Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Monday, June 4, 2012

Tetaplah Bertumbuh di Dalam Tuhan!







Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

“Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”
Matius 13:31-32
Setiap perumpamaan tentang Kerajaan Sorga selalu mengajar kita mengenai bagaimana agar kita dapat masuk dalam kerajaan Allah, baik Kerajaan Allah di bumi, maupun yang akan datang (Matius 6:10,33). Dan masuk ke dalam Kerajaan Allah sepertinya kita kembali ke Taman Eden, dimana kita berada dalam naungan Kerajaan Allah.

Seseorang yang akan masuk dalam Kerajaan Allah, digambarkan dengan adanya suatu benih yang ditanam di tanah yang subur, lalu mulai berakar dan bertunas, kemudian bertumbuh besar dan selanjutnya menghasilkan buah. Penggolongan orang-orang yang akan masuk ke dalam kerajaan Allah akan dilihat dari “pohon”nya. Apabila pohon tersebut bertumbuh semakin lama semakin besar, maka selanjutnya muncul pertanyaan, yaitu : apakah pohon tersebut sudah berada dalam pertumbuhan yang benar ? Karena pada saatnya nanti ada berbagai macam gangguan/tantangan sejalan dengan pertumbuhan pohon tersebut. Selain itu gangguan tersebut tidak hanya ada pada masa pertumbuhan saja, tetapi pada saat panenpun gangguan itu ada, bahkan semakin besar. Hal ini merupakan gambaran kehidupan orang-orang percaya yang sedang mengalami pertumbuhan rohani. Dan saat ini kita akan melihat gangguan/halangan-halangan dari pertumbuhan pohon tersebut, diantaranya :


1. Keadaan “tanah” (Matius 13:3-9). Keadaan tanah sangat menentukan pertumbuhan daripada suatu tanaman. Demikianlah keberadaan hati manusia yang digambarkan sebagai tanah, akan menentukan pertumbuhan daripada kerohanian seseorang. Dan keadaan hati manusia itu beraneka ragam. Adapun keanekaragaman hati manusia itu seperti : “tanah dipinggir jalan.” Tatkala benih itu ditabur maka burung-burung segera datang dan memakannya sampai habis karena keberadaan benih tersebut sungguh terabaikan. Demikianlah hati manusia yang selalu mengabaikan benih (firman Tuhan) yang sedang ditaburkan. Mereka telah sibuk dengan urusannya masing-masing seperti keadaan lalu lintas yang padat.
Oleh karena itu, hindarilah posisi hati yang seperti ini. Selanjutnya, hati manusia itu seperti “tanah yang berbatu-batu.” Ketika benih itu ditaburkan, maka benih itu bertumbuh dengan cepat, tetapi ketika matahari terbit maka layulah benih yang sedang bertumbuh itu dan bahkan menjadi kering. Hal ini terjadi oleh karena benih yang bertumbuh itu tidak berakar. Untuk itu, kita sebagai orang yang percaya biarlah semakin berakar dalam Kristus sebab firman Tuhan menasehatkan kepada kita : “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kolose 2:7).
Dengan berakarnya kita di dalam Dia, maka pada saat pencobaan/halangan datang dalam kehidupan ini, kita sanggup mananggungnya di dalam Dia. Kemudian, hati manusia itu digambarkan seperti “tanah yang penuh dengan semak duri.” Dimana saat benih itu ditaburkan, maka benih itu mulai bertumbuh, tetapi dalam pertumbuhan dari benih itu mendapat himpitan dari semak duri, sehingga benih yang sedang betumbuh itu tidak dapat menghasilkan buah. Begitupula hati manusia yang dipenuhi dengan kekuatiran, mereka tidak akan mengalami pertumbuhan maupun berbuah secara rohani. Dan Firman Tuhan yang terdapat dalam Matius 6:25, berkata : “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
Dari beberapa contoh gambaran daripada keadaan tanah diatas telah menasehatkan kepada kita, supaya hati kita tidak termasuk dalam bilangan keadaan tanah tersebut; karena kesemuanya itu merupakan penghalang daripada pertumbuhan rohani kita, walaupun nilai dari semua benih itu adalah sama baiknya. Tetapi biarlah hati kita menjadi tanah yang subur dan siap untuk ditaburi benih (firman Tuhan). Karena pada saatnya nanti benih itu akan bertumbuh, berakar dan pada akhirnya berbuah, sehingga segala sesuatu yang layak kita terima akan dilimpahkan kepada kita.

2. Adanya“ilalang” (Matius 13:24-30). Biasanya musuh kita (iblis) memakai orang-orang yang tidak mendapat kemurahan Tuhan oleh karena mereka tidak berada dalam kebenaran firman Tuhan; selain itu mereka berada tidak jauh dari tempat dimana kita berada. Orang-orang semacam itu hatinya tidak memiliki keinginan untuk bertobat. Segala yang dikerjakannya selalu menyakiti kita sebagai orang-orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Kristus. Tetapi pada saatnya nanti, Tuhan akan menghakimi orang-orang seperti ini. Kita akan melihat bahwa banyak orang-orang Kristen yang tampaknya baik, tetapi sebenarnya mereka adalah ilalang. Untuk itu, kalau kita mau bertumbuh sampai panen, maka kita harus sabar dalam menanggung segala sesuatu. Sebab Tuhanlah yang akan menghukum mereka, dan itu bukanlah urusan kita karena penghakiman adalah haknya Tuhan.

Memang, sementara keduanya sedang bertumbuh, masih belum ada bedanya antara gandum dan ilalang, tetapi pada saatnya nanti akan dapat diketahui mana yang ilalang dan mana yang gandum yaitu ketika masa panen; dimana saat itu akan terjadi suatu peristiwa seperti kisah yang tertulis dalam Lukas 12:49-53, bahwa akan ada pertentangan-pertentangan. Dan bagi kita yang tahu akan kebenaran harus mengambil sikap yang tenang saat mengahadapi seperti itu. Sebab yang pasti, diantara mereka ada  yang gandum dan ada yang ilalang. Sedangkan kalau keduanya adalah gandum maka tidak akan terjadi pertentangan atau gesekan.
Dari beberapa penjelasan diatas biarlah boleh menggugah kerohanian kita dalam menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Dimana hati kita dituntut untuk menjadi tanah yang subur dan kita tidak masuk bilangan para ilalang tetapi kita masuk dalam bilangan gandum yang sedang menghasilkan buah. Agar pada akhirnya nanti kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus.

Amin.

No comments:

Post a Comment