Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Friday, November 18, 2011

Tetap Menjadi Rumah Doa



Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun. Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya.Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel, lalu mereka berkata kepada-Nya: Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?
Kata Yesus kepada mereka: Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian? Lalu Ia meninggalkan mereka dan pergi ke luar kota ke Betania dan bermalam di situ.”
(Matius 21:12-17)


Setelah kita membaca ayat bacaan di atas, maka kita akan menemukan adanya suatu tindakan tegas yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang menggunakan bait Allah sebagai tempat berjual beli atau transaksi lainnya. Tuhan Yesus marah bukan berarti Ia benci terhadap mereka, tetapi Ia ingin memperingatkan mereka bahwa “rumah Allah adalah rumah doa” dan bukan dijadikan sebagai sarang penyamun. Dan orang-orang yang berjual beli di dalam Bait Allah sebenarnya tahu bahwa rumah Tuhan atau bait Allah hanya digunakan untuk beribadah dan bukan untuk hal-hal yang lain, sebab rumah Tuhan adalah kudus. Tetapi, oleh karena mereka mendapat keuntungan dari apa yang mereka lakukan, maka mereka tidak mengindahkan lagi mengenai hal kekudusan. Selain itu para imam-imam tidak melarang mereka yang sedang berjualan di bait Allah, tetapi justru mereka mendukung, sebab para imam-imam juga mendapatkan keuntungan dari orang-orang yang berjualan di bait Allah. Oleh karena hal inilah Tuhan Yesus sangat marah.

Kisah ini telah ditulis dalam keempat Injil, dan apabila kita membaca di dalam Injil Yohanes 2:13, maka kita akan mendapatkan jalan cerita ini lebih detail. Dan kisah ini tidak terjadi hanya pada jaman Tuhan Yesus, tetapi jaman sekarangpun hal ini juga masih sedang berlangsung. Berapa banyak orang Kristen masih melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang berjual beli di bait Allah pada jaman Tuhan Yesus. Orang Kristen sudah tidak menghiraukan lagi mengenai aturan dalam rumah Tuhan, sebab yang mereka pikirkan adalah mencari keuntungan secara pribadi.

Memang, selama kita masih ada di dunia ini, kita membutuhkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup atau keluarga. Lagipula Allah tidak melarang kita berusaha untuk mencari nafkah, tetapi kita harus tahu bagaimana kita menempatkan diri. Dan apabila kita memahami akan hal ini maka Allah akan memberkati kita secara berlimpah-limpah, sebab tidak ada sesuatu yang terlalu sulit bagi Allah untuk memberkati kita, asalkan kita menghormati akan bait Allah. Bait Allah tidak berbicara soal bangunan atau gedung, tetapi bait Allah berbicara mengenai kehidupan kita.Karena dalam I Korintus 3:16-17 dikatakan : “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Di dalam ayat ini sudah jelas, bahwa apabila kita membinasakan bait Allah maka Allah akan membinasakan kita. Dalam pengertian bahwa hidup ini tidak hanya mengejar sesuatu yang lahiriah saja, sebab sesuatu yang lahiriah hanya bersifat sementara, tetapi hal-hal yang rohanilah yang akan membawa kita dalam kekekalan. Oleh karena itu janganlah kita kecewa saat Allah memperingatkan kepada kita dengan berbagai macam cambukan; sebab ketika Allah mencambuk kita, sebenarnya Ia menyatakan kasih sayangNya kepada kita. Karena Allah tidak mau melihat kita binasa, dan di dalam Ibrani 12:6-8 juga telah dikatakan bahwa : “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.”

Dan apabila kita marah dan diperingatkan oleh Tuhan, maka tidak ada bedanya dengan orang-orang Yahudi yang menentang Tuhan Yesus, seperti yang terulis dalam Injil Yohanes 2:18 “Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”. Inilah gambaran orang-orang yang tidak mau diperingatkan oleh Tuhan. Oleh karena itu janganlah kita sama seperti orang-orang Yahudi yang menantang Yesus. Sebab ketika kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan juru selamat, maka benih ilahi itu ada didalam diri kita; yang nantinya akan membawa kita pada hidup yang kekal. Dan benih ilahi itu harus tetap kita pelihara agar terus bertumbuh hingga menjadi dewasa, yaitu dengan jalan kita melakukan segala kehendak Tuhan di dalam pimpinan Roh Kudus dan menjahui segala sesuatu yang membangkitkan murka Allah.

Jikalau saat ini bait Allah sudah bebas atau bersih dari pikiran “berjual beli” (dalam pengertian : bahwa segala sesuatu dinilai untung ruginya, khususnya dalam melayani Tuhan), maka kita harus tetap mempertahankan dan jangan berhenti untuk meningkatkannya, sebab apabila kita berhenti maka suatu saat rumah doa ini akan menjadi sarang penyamun yang pada akhirnya mengalami kehancuran. Hal ini terjadi seperti pada jaman Salomo, dimana ketika ia telah membangun bait Allah maka ia diberkati secara luar biasa. Tetapi, justru berkat yang berlimpah itu, kedagingannya mulai muncul karena tidak sanggup menerima berkat yang luar biasa itu. Sehingga pada akhirnya ia menikah dengan ratusan istri dan juga ratusan gundik.

Selain itu perempuan-perempuan yang menjadi istri maupun gundiknya telah membawa berhalanya masing-masing kedalam kerajaannya, sehingga kerajaannya menjadi hancur. Kalau saja pada waktu Salomo mau bertobat, dibersihkan atau disucikan dan tidak takabur dengan keberhasilannya karena ia adalah seorang pemimpin yang penuh hikmat, maka ia tidak mengalami kehancuran. Dimana negaranya menjadi pecah yaitu Yehuda dengan Israel, dan bait Allah juga dihancurkan dan alat-alat yang terdapat didalam bait Allah dirampas dan dibawa kepada Nebukadnesar.

Melalui contoh daripada kisah Salomo, biarlah boleh menjadi pelajaran dalam kehidupan kita agar kita senantiasa memelihara hidup ini untuk tetap menjadi rumah doa atau bait Allah yang kudus.

Amin

No comments:

Post a Comment