Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Graha Bethany Nginden
Seperti yang telah kita ketahui bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia melainkan anugerah Allah. Sebenarnya kita harus menerima hukuman kekal tetapi oleh karenakasihNya, maka kita di selamatkan melalui perngorbanan Kristus. Keselamatan itu sendiri di berikan kepada kita ketika kita percaya dan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat; lalu dibaptiskan, yang pada akhirnya terjadilah kelahiran baru. Keselamatan terjadi hanya satu kali saja. Lalu,bagaimana keselamatan ityu terus berlangsung dalam kehidupan kita? perlu ada "maintenance" / pemeliharaan.
Saudara, berapa banyak orang yang mengaku dirinya percaya kepada Yesus, tetapi memandang rendah nilai pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib. mereka tidak memelihara ataupun peduli lagi terhadap keselamatan yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Hal ini terbukti dari gaya hidupnya yang tidak mencerminkan sebagai anak Tuhan atau orang yang telah dipindahkan dari kegelapan menuju terang. Jadi sesungguhnya mereka tidak mengerti arti dari pada keselamatan. Oles sebab itu marilah kita belajar bagaimana seharusnya kita memelihara keselamatan yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
1. Menghormati Roh Kudus
Firman Tuhan berkata : ”Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu !” (I Korintus 6:20). Dan sejak kita dibeli Tuhan dengan darahNya yang mahal yaitu melalui pengorbananNya di atas kayu salib, maka hidup kita bukan milik kita sendiri tetapi milik Allah; dan Allah menempatkan RohNya dalam hidup kita sehingga tubuh kita menjadi bait Roh Kudus. Untuk itu kita harus menghormati keberadaan Roh Kudus yang tinggal dalam kehidupan kita, dan sebagai landasannya adalah I Korintus 3:16-17. Selain itu kita dipanggil bukan untuk melakukan yang cemar, seperti yang tertulis dalam I Tesalonika 4:7 ”Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”
Wujud daripada sikap hormat kita terhadap Roh Kudus, yaitu jikalau kita melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan; dan semuanya itu tidak lepas dari pimpinan Roh Kudus. Dan orang yang hidup dalam Roh tidak akan menuruti keinginan daging, karena ia tahu bahwa hidup menuruti keinginan daging itu sama dengan membangun perseteruan dengan Allah. Mungkin timbul pertanyaan : ”keinginan daging itu seperti apa ?” firman Tuhan berkata : ”Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Galatia 5: 19-21). Dari segala macam bentuk perbuatan yang tertulis dalam ayat tersebut bukankah sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari ? baik melalui media elektronik maupun media cetak, bahkan kita temui disekeliling dimana kita tinggal.
Lalu, apakah dampaknya apabila kita menghormati dan hidup di dalam Roh Kudus ? Kita akan menemukan kemurahan Allah yang luar biasa, dan hal ini dapat kita lihat dalam 2 Samuel 6:6-19 yaitu kisah tentang Obed Edom. Gambaran Roh Kudus pada waktu itu adalah Tabut Perjanjian. Saat itu Tabut Perjanjian sempat di taruh di rumah Obed Edom selama tiga bulan, dan selama Tabut itu di rumah Obed Edom, ia begitu menghormatinya sehingga selama tiga bulan itu pula Obed Edom dan seisi rumahnya diberkati Tuhan. Demikian pula apabila Roh Kudus tinggal dalam hidup kita atau manunggal dengan kita, maka untuk jangka waktu yang tidak lama kita akan dipulihkan, disembuhkan dan diberkati Tuhan. Waktu Daud memikul Tabut Perjanjian ke Kota Daud, maka kota Daud diberkati Tuhan secara luar biasa.
