapatkan perhentian, maka roh jahat itu akan kembali ke tempat semula, dan roh jahat itu tidak membawa satu roh jahat tetapi tujuh roh jahat lainnya sehingga keadaan orang itu akan semakin buruk (Matius 12:43-45).

2. Jiwa
Jiwa itu berbeda sifatnya dengan roh, sebab jiwa kita ini sifatnya merekam. Contohnya : apabila kita belajar bahasa Indonesia, maka tidak mungkin keluarnya nanti bahasa Inggris. Demikian pula apabila otak kita diisi dengan ilmu teknik maka kita akan menjadi seorang insinyur, dan tidak mungkin menjadi dokter. Jadi apa yang kita terima maka itulah yang akan kita keluarkan. Saudara, dunia ini penuh dengan polusi (hal-hal yang buruk), sedangkan jiwa itu merekam segala sesuatu termasuk geseran-geseran yang sedang terjadi. Contoh lain, misalnya seorang suami pernah mengkhianati istrinya (selingkuh), maka istri akan merasa disakiti dan tidak bisa mengampuni suaminya; walaupun suaminya sudah bertobat. Hal seperti ini banyak terjadi dalam kehidupan setiap orang, termasuk orang Kristen. Lalu, mengapa perbuatan daripada suaminya tidak dapat diampuni ? Karena sesuatu yang terekam dalam otak manusia itu sifatnya bolak-balik (dalam arti rekaman itu senantiasa memberi ingatan kepada kita yang mengalaminya), dan hal itu membuat jiwa seseorang menjadi terluka. Lalu, bagaimana supaya jiwa seseorang benar-benar disembuhkan ? jiwa ini harus ditandingkan dengan firman Tuhan, sebab firman Tuhan adalah pikiran Kristus.

Contoh yang sederhana : apabila kita disakiti oleh seseorang dan diri kita ingin membalasnya, maka firman Tuhan mengingatkan supaya kita mengampuni, seperti yang tertulis dalam Matius 18:22 Yesus berkata kepadanya : “Aku berkata kepadamu : Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”. Lalu, bagaimanakah kita menjadi kuat ? firman Tuhan berkata : “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31)

3. Tubuh
Setiap orang wajib memelihara tubuhnya termasuk orang-orang percaya, tetapi bukan berarti Tuhan tidak sanggup memelihara kita. Memelihara tubuh itu sangat penting karena tubuh kita adalah bait Allah (I Korintus 3:16-17), dan itu merupakan tanggungjawab kita masing-masing. Namun dalam kenyataannya, berapa banyak anak Tuhan megalami sakit penyakit karena tidak dapat mengendalikan dirinya. Misalnya : Suka makan, khususnya makanan yang berlemak, atau yang lainnya tanpa membatasi diri, karena makanan itu merupakan kesukaannya. Akhirnya orang tersebut mengalami kelebihan lemak (kolesterol). Lalu beranggapan bahwa Tuhan sedang menghukumnya. Padahal sebenarnya dialah yang sedang menghukum dirinya sendiri. Dan apabila kita sudah mendapat nasehat dari firman Tuhan tetapi kita tidak mau mengendalikan diri kita, maka hal itu sama dengan mencobai.

Oleh sebab itu, biarlah melalui beberapa penjelasan diatas dapat menjadi perenungan dalam kehidupan kita supaya apa yang tertulis dalam ayat bacaan diatas menjadi kenyataan dalam kehidupan kita.

Amin

Tuesday, November 22, 2011

Belajar Dari Dua Wanita Yang Mengalami Kesulitan

Pdt Agus Gunawan


Setiap dari kita tentu pernah mengalami kesulitan dan kesukaran.
Dalam Alkitab kita bisa belajar dari dua wanita yang mengalami kesulitan yang sepertinya tidak ada akhirnya, karena satu kesulitan diikuti oleh kesulitan yang lain. Wanita pertama adalah Mikal anak Saul dan wanita kedua adalah Batseba. Akan tetapi meskipun keduanya mengalami kesulitan yang berat, akhir dari kedua wanita ini sangat jauh berbeda. Mikal meninggal tanpa pernah memiliki anak, sedangkan Batseba merupakan wanita yang menurunkan Salomo dan kemudian Yesus.

Tiga hal yang dapat kita pelajari dari Batseba ketika kita juga mengalami kesulitan dalam hidup kita:

1. Kita boleh menangis, tapi hanya sementara
Kesulitan yang kita alami hanya untuk satu malam, karena di pagi hari kita akan bersorak dalam bersama Tuhan. Percayalah bahwa akhir hidup kita adalah baik. Yang kita perlu lakukan adalah tetap berdoa, membaca firman dan bersuka dalam Tuhan karena kekuatan kita adalah bersuka cita dalam-Nya.

2. Percaya akan Tuhan
Sekalipun yang kita lihat adalah jalan buntuk, tetap percaya bahwa Ia adalah Tuhan yang pasti akan menolong kita. Ketika kita terima Yesus, maka berkat dan kemenangan ada pada kita.

3. Tahu Tuhan mengasihi kita
Dalam segala kesulitan dan kesukaran yang kita alami, kita harus tahu bahwa Tuhan sangatlah mengasihi kita.

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak Menoleh Ke Belakang

Pdt Agus Gunawan

Lukas 9:62

Petani yang membajak sawahnya akan selalu mempunyai tujuan untuk menuai, dan itu adalah sesuatu yang di depan. Kita mau belajar agar kita tidak menoleh ke belakang seperti istri Lot. Ada tiga hal yang tidak boleh kita lihat lagi:

1. Dosa yang sudah diampuni
Dalam Yesaya 43:25 dituliskan bahwa Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita dan Ia tidak lagi mengingatnya, lalu kenapa kita sendiri mengingatnya. Tuhan sudah menebus dosa-dosa kita, Dia menjadi dosa gantikan kita untuk menghapus pelanggaran kita.

2. Kegagalan kita
Tuhan sendiri yang menetapkan langkah-langkah orang yang berkenan kepada-Nya dan apabila orang itu jatuh ia tidak akan tergeletak. Tuhan bisa membuat yang baru dari kita yang sudah gagal. Selama kita melekat kepada-Nya, maka Ia yang akan memperbarui kita.

3. Konflik dan kepahitan
Sebagai manusia kita tidak sempurna, dan setiap saat kita bisa merasa sakit hati. Jika kita berserah sepenuhnya, maka Tuhan mampu membuat kita tidak mengingat semua kepahitan dan konflik yang pernah kita alami.

Tuhan Yesus memberkati.

Keluar Dari Kondisi Kemandulan



Pdt Yusak Hadisiswantoro

Yesaya 54:1-2

Dalam ayat di atas dituliskan bagaimana Bapa ingin agar kita keluar dari kemandulan. Mungkin ada diantara kita yang sudah bekerja cukup lama tetapi tidak mengalami kemajuan atau mungkin kita berusaha tetapi tidak juga bertumbuh kembang. Ada lima hal yang Bapa ajarkan untuk kita keluar dari kondisi kemandulan:

1. Perbesar (enlarge)
Banyak dari kita memiliki pola pikir yang kecil. Mari kita ubah dengan pola pikir yang besar karena Bapa kita adalah Bapa yang besar dan Ia yang akan memberikan hal-hal yang besar kepada kita. Bapa yang akan memenuhi apa yang kita butuhkan sesuai dengan waktu-Nya. Mari kita perluas juga lingkungan kita yaitu orang-orang yang kita kenal. Jangan hanya bergaul dengan orang-orang yang sama. Dan yang paling penting adalah kita bergaul secara pribadi dengan Pribadi yang paling berhasil yaitu Yesus dengan membaca firmany-Nya secara teratur.