Mengapa kita harus berdoa? Pada waktu kita berdoa, pasti ada muatan kasih. Hukum yang pertama dalam Matius 12:30-32 menyangkut roh, jiwa dan tubuh. Kerbersamaan mencari Tuhan ini sangat penting. Tubuh – longing God, Jiwa – thirsty God, Roh - I seek. Tidak bisa tubuhnya saja beribadah, atau jiwa saja, tetapi harus dengan Roh. Kalau kita baca Roma 7:16-26, kita mendapatkan bahwa roh, jiwa dan tubuh tidak dapat bersama-sama mencari Tuhan. Rohnya mencari Tuhan, tubuhnya membawa kepada dosa, bahkan jiwanya kadang muncul dengki, iri hati dan pengertian-pengertian lain. Akhirnya timbul kekacauan yang membuat “pemeliharaan itu” terhambat. Dalam keadaan dengki doa kita tidak mungkin dijawab Tuhan.
2. Tetap Melekat Pada Tuhan
Mazmur 63:1-3 berkata, “. . . Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.” Inilah merupakah ungkapan daripada hati Daud yang sangat merindukan Tuhan. Karena dia tahu bahwa dalam hadirat Tuhan, dia telah mendapatkan segalanya. Dan dari beberapa Mazmur yang telah ditulis oleh Daud telah mengungkapan kerinduannya untuk senantiasa tinggal atau melekat pada Tuhan. Sehingga pada Mazmur 91:14 tertera ungkapan hati Tuhan yang menyatakan : ”Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.”
Suatu ketika Daud mengalami persoalan yang begitu berat, maka dia pergi ke padang gurun, dan dia berdoa dan berpuasa untuk mencari Tuhan dengan batinnya, jiwanya bahkan tubuhnya juga rindu akan Tuhan. Dia ingat akan nenek moyangnya pada waktu keluar dari Mesir, Tuhan sanggup memelihara mereka. Mazmur 34:19 berkata, “TUHAN itu dekat (bersama) kepada orang-orang yang patah hati (brokeness), dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Dalam dunia ini banyak tindasan, untuk itu carilah Tuhan dengan jiwa yang hancur ( Mazmur 34:7-11).
3. Tetap Menghasilkan Buah
Dalam hal menghasilkan buah sangat berkaitan dengan bagian kedua yang tetap melekat pada Tuhan, sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa, seperti yang tertulis dalam Yohanes 15:5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Dan dalam Mazmur 1:3 juga dikatakan : “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Dan sebagai aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah kita menjadi berkat bagi orang lain, namun semuanya itu kita kerjakan bukan dalam kondisi tertentu tetapi terus menerus, sebab firman Tuhan menasehatkan : ”Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9).
Amin
TUHAN menambahi kita seribu kali lagi dari jumlah sekarang & memberkati seperti yang dijanjikan-Nya
Kebangkitan Besar
Sunday, May 29, 2011
Hidup Sukses di Tengah Kesukaran
Pdt Agus Gunawan
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
(Daniel 1:8)
Dunia yang kita tinggali saat ini sudah dipenuhi dengan orang-orang yang tidak lagi mengakui dan takut akan Tuhan. Kehidupan yang kita hadapi juga semakin sulit. Akan tetapi jika kita ingin sukses ditengah kesulitan dan kesukaran, kita harus takut akan Tuhan. Ada empat contoh yang dapat kita pelajari dari kehidupan Daniel:
1. Daniel memilih karakter di atas kenikmatan hidup
Saat ini kita hidup di dunia yang mengutamakan kenikmatan makanan, pakaian yang indah, uang dan kemewahan. Akan tetapi jika kita ingin berhasil kita harus mengutamakan karakter kita, yaitu karakter yang berpatokan kepada Tuhan. Daniel tidak meminta agar kesulitan dan masalah dipindahkan dari hadapannya. Tuhan lebih ingin merubah karakter kita daripada keadaan kita. Ada kesulitan yang Tuhan ijinkan untuk terjadi dalam hidup kita agar karakter kita menjadi lebih baik.
2. Daniel memiliki karakter iman, bukan ketakutan
Karakter ketakutan bukan dari Tuhan. Persoalan yang terlalu cepat selesai bukan persoalan yang sebenarnya. Apa yang kita pergumulkan bertahun-tahun itulah persoalan yang sesungguhnya. Dan melalui pergumulan ini Tuhan ingin agar kita memiliki karakter iman, yaitu karakter yang bergantung sepenuhnya kepada Dia.
3. Daniel memiliki karakter kasih, bukan kepahitan
Daniel tidak