2. Membentang (stretch out)
Ketika kita ingin keluar dari kemandulan kita akan mengalami ketegangan. Jangan putus asa karena selalu masih ada babak selanjutnya yaitu babak “happy ending” yang sudah disediakan oleh Bapa.

3. Panjangkan (lengthened)
Panjangkanlah pikiran kita. Jangan hanya memikirkan kekuatiran dan ketakutan yang tidak ada gunanya dan tidak terjadi. Jangan miliki pikiran yang pendek, tapi miliki pikiran Kristus yaitu pikiran doa dalam menghadapi segala kesulitan, masalah dan halangan.

4. Perkuat (strengthened)
Untuk kita keluar dari kemandulan kita harus memiliki komitment kepada Bapa yang lebih dalam lagi. Selain itu juga komitmen kepada keluarga, gereja dan pekerjaan kita. Dengan demikian kita akan lebih dikasih oleh Bapa.

5. Bernyanyi (sing out)
Apapun yang sedang kita alami saat ini, tetaplah bernyanyi pujian dan mengucap syukur kepada Bapa.

Mari miliki pemahaman yang benar agar kita keluar dari kemandulan. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.

Friday, November 18, 2011

Tetap Menjadi Rumah Doa



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun. Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya.Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel, lalu mereka berkata kepada-Nya: Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?
Kata Yesus kepada mereka: Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian? Lalu Ia meninggalkan mereka dan pergi ke luar kota ke Betania dan bermalam di situ.”
(Matius 21:12-17)


Setelah kita membaca ayat bacaan di atas, maka kita akan menemukan adanya suatu tindakan tegas yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang menggunakan bait Allah sebagai tempat berjual beli atau transaksi lainnya. Tuhan Yesus marah bukan berarti Ia benci terhadap mereka, tetapi Ia ingin memperingatkan mereka bahwa “rumah Allah adalah rumah doa” dan bukan dijadikan sebagai sarang penyamun. Dan orang-orang yang berjual beli di dalam Bait Allah sebenarnya tahu bahwa rumah Tuhan atau bait Allah hanya digunakan untuk beribadah dan bukan untuk hal-hal yang lain, sebab rumah Tuhan adalah kudus. Tetapi, oleh karena mereka mendapat keuntungan dari apa yang mereka lakukan, maka mereka tidak mengindahkan lagi mengenai hal kekudusan. Selain itu para imam-imam tidak melarang mereka yang sedang berjualan di bait Allah, tetapi justru mereka mendukung, sebab para imam-imam juga mendapatkan keuntungan dari orang-orang yang berjualan di bait Allah. Oleh karena hal inilah Tuhan Yesus sangat marah.

Kisah ini telah ditulis dalam keempat Injil, dan apabila kita membaca di dalam Injil Yohanes 2:13, maka kita akan mendapatkan jalan cerita ini lebih detail. Dan kisah ini tidak terjadi hanya pada jaman Tuhan Yesus, tetapi jaman sekarangpun hal ini juga masih sedang berlangsung. Berapa banyak orang Kristen masih melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang berjual beli di bait Allah pada jaman Tuhan Yesus. Orang Kristen sudah tidak menghiraukan lagi mengenai aturan dalam rumah Tuhan, sebab yang mereka pikirkan adalah mencari keuntungan secara pribadi.

Memang, selama kita masih ada di dunia ini, kita membutuhkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup atau keluarga. Lagipula Allah tidak melarang kita berusaha untuk mencari nafkah, tetapi kita harus tahu bagaimana kita menempatkan diri. Dan apabila kita memahami akan hal ini maka Allah akan memberkati kita secara berlimpah-limpah, sebab tidak ada sesuatu yang terlalu sulit bagi Allah untuk memberkati kita, asalkan kita menghormati akan bait Allah. Bait Allah tidak berbicara soal bangunan atau gedung, tetapi bait Allah berbicara mengenai kehidupan kita.Karena dalam I Korintus 3:16-17 dikatakan : “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Di dalam ayat ini sudah jelas, bahwa apabila kita membinasakan bait Allah maka Allah akan membinasakan kita. Dalam pengertian bahwa hidup ini tidak hanya mengejar sesuatu yang lahiriah saja, sebab sesuatu yang lahiriah hanya bersifat sementara, tetapi hal-hal yang rohanilah yang akan membawa kita dalam kekekalan. Oleh karena itu janganlah kita kecewa saat Allah memperingatkan kepada kita dengan berbagai macam cambukan; sebab ketika Allah mencambuk kita, sebenarnya Ia menyatakan kasih sayangNya kepada kita. Karena Allah tidak mau melihat kita binasa, dan di dalam Ibrani 12:6-8 juga telah dikatakan bahwa : “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.”

Dan apabila kita marah dan diperingatkan oleh Tuhan, maka tidak ada bedanya dengan orang-orang Yahudi yang menentang Tuhan Yesus, seperti yang terulis dalam Injil Yohanes 2:18 “Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”. Inilah gambaran orang-orang yang tidak mau diperingatkan oleh Tuhan. Oleh karena itu janganlah kita sama seperti orang-orang Yahudi yang menantang Yesus. Sebab ketika kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan juru selamat, maka benih ilahi itu ada didalam diri kita; yang nantinya akan membawa kita pada hidup yang kekal. Dan benih ilahi itu harus tetap kita pelihara agar terus bertumbuh hingga menjadi dewasa, yaitu dengan jalan kita melakukan segala kehendak Tuhan di dalam pimpinan Roh Kudus dan menjahui segala sesuatu yang membangkitkan murka Allah.

Jikalau saat ini bait Allah sudah bebas atau bersih dari pikiran “berjual beli” (dalam pengertian : bahwa segala sesuatu dinilai untung ruginya, khususnya dalam melayani Tuhan), maka kita harus tetap mempertahankan dan jangan berhenti untuk meningkatkannya, sebab apabila kita berhenti maka suatu saat rumah doa ini akan menjadi sarang penyamun yang pada akhirnya mengalami kehancuran. Hal ini terjadi seperti pada jaman Salomo, dimana ketika ia telah membangun bait Allah maka ia diberkati secara luar biasa. Tetapi, justru berkat yang berlimpah itu, kedagingannya mulai muncul karena tidak sanggup menerima berkat yang luar biasa itu. Sehingga pada akhirnya ia menikah dengan ratusan istri dan juga ratusan gundik.

Selain itu perempuan-perempuan yang menjadi istri maupun gundiknya telah membawa berhalanya masing-masing kedalam kerajaannya, sehingga kerajaannya menjadi hancur. Kalau saja pada waktu Salomo mau bertobat, dibersihkan atau disucikan dan tidak takabur dengan keberhasilannya karena ia adalah seorang pemimpin yang penuh hikmat, maka ia tidak mengalami kehancuran. Dimana negaranya menjadi pecah yaitu Yehuda dengan Israel, dan bait Allah juga dihancurkan dan alat-alat yang terdapat didalam bait Allah dirampas dan dibawa kepada Nebukadnesar.

Melalui contoh daripada kisah Salomo, biarlah boleh menjadi pelajaran dalam kehidupan kita agar kita senantiasa memelihara hidup ini untuk tetap menjadi rumah doa atau bait Allah yang kudus.

Amin

Sunday, November 6, 2011

Kerinduan Mencari Tuhan



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.”
(Mazmur 63:1-5).

Inilah ungkapan raja Daud saat berada di padang gurun. Ungkapan ini bukan sekedar diucapkan di mulut saja, tetapi ungkapan ini benar- benar keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Lalu, mengapa ia harus pergi ke padang gurun kalau hanya sekedar mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan; dan apa tidak ada pekerjaan sehingga ia harus meninggalkan tahtanya untuk pergi ke padang gurun ?. Saudara, hal ini merupakan ekspresi daripada kehidupan raja Daud yang sungguh-sungguh merindukan Tuhan. Bahkan ia menggambarkan hatinya bagaikan tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

Selain Daud ingin mengekpresikan kerinduannya kepada Tuhan; ia pergi ke padang gurun untuk mengingat bagaimana Allah telah memberkati nenek moyangnya saat perjalanan menuju tanah perjanjian. Seperti yang tertulis dalam Ulangan 18:1-18. Disana diceritakan bahwa Musa menjelaskan kepada bangsa Israel dengan pesan, “kalau engkau sampai ke negeri yang dijanjikan Tuhan, maka janganlah engkau lupa bahwa Tuhanlah yang memimpin bangsa Isral keluar dari Mesir melalui padang gurun.” Hal ini dikatakan supaya bangsa Israel senantiasa ingat akan pertolongan Tuhan saat keluar dari negeri perbudakan yaitu Mesir. Mesir merupakan gambaran dari segala perbuatan duniawi. Sebab orang yang berada diluar Kristus akan diperhamba oleh mamon atau sifat keduniawian.

Dari sinilah Daud belajar untuk menjadi orang yang tidak sombong walaupun ia memiliki kedudukan yang tertinggi di Israel yaitu sebagai raja. Selain itu juga, ia tahu bahwa kesombongan merupakan awal dari kehancuran. Oleh sebab itu ia senantiasa merendahkan diri dihadapan Tuhan, karena ia juga menyadari bahwa pada mulanya ia hanyalah seorang “kacung”. Tetapi oleh karena ia senantiasa merindukan dan mengingat kebaikan Tuhan, maka ia diangkat oleh Tuhan sampai menjadi raja. Demikian pula dengan kita; apabila kita senantiasa merindukan dan mengingat kebaikan Tuhan, maka Tuhan akan mengangkat kita. Dan apabila Tuhan mengangkat maka tak seorangpun dapat menurunkannya, begitu sebaliknya apabila Tuhan sudah menurunkannya maka tak seorangpun sangggup untuk meninggikannya. Jadi kekuasaan itu mutlak ada di tangan Tuhan.

Kerinduan Daud terhadap Tuhan tidak hanya digambarkan seperti tanah yang tandus dan kering, tetapi digambarkan pula seperti rusa yang merindukan sungai. Seekor rusa tidak dapat menahan dirinya apabila ia sudah haus akan air/merindukan sungai. Seekor rusa tidak akan mempedulikan bahaya apa yang akan menyerangnya apabila ia sudah ingin menikmati kesejukan air sungai. Begitu pula kerinduan hati Daud terhadap Tuhan; tidak ada satupun yang dapat menghalangi dia untuk bertemu dengan Tuhan, bukan karena ia seorang raja yang memiliki kuasa, tetapi kekuatan hatinya yang sedang merindukan Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita memiliki hati yang haus dan lapar atau rindu kepada Tuhan. Firman Tuhan juga berkata : “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6). Dan kita percaya bahwa Tuhan memberikan hari yang baik kepada kita yaitu masa depan yang penuh dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Sebab janji Tuhan dilakukan dengan sumpah (Ulangan 8:1) supaya kita yakin bahwa kita dapat hidup hanya dari berkat Tuhan (Ulangan 8:2-10).

Dan perlu kita tahu juga bahwa sebelum Daud rindu untuk mencari Tuhan, terlebih dahulu Tuhanlah yang merindukan Daud. Demikian pula dengan kita saat ini, sebelum kita merindukan Tuhan, terlebih dahulu Tuhanlah yang merindukan kita. Kita lihat contoh kisah daripada Adam dan Hawa; yaitu saat Allah mendapati Adam dan Hawa berbuat dosa, maka Allah yang terlebih dahulu mencari Adam dan Hawa sebagai bukti bahwa Allah sangat rindu untuk bersekutu dengan manusia senantiasa. Oleh sebab itu, apabila kita rindu untuk bertemu dengan Tuhan, maka tubuh kita harus benar-benar rindu akan Tuhan, karena tubuh kita adalah Rumah Allah. Dan apabila saat ini kita menjadi domba yang hilang, maka Gembala yang baik itu akan mencari kita. Kalau domba itu sudah ditemukan maka Ia akan bersukacita, dan jikalau kita adalah dirham, maka Tuhan akan mencari kita, atau anak yang hilang, maka Tuhan menunggu kita. Kalau kita menjadi ‘tunangan’ yang hilang maka Tuhan akan mengetuk hati kita untuk kembali kepada-Nya. Ini artinya, bahwa kalau kita mencari Tuhan dan Tuhan mencari kita, maka pasti ada titik temunya.

Tetapi, yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah : apakah saat ini kita rindu kepada Tuhan atau ?, Jawaban ada pada diri kita masing-masing. Dari sinilah kita akan belajar dari kehidupan Daud, dimana Daud merupakan sosok hamba Tuhan yang senantiasa rindu untuk bertemu dengan Tuhan, sehingga ia dapat menuliskan mazmur-mazmurnya. Di dalam Yohanes 2:17 dikatakan, “Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Dalam ayat ini diceritakan bagaimana Rumah Allah dijadikan tempat jual beli oleh orang-orang Israel. Saat itu juga Tuhan membersihkan Rumah Allah dengan jalan mengusir orang-orang yang sedang berjual beli atau berdagang di Rumah Allah. Tindakan Tuhan Yesus ini merupkan gambaran kehidupan kita yang dibersihkan dengan darah-Nya karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Dan hal ini dilakukan oleh Tuhan Yesus karena Dia memiliki kerinduan akan rumah-Nya.”

Sekali lagi perlu kita ingat bahwa Dia yang terlebih dahulu memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan kita. Dan ketika kita juga memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan, maka yang terjadi adalah suatu pertemuan yang indah. Ini berarti bahwa tubuh ini harus menghadap Tuhan dengan sopan dan berkenan kepada Tuhan.

Amin.

Pengendalian Diri

“Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”
(2 Kor. 10: 3-5).

Penggendalian diri adalah kemampuan untuk bisa mengendalikan diri, tidak melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu yang bisa merusak diri sendiri maupun orang lain. Pengendalian diri itu sangat penting, oleh karena itu, mari kendalikan diri kita! Bukan hanya emosi tetapi juga mata, mulut, telinga, sikap, reaksi, pikiran , hobi kita, dan hati kita.

“Aku tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apa pun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.” (Pengkhotbah 2:10).

Kita bisa mengendalikan diri mengikuti pikiran Tuhan. Alkitab katakan dalam kitab Amsal, sebagai berikut:
a. Amsal 16:32 “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”
b. Amsal 25:28 “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya”.

Supaya bisa mengendalikan diri, mari kita:
1. Sadari kelemahan dan kekurangan kita.
2. Bangun secara sadar dan sengaja untuk bisa berubah.
3. Minta Roh Kudus memberi kekuatan, supaya kita disanggupkan sadar dan berubah.
4. Ingat, bahwa kita telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus.

Pengendalian diri dilakukan dengan: kesadaran, berusaha sungguh-sungguh untuk berubah & minta Roh Kudus terus beri kekuatan!

Amin?

Thursday, November 3, 2011

Tetap Bersukacita



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah!
Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat !
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
(Filipi 4:4-7)

Kata “bersukacita” merupakan klimaks daripada pertumbuhan rohani kita. Permulaan akan sukacita diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Karena dengan imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.

Disamping Tuhan memberikan iman, Dia juga melengkapi kita dengan pengharapan supaya setiap kita bersikap optimis untuk melihat masa depan yang penuh dengan keberhasilan; dan berikutnya Dia melengkapi kita dengan kasih yang mana sebagai manifestasinya adalah sukacita. Oleh sebab itu rasul Paulus menganjurkan kepada jemaat yang ada di Filipi untuk tetap bersukacita, karena jemaat Filipi sudah dilengkapi dengan kasih.

Lawan daripada bersukacita adalah bersungut-sungut; lalu yang menjadi pertanyaannya adalah apakah orang Kristen masih ada yang hidupnya selalu bersungut-sungut ?. Yang dapat menjawab adalah diri kita masing-masing. Sebab apabila kita melihat dari sejarah yang tertulis dalam Alkitab maka kita akan menemukan suatu bangsa yang dicintai, dikasihi, dibimbing dan diberkati oleh Tuhan namun tetap bersungut-sungut setiap hari. Walaupun banyak mujizat telah mereka lihat maupun mereka alami, tetapi ucapan syukur tidak pernah keluar dari mulut mereka (bangsa Israel).

Saudara, perlu kita ketahui pula bahwa untuk mengeluarkan bangsa Israel dari tanah Mesir itu tidak mudah karena harus melalui 10 mujizat yang harus dinyatakan, sampai pada mujizat yang terakhir adalah seluruh anak sulung bangsa Mesir mati semuanya. Dan setelah mereka keluar dari tanah Mesir, mereka harus melintasi padang gurun menuju tanah yang sudah dijanjikan oleh Tuhan. Adapun maksud Tuhan membawa mereka menuju tanah perjanjian melalui padang gurun adalah untuk melatih mereka, supaya mereka senantiasa bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan dalam mulutnya penuh dengan ucapan syukur, karena di padang gurun tidak ada apa-apa atau sesuatu yang bisa diandalkan. Maka dari sinilah Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia sanggup membimbing, memimpin dan memelihara serta mencukupi kebutuhan mereka. Selain mereka harus melintasi padang gurun, mereka juga diperhadapkan dengan laut Teberau. Sementara didepan mereka terdapat laut Teberau yang menghalang, sedangkan dibelakang mereka terdapat pasukan Firaun yang mengejar mereka, maka bangsa Israel menjadi sangat takut, karena mereka merasa sedang menghadapi jalan buntu.

Lalu, bagaimanakah tindakan bangsa Israel dalam menghadapi keadaan semacam itu ? mereka marah-marah dan berkata kepada Musa (selaku pimpinan rombongan tersebut), katanya : ”Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?” (Keluaran 14:11). Bukankah mereka seharusnya tidak bersungut-sungut atau menggerutu saat menghadapi persoalan; tetapi mereka harus berdoa kepada Tuhan yang merupakan penyelamat umatNya. Memang, saat itu bangsa Israel menghadapi jalan buntu, tetapi Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkatnya, maka tampak angin seperti puting beliung yang membelah laut itu, sehingga laut itu menjadi suatu daratan dan bangsa Israel dapat melintasi dasar laut itu sampai di seberang. Sementara orang Mesir mengejar dan berada ditengah-tengah laut yang terbelah maka tiba-tiba laut itu tertutup kembali, sehingga seluruh orang Mesir yang sedang mengejar telah terkubur dalam laut Teberau; hal ini telah disaksikan oleh tiga juga orang.

Ternyata, dengan berbagai mujizat yang terjadi tidak cukup untuk mengubah sikap bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut, tetapi justru mereka semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, melalui sikap daripada bangsa Israel telah tampak bahwa mereka senang hidup dalam perhambaan, tindasan maupun tekanan daripada menjadi orang merdeka. Padahal untuk mendapatkan nafkah mereka harus bekerja keras dengan hasil yang tidak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan, selain itu mereka hanya bekerja untuk Firaun, sehingga tidak bisa menentukan nasib mereka masing-masing, tetapi itu yang menjadi harapan mereka. Bukankah hal ini suatu kebodohan ??

Saudara, apabila kita membaca pada ayat maupun pasal berikutnya, maka kita hanya mendapatkan persungutan demi persungutan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan telah membuat mereka tidak pernah memiliki apa yang disebut dengan sukacita. Selain itu, dalam keadaan yang demikian, mereka malah berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah, tatkala Musa sedang berdoa di atas gunung untuk bersekutu serta mencari kehendak Tuhan. Bangsa Israel tidak sabar saat menantikan Musa untuk turun dari gunung, padahal mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Musa. Bukankah hal demikian juga sering dilakukan oleh orang Kristen, yang mana kerapkali tidak sabar dalam menantikan janji Tuhan untuk digenapi dalam kehidupan mereka, justru sikap bersungut-sungut atau menggerutu yang sering dilakukan saat menghadapi tantangan.

Oleh sebab itu, melalui kisah di atas biarlah menjadi pelajaran dalam kehidupan kita, yaitu supaya kita tidak bersikap seperti yang bangsa Israel lakukan. Dan apabila saat ini kita sedang menghadapi persoalan maupun tantangan yang tak kunjung padam, sehingga seolah-olah kita berada di pada gurun, maka percayalah bahwa Tuhan sekali-kali tidak pernah meninggalkan kita, percayalah bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah atas hidup kita selain untuk mendewasakan rohani kita. Terlebih itu, apabila kita menghadapi jalan buntu seperti halnya bangsa Israel yang sedang menghadapi laut Teberau, maka percayalah bahwa Tuhan sanggup membuat jalan atas hidup kita.

Firman Tuhan menasehatkan :
”Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” (Mazmur 50:15);
”Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !” (Yesaya 55:6);
”Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui” (Yesaya 33:3).

Amin.

Tuesday, October 25, 2011

Berkat Abraham, Ishak, dan Yakub



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Galatia 3:26-29

Dalam gereja kami tidak ada istilah golongan jemaat kelas bawah, menengah atau atas, karena semua jemaat Tuhan adalah sama, yaitu anak-anak Allah. Galatia 3:29 berkata, “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” Kita memiliki hak menerima “wasiat.” Tuhan memberikan kita bukan hanya wasiat saja, tetapi juga janji untuk hari depan. Abraham adalah sosok pribadi yang senantiasa mencari wajah Tuhan, hal ini terbukti dimana pun dia berada selalu memberikan persembahan bagi Tuhan. Dan semuanya itu dilakukan bukan karena Abraham ingin diberkati, melainkan hal tersebut merupakan suatu kesukaan dalam hidup Abraham, walaupun pada akhirnya memiliki dampak yang luar biasa dalam kelangsungan hidupnya sampai pada keturunannya.

Efesus 1:13-14 berkata, “Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru selalu dikatakan Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Ini merupakan gambaran bahwa sepanjang sejarah umat manusia diberkati oleh Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Abraham diberkati secara pribadi, Ishak diberkati dalam suatu keluarga, Yakub diberkati sebagai suatu etnis atau bangsa, yaitu bangsa Israel. Ini artinya, Tuhan mau memberkati pribadi, keluarga dan bangsa kita. Roh Kudus merupakan jaminan bagi kita untuk mendapat janji-janji Allah.

Roh Allah bukan hanya memiliki muatan kekayaan, kuasa, hikmat dan kemuliaan, tetapi Dia adalah pribadi yang menjamin untuk memberi janji Allah kepada kita. Untuk itu, kita harus belajar banyak dari Abraham, Ishak dan Yakub.
Abraham (Kejadian 12:1-8)

Posisi kita adalah anak-anak raja dan imam. Apabila kita adalah anak raja dan imam maka hal ini memungkinkan Tuhan memberkati kita tanpa batas. Raja adalah seorang yang diurapi. Urapan itu sendiri merupakan “point of contact” saja. Kita harus melangkah dengan iman. Anak-anak raja akan diberkati secara fisik saja, sedangkan posisi kita adalah sebagai imamat yang rajani. Kita dimeteraikan Roh Kudus untuk menjadi imam dan raja. Sehingga Tuhan memberkati kita tanpa batas.

Secara priadi, Abraham dipanggil langsung oleh Allah Bapa. Abraham dipanggil untuk suatu tujuan yang mana ia sendiri tidak mengerti. Kalau dahulu, semua direncanakan menurut pikirannya sendiri, saat dipanggil, dia mulai mengarahkan pikirannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita dipimpin oleh Tuhan oleh karena kita mendengar firman Allah dan juga oleh Roh Kudus. Dipimpin oleh Tuhan merupakan langkah iman. Setiap orang yang diurapi Tuhan dan mau diberkati, berikanlah diri kita untuk dipimpin Tuhan, maka akan terjadi perubahan yang besar atas hidupmu yaitu engkau semakin berkenan di hadapanNya.

Pada waktu itu Lot turut serta. Sebenarnya Lot ini juga harus dipanggil dan dipilih Tuhan secara personal dan tidak boleh ikut-ikutan, namun oleh karena ikut-ikutan, maka timbul banyak persoalan demikian pula dengan kehidupan kita. Untuk itu kita perlu tahu apa yang harus dilakukan untuk memelihara hubungan kita dengan Allah? Kejadian 12:7-9; 13:18 mencatat bahwa ke manapun Abraham pergi selalu mendirikan mezbah. Dan setiap dia membuat mezbah, Allah selalu menampakkan diri, demikian juga sebaliknya. Kejadian 13 menyebutkan Abraham menjadi sangat kaya. Setiap kali Tuhan menunjukkan suatu tempat kepada Abraham, di sana Kerajaan Allah dinyatakan.

Dalam 2 Samuel 6:11 telah disebutkan bahwa “Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.” Tabut Allah merupakan tempat kehadiran Tuhan (2 Samuel 6:1-2). Paling tidak, suami-istri, anak-anak berkumpul setiap hari untuk membangun mezbah keluarga. Terkadang kita lemah dalam soal ini. Kalau kita mau diberkati Tuhan, maka bangun mezbah Tuhan di rumah kita. Tabut Perjanjian saat ini ada pada kita. Jangan seperti Daud yang kurang menghormati Tabut Perjanjian dengan mengangkut Tabut tersebut di sebuah kereta. Roh Kudus harus ditaruh dalam diri kita masing-masing.

Perhatikan hidup kita hari ini dan juga hari esok. 2 Samuel 6:12b-14 menunjukkan sikap Daud yang mulai menghormati Tabut Perjanjian dan hidupnya kembali diberkati Tuhan. Kita percaya bahwa kalau kita menghormati kehadiran Tuhan maka hidup kita akan semakin diberkati Tuhan.
Selanjutnya, Kejadian 13:6 menceritakan perkelahian antara hamba Abraham dan hamba Lot. Ini menunjukkan bahwa jangan sampai kita menjadi pengikut saja. Hingga suatu saat Abraham dan Lot berpisah, dan Abraham tetap diberkati oleh Tuhan secara luar biasa. Kehadiran Tuhan merupakan perlindungan bagi kita. (Baca: Kejadian 20). Lalu, Kejadian 14:17-20 menyebutkan Abraham memberikan sepersepuluh dari miliknya untuk dipersembahkan kepada Imam Melkisedek. Persembahan sepersepuluh merupakan bukti ketaatan kita kepada Allah.

Ishak (Kejadian 26:12-13)
Pada waktu itu Abraham memberikan semua yang ia punya kepada Ishak. Abraham juga mensyukuri berkat yang Tuhan berikan kepada dia. Abraham juga tidak mau disebut kaya karena diberi raja-raja (Kejadian 14). Apa yang dilakukan Abraham, diikuti oleh Ishak. Menabur dan menuai merupakan hukum Tuhan yang sangat jelas. Kalau kita mau diberkati Tuhan maka kita juga harus menabur. Dengan demikian Tuhan akan memberkati kita tanpa batas.

Yakub (Kejadian 32:9-10)
Tuhan ingin memberkati Yakub secara pribadi, Yakub hanya bermodalkan tongkat saja dan ia mendapatkan berkat Tuhan. Tongkat ini terbuat dari kayu yang direndam air. Setiap orang Israel memiliki tongkat, seperti Musa. Tongkat Yakub ini diukir dari bawah ke atas, sehingga tongkat ini menjadi sejarah riwayat Yakub yang dipimpin Tuhan. Ini membuktikan bahwa kalau kita tidak memiliki apa-apa sekalipun dan mau dipimpin oleh Tuhan, maka Tuhan sanggup memberkati kita. Kecil atau besar, syukurilah berkat Tuhan. Amin

Tuesday, October 18, 2011

Jangan Ada Padamu Ragi Orang Farisi



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda. Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang. Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
(Markus 8 : 11 - 15)

Sebelum kita belajar tentang ragi orang Farisi, maka kita harus mengerti terlebih dahulu mengenai fungsi dan pengaruh daripada ragi yang sering digunakan untuk membuat adonan roti. Saudara, ragi ini gunanya untuk mengkhamirkan atau mempengaruhi seluruh tepung/adonan. Jadi istilah ragi ini bisa mengandung arti positif atau bisa juga negatif. Sebab, Yesus sendiri memberikan suatu perumpamaan : bahwa kerajaan sorga itu seumpama ragi; seperti yang tertulis dalam Matius 13:33 : . . .“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” Dari perumpaan mengenai ragi ini, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus adalah : sesuatu yang mempunyai fungsi atau pengaruh. Dan apabila kita berbicara mengenai ragi kerajaan sorga, maka kita tahu bahwa ragi kerajaan sorga ini dapat mempengaruhi sekelompok manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dan sebagai akibatnya, manusia tersebut akan senantiasa mengalami berkat dan mujizat dari Allah selama di bumi ini, selain akan memperoleh hidup yang kekal. Oleh karena itu kita merindukan agar generasi yang akan datang tetap ada ragi kerajaan sorga, supaya gereja Tuhan tidak mengalami stagnasi, tetapi senantiasa mengalami pertumbuhan rohani.

Dalam pembahasan kali ini kita akan melihat bedanya antara orang Farisi dan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Bapak Peter Wagner pernah berkata bahwa ada roh agamawi (spirit of relegion). Memang secara fisik atau secara umum suatu agama itu tampak bagus, termasuk agama Kristen. Dan kita sependapat dengan pernyataan ini. Tetapi, kalau roh agamawi (spirit of religion) itu mengekang hubungan kita dengan Tuhan yang membawa pada pertumbuhan rohani kita, maka hal itu merupakan suatu ragi yang membuat orang Kristen tidak pernah menikmati berkat ataupun mujizat Tuhan. Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen jangan sampai kita dicengkram oleh roh agamawi. Karena roh inilah yang membuat kita tidak mengalami kuasa dan mujizat Tuhan. Walaupun kita sudah minta tanda ajaib dari surga, tetapi apabila kita berada dalam cengkraman roh agamawi, maka kita tidak akan pernah mendapatkan apa yang kita rindukan, seperti halnya yang dialami oleh orang-orang Farisi ketika meminta tanda ajaib kepada Yesus. Untuk itu jangan sampai kita yang sudah menjadi orang Kristen; baik itu sudah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih mulai dicengkram oleh roh agamawi. Karena apabila kita dicengkram oleh roh agamawi, maka kita tidak akan mengalami pertumbuhan rohani (stagnasi).

Ada beberapa ciri yang terdapat pada orang-orang Farisi, diantaranya : mereka suka membaca Alkitab, berdiskusi dan juga meneliti hukum-hukum Tuhan, termasuk sepuluh perintah Allah. Dan setiap hari mereka senantiasa membicarakan tentang hal kebenaran. Sehingga hal ini tampak indah dipemandangan manusia, tetapi hal ini tidak indah dipemandangan Allah, sebab mereka tidak hidup dalam kebenaran seperti yang mereka bicarakan setiap hari. Oleh karena itu mereka tidak pernah mengalami berkat dan mujizat Allah. Dan perlu kita ketahui bahwa orang yang hidup dalam kebenaran itu, tidak hanya memiliki perkataan iman saja, tetapi harus disertai dengan perbuatan yang sesuai dengan Firman Allah.

Pada masa-masa sekarang ini kita akan melihat suatu fenomena (gejala), dimana banyak orang mencari gereja yang dianggapnya baik; padahal gereja dimana-mana itu semuanya sama. Dan orang seperti inilah yang tergolong sebagai orang Farisi. Mengapa mereka dikatakan/tergolong sebagai orang Farisi ? Sebab apabila seseorang menjadi jemaat yang baik, maka dengan sendirinya gereja itu akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila jemaat itu tidak baik maka gereja itu juga dapat dikatakan tidak baik. Jadi, baik atau tidaknya gereja tergantung kehidupan kita; apakah kehidupan kita membawa ragi sorgawi atau ragi orang Farisi. Apabila kita membawa ragi kerajaan sorga maka kita akan sanggup mempengaruhi suatu gereja untuk menjadi baik, tetapi sebaliknya, apabila kita membawa ragi orang Farisi, maka gereja yang baik pun dapat menjadi rusak. Disamping itu, kita juga tahu bahwa gereja bukan berbicara tentang gedung/bangunan sebab jemaat itu sendiri merupakan gereja. Memang, hidup dalam kebenaran itu tidak gampang, tetapi apabila kita mengandalkan kekuatan Roh Kudus maka kita sanggup hidup dalam kebenaran, itupun dapat kita lakukan dengan susah payah.

Paulus berkata : “celakah aku ini, sebab ketika aku hendak berbuat kebenaran, maka yang jahat sudah hadir.” Oleh sebab itu, supaya kita tetap hidup dalam kebenaran dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus, maka ada beberapa nasehat yang harus kita patuhi yaitu : Janganlah padamkan Roh Kudus (I Tesalonika 5:19); Janganlah mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30); Janganlah mendustai Roh Kudus (Kisah Rasul 5:3 – kisah tentang Ananias dan Safira); Janganlah menentang Roh Kudus (Kisah Rasul 7:51); Janganlah menghujat Roh Kudus ( Matius 12:31-32) sebab pengampunan tidak akan ada dalam kehidupan kita. Dari semua nasehat yang sudah tertulis diatas akan senantiasa mengingatkan kita, bahwa Roh Kuduslah satu-satunya sumber kekuatan yang dapat membawa kita untuk hidup dalam kebenaran Allah, termasuk melakukan sepuluh perintah Allah, seperti yang terdapat dalam Keluaran 20:1-17, yaitu diantaranya tidak menyembah allah lain. Sebab Allah yang layak kita sembah adalah Tuhan Yesus, tidak membuat patung sebagai ganti Tuhan, tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, menguduskan hari sabat, menghormati orang tua, tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mencuri, tidak menjadi saksi dusta, tidak mengingini apa yang menjadi milik orang lain.

Dan sebagai nasehat terakhir yaitu : biarlah kita tetap hidup dalam kekuatan Roh Kudus dan senantiasa membawa ragi kerajaan sorga dan bukan ragi orang Farisi. Supaya rencana dan kehendak Allah boleh dinyatakan di atas muka bumi ini, dan nama Tuhan senantiasa dipermuliakan serta kerajaan Allah semakin diperlebar.

Amin.

Tuesday, October 11, 2011

Ketaatan yang Disertai Kesetiaan, Ketekunan & Kesabaran




Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

”Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
(Markus 14:35-36)

Peristiwa yang sedang terjadi seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas merupakan wujud ketaatan Yesus Kristus.

Meskipun Yesus tahu bahwa setelah penderitaan bahkan sampai pada kematian di atas kayu salib akan ada kemenanan besar, tetapi secara manusia pada waktu itu Ia sempat mengatakan “kalau bisa cawan ini berlalu dari padaKu.” Cawan ini merupakan hal yang menakutkan namun Dia tetap taat untuk melakukannya. Kata taat memang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang mau untuk melakukannya. Untuk dapat taat itu sebenarnya mudah, yaitu menerima tugas dan menjalankan.

Tetapi masalahnya tidak semudah itu karena sementara menerima tugas, bisa muncul adanya suatu konflik yang bertentangan dengan kemauan dan pemikiran diri sendiri sehingga dengan demikian mulai muncul keraguan dan rasa bimbang, dan akhirnya mulai mencoba menghindar untuk melakukan tugas yang Tuhan berikan. Meskipun kita terhalang dengan perasaan bimbang, takut, cemas ataupun gagal tetapi apabila kita taat maka kemenangan demi kemenangan akan kita peroleh. Oleh sebab itu, kita harus berbahagia karena memiliki pemimpin yang sempurna yaitu Yesus Kristus yang senantiasa menuntun bahkan kadang memaksa kita untuk tetap mentaati segala apa yang telah menjadi ketetapanNya, sekalipun kita tidak suka dengan tugas tersebut.

Tuhan memberikan suatu pengajaran mengenai ketaatan yang disampaikan melalui rasul Paulus kepada muridnya yaitu Timotius. Diantaranya : pengajaran mengenai teladan seorang prajurit, olahragawan maupun petani. Dan kali ini kita akan mempelajari satu persatu mengenai hal ketaatan seperti yang telah disebutkan :


1. Teladan Seorang Prajurit (Taat dan Setia)
Dalam II Timoitus 2:3-4 dikatakan, ”Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Yang dituntut pada pribadi seorang prajurit selain ketaatan adalah kesetiaan. Dan kalau kita perhatikan mengenai prajurit, maka dapat kita ketahui bahwa prajurit merupakan komunitas yang sangat tangguh dan loyal. Satu institusi yang dipenuhi oleh pribadi-pribadi yang sangat luar biasa; baik di Indonesia maupun diseluruh negara. Masia Felly, dalam The Art of The War (seni berperang); menyatakan : ”sepertinya tidak ada profesi yang lain yang melebihi profesi seorang prajurit dalam hal pengorbanan maupun pengabdiannya terhadap bangsa dan negara.” Menurut pandangan secara umum bahwa yang paling penting dalam profesi prajurit itu adalah seseorang yang bertubuh kekar dan melakukan latihan fisik secara intensif. Seorang prajurit harus trampil dan cakap dalam hal strategi perang. Semuanya itu memang penting, tetapi yang dibutuhkan oleh seorang prajurit yang sejati adalah kesetiaan. Taat dan setia ini sangat penting.

Kesaksian : Dalam usia yang sudah lanjut ini, secara manusia saya (Pdt. Alex T.) menjalankan pelayanan sangat lelah, tetapi Tuhan menghendaki tetap berkiprah dalam pelayanan termasuk membangun menara doa Jakarta. Meskipun kadang-kadang muncul rasa bimbang, takut, tetapi Tuhan tetap ingin saya untuk maju terus melayani Dia.
Melalui rasul Paulus, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk taat dan setia, meskipun kita menghadapi hal yang susah. Seperti halnya Yesus saat menghadapi kematianNya, dimana Dia tetap taat dan setia. Dalam suratnya, rasul Paulus berkata :”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”(II Timotius 2:11)


2. Teladan Seorang Olahragawan (Taat dan Tekun)
Dalam II Timotius 2:5 dikatakan, ” Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” Sebagai seorang olahragawan dituntut untuk tekun. Progress atau target utama yang diharapkan dari seorang olahragawan adalah mahkota (Piala). Pada jaman Romawi hadiah/penghargaan berupa daun palem yang dirangkai untuk menjadi mahkota. Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa hidup ini adalah pertandingan, dan setiap orang harus mengambil bagian dalam pertandingan tersebut. Untuk dapat memenangkan pertandingan tersebut, maka diperlukan ketekunaan berlatih, kemudian bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan olahraga. Saudara, kalau bertanding tidak boleh ada keinginan untuk menjegal, iri hati, cemburu, atau hal-hal yang tidak sportif. Kita berusaha melakukan pekerjaan Tuhan yang terbaik atau terdepan demi kemuliaan namaNya, bahkan kita ”menyeret” teman-teman yang masih ketinggalan untuk sama-sama maju. Sejak gereja Bethany Nginden terbangun, maka muncul gereja-gereja besar lainnya.

Contohnya di Semarang yaitu gereja yang digembalakan oleh Pdt. Petrus Agung, di Solo digembalakan oleh Pdt. Obaja, dan di Jakarta digembalakan oleh Pdt. Jacob Nahuway dan lainnya, dimana gereja mereka rata-rata berkapasitas diatas sepuluh ribu jemaat. Untuk dapat mencapai semua itu perlu ketekunan tidak hanya satu atau dua jam tetapi harus dilakukan selama bertahun-tahun. Untuk itu jangan kecil hati saat kita menghadapi berbagai tantangan hidup, atau bahkan kita kadang-kadang jatuh, tetapi percayalah apabila kita tetap terus berjuang maka kemenangan akan kita peroleh. Apa arti ketekunan ? artinya yaitu ulet dan tidak pernah putus asa. Kalau kita putus asa maka kita tidak akan dapat memperoleh apa yang akan kita capai.


3. Teladan Seorang Petani (Taat dan Sabar)
Dalam II Timotius 2:6 dikatakan, ”Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” Petani itu ada ciri khasnya, tidak peduli menabur sedikit atau banyak, tetapi dia harus sabar untuk menunggu waktu menuai. Seorang petani tidak ada yang dapat mempercepat atau memperlambat waktu menuai. Kalau seseorang menabur tentu ada waktunya untuk menuai. Jarak waktu itu, Tuhanlah yang menentukan. Suatu saat gereja ini menabur seribu sepeda motor buat hamba-hamba Tuhan di pedesaan untuk dapat melayani.

Memang, kadang-kadang kita menabur disertai dengan tetesan air mata, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6 ”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” Namun semua yang kita lakukan tidak sia-sia tetapi membawa hasil yang tidak terkatakan.
Memang ada kalanya kita mengalami pergumulan seperti Tuhan Yesus yaitu menghadapi cawan. Kita mengharapkan kalau bisa semua itu berlalu dari kita. Tetapi Tuhan memberikan contoh bahwa ketaatan itu harus disertai dengan sikap setia, tekun maupun sabar.

Apabila hal itu ada dalam pikiran kita dan dibantu oleh kuasa Roh Kudus maka kita akan mengalami suatu kemenangan yang besar. Seandainya Tuhan Yesus gagal dalam ketaatan maka kemenangan itu tidak akan pernah dialami. Oleh sebab itu, dari beberapa teladan yang kita kita pelajari marilah kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita senantiasa berkemanangan.

Amin.

Lepas Dari Kepentingan Sendiri

Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. (2 Timotius 3:1-2)


Kapankah hari-hari terakhir itu?
Yaitu masa-masa sekarang ini. Alkitab berkata, di masa yang sukar ini, manusia akan mementingkan diri sendiri, ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Manusia yang Serakah. “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang” (2 Timotius 3:2). Mari alami pembaharuan dalam hati dan pikiran. Tidak lagi menjadi hamba uang & serakah tapi mari gunakan berkat yang Tuhan beri untuk memberkati sesama kita.

2. Manusia yang tidak peduli kepada orang lain. Mari kita mengingat pengorbanan Tuhan Yesus bagi hidup kita. Karena kita tahu bahwa: “Hidupku bukan aku lagi melainkan Kristus yang hidup dalam kita”.

Jangan biarkan fokus kita pada diri sendiri melainkan fokuslah kepada Tuhan. Keinginan Tuhan adalah supaya kita sadar dan mengutamakan Tuhan. Percayalah, Tuhan pasti sanggup untuk memberi yang terbaik atas hidup kita.

Alkitab katakan dalam Yakobus 3:16 “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”

Bagaimana hidup lepas dari kepentingan diri sendiri?

1. Mari mengerti tujuan & panggilan Tuhan bagi hidup kita. Kita diselamatkan supaya keluarga, lingkungan, kota bahkan bangsa kita juga bisa mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

2. Kenali setiap talenta yang Tuhan dalam hidup kita. Mari mulai kerjakan apapun bentuk talenta yang Tuhan berikan, dengan kuat, penuh gelora cinta dan setia sampai garis akhir.

Orang yang tahu rencana Tuhan, tahu melepaskan kepentingan diri sendiri, dan hidupnya di fokuskan kepada panggilan Tuhan serta siap memberikan setiap talenta yang terbaik kepada Tuhan!

Tuesday, October 4, 2011

Penjunan dan Tanah Liat



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“ . . . apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat . . . ”
(Mazmur 8:1-10)

Dalam ayat bacaan di atas terdapat sebuah kalimat yang berkata : “Engkau telah membuat sama seperti Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan begitu sempurna. Namun oleh pelanggaran manusia, sehingga image/citra diri manusia yang sesungguhnya telah menjadi rusak dan roh mereka manunggal dengan roh Lucifer yang terkutuk, sehingga kita terkutuk juga.

Walaupun demikian ada kabar baik bagi mereka yang percaya kepada Yesus, karena Allah mempunyai inisiatif untuk mengembalikan citra diri kita serupa dan segambar citra diri Allah, yaitu dengan cara memberikan putraNya yang tunggal untuk disalibkan, mati dan pada hari yang ketiga dibangkitakan. Untuk itu berbahagialah setiap kita yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan raja, karena kita dilahirkan kembali guna mendapatkan mahkota, kemuliaan dan hormat.

Saudara, biarlah kita sadar akan image/citra diri kita, bahwa pada mulanya manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:26-27,

”Berfirmanlah Allah : Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. . . . ”

Tetapi sayangnya banyak orang oleh karena masalah menjadi rendah diri. Memang manusia penuh kelemahan, karena kalau kita melihat proses manusia maka kita tahu bahwa manusia hanya terbuat dari debu dan tanah seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:7,

” . . . TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”

Selain itu juga di dalam Mazmur dipertegas bahwa :

”. . . apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi (Mazmur 104:29-30).

Namun semuanya itu bukan menjadi penghalang buat Allah untuk memberikan kuasa atas kita.

Setiap manusia yang terlahir di bumi ini diberikan bakat oleh Allah; apapun latar belakang hidup mereka, sebab Allah itu baik. Dan oleh karena dosa maka bakat itu digunakan untuk melakukan hal-hal yang jahat, misalnya kepandaiannya digunakan untuk menipu orang, atau ketrampilan mereka digunakan untuk hal-hal negatif. Tetapi mereka yang percaya kepada Yesus maka kehidupannya diperbaharui, seperti yang tertulis dalam II Korintus 5:17,

”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Saya (Pdt. Alex T.) mempunyai bakat mengenai hal teknik, tetapi oleh karena orang tua saya punya apotik maka saya dianjurkan untuk melanjutkan apotik orang tua, sehingga saya di sekolahkan di SMA, tetapi di tengah perjalanan studi, saya telah gagal, lalu selanjutnya saya masuk di AA (Asisten Apoteker), itupun hanya 3 bulan saja, karena saya tidak kuat. Dan akhirnya saya masuk STM. Dalam jangka waktu 2 tahun saya lulus. Dan dari bakat itu Roh Kudus memimpin saya sehingga dapat membangun Gereja Bethany Manyar, Gereja Bethany Nginden, bahkan Menara Doa Jakarta akan dapat terselesaikan oleh Kuasa Roh Kudus.

Jadi setiap kita mempunyai bakat, sebab Tuhan adalah Penjunan dan kita adalah Tanah Liat. Apabila kita sebagai bejana yang sedang dibentuk menjadi rusak maka sang penjunan akan membentuk kita kembali sesuai dengan rencanaNya. Kalau kita dibangun menurut kehendak Tuhan maka itu indah sekali. Oleh karena itu jangan membuang-buang waktu, tetapi bertindaklah sesuai dengan kehendak Tuhan. Manusia apabila dipenuhi Roh Kudus maka bakatnya ada kuasa atau karisma itu muncul, bahkan kekayaan akan dinyatakan atas kita.

Kalau kita baca Roma 9:20-21 maka kita akan mengerti bahwa kita ini dibentuk bukanlah untuk menjadi orang-orang yang biasa, tetapi dengan tujuan yang mulia. Sebagai bejana kita diisi dengan kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian. Hal ini dapat kita baca dalam I Petrus 2:9, yang menyatakan bahwa kita adalah imamat yang rajani (imam dan raja). Seorang imam itu memiliki karakter yang mulia, sedangkan raja memiliki kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian. Namun apabila kita berulangkali gagal untuk menjadi sebuah bejana maka kita akan menjadi manusia biasa. Dan gambaran orang yang berulangkali gagal, misalnya orang tersebut diisi dengan kekayaan kemudian bocor, diisi dengan hikmat juga bocor, maka kita akan dibentuk terus untuk menjadi bejana indah dipemandanganNya. Memang kesukaran itu ada pada kita, pada waktu kita dibentuk itu sakit, tetapi Tuhan inginkan kita semua menjadi anak-anak raja. Oleh karena itu marilah kita kerjakan bakat-bakat kita dengan baik, sebab oleh karena kuasa Roh Kudus maka kita akan menjadi berkat bagi banyak orang.


Ada tiga contoh beberapa orang dalam mempergunakan bakat selama hidupnya :

1. Saul (I Samuel 16:14).
Saul mempunyai bakat baik dan Roh Tuhan turun atas dia, maka Tuhan mengangkat dia menjadi raja. Namun pada akhirnya Roh Allah itu undur karena kedagingan daripada Saul mulai muncul lebih kuat. Bahkan pada saat menghadapi tentara orang Filistin, Saul sangat takut kemudian dia minta petunjuk dari Tuhan tetapi Tuhan tidak memberi jawaban, sehingga pada akhirnya ia minta seorang petunjuk dari seorang dukun.(I Samuel 28:5-7). Memang pada awalnya Saul mempunyai bakat yang bagus, dipenuhi Roh Kudus dan diangkat menjadi raja, tetapi oleh karena rasa cemburu akan keberhasilan Daud maka timbul kebencian dihatinya dan berusaha membunuh Daud berulang kali.

2. Yefta (Hakim-hakim 11:1-3).
Gilead menikah dengan perempuan sundal dan lahirlah Yefta. Lalu, tatkala Yefta hidup bersama dengan anak-anak dari istri Gilead yang sebenarnya. Tetapi Yefta diusir, maka larilah Yefta dari saudara-saudara mereka. Dan bakat yang dimiliki oleh Yefta digunakan untuk merampok, tetapi suatu hari Roh Allah turun atas Yefta, maka ia menjadi seorang pahlawan (Hakim-hakim 11:29). Jadi apabila Allah mengirim RohNya atas Yefta maka ia diangkat menjadi salah satu hakim di Israel, dan seorang hakim itu sama dengan seorang raja. Ia mempunyai kuasa, kekuatan, kekayaan, dan hikmat. Yefta berasal dari keadaan yang buruk, dimana dia adalah seorang anak perempuan sundal, kemudian ia mempunyai bakat digunakan untuk melakukan hal-hal yang jahat, tetapi oleh karena Roh Allah turun atas dia maka Yefta diangkat oleh Tuhan menjadi seorang yang luar biasa.

3. Daniel (Daniel 6:4).
Daniel memiliki bakat luar biasa dan dipenuhi Roh Kudus sehingga raja-raja hendak menempatkannya di atas seluruh kerajaannya, itu pada jaman raja Nebukadnesar, kemudian raja Belsyasar, selanjutnya raja Darius sampai Koresi, Daniel tetap mempunyai prilaku yang baik.
Dalam Daniel 6:29 menjelaskan bahwa kerajaan demi kerajaan, dia tetap menjadi orang penting dalam kerajaan.

Untuk itu janganlah kita menjadi orang yang biasa. Sebab yang biasa itu sering rusak. Tetapi kita adalah ciptaan yang luar biasa, sehingga memiliki kedudukan yang tinggi. Oleh sebab itu berbahagialah bagi kita yang tetap hidup di dalam Tuhan sebab Allah akan mengangkat kita.

Amin.

Dream Is A Battle

"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan”.
(Yoel 2:28)

Mimpi bukan hanya milik orang muda,orang tuapun Tuhan berikan mimpi.
Ketika kita mempunyai mimpi, sesuatu yang besar pasti terjadi dalam hidup kita. “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” (Amsal 29:18). Ketika kita mempunyai impian yang datangnya dari Tuhan, dan didapatkan dalam hadirat Tuhan, kita sedang menuju masa depan yang penuh harapan!

Mari perhatikan 2 hal berikut ini, supaya kita tidak kehilangan mimpi yang Tuhan sudah berikan:

1. Bersabar saat menghadapi keadaan yang sifatnya sementara. Jangan pernah membuat masalah yang sifatnya sementara menjadi masalah yang permanent. Jangan terus tinggal dalam masalah dan kesulitan tetapi mari tetap percaya bahwa keadaan yang sifatnya sementara itu bisa dipulihkan, disembuhkan, dibalikkan menjadi kebaikan dan membawa berkat dalam kehidupan kita.

2. Bersabar saat menghadapi penundaan atas realisasi mimpi kita.
Saat janji Tuhan sepertinya belum digenapi & ada waktu penundaan, mari kita menanti & menunggu apa yang telah dijanjikan Tuhan! Abraham adalah contoh orang yang memegang janji Tuhan, atas kelahiran Ishak, sebagai anak Perjanjian. Abraham akhirnya menerima janji itu; mimpi menjadi nyata! Saat kita menantikan janji Tuhan, mari lakukan apa yang menjadi bagian kita, maka Tuhan akan melakukan bagian-Nya.

“Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”(Habakuk 2:3).

Sanggupkah bersabar sampai mimpi yang Tuhan berikan tergenapi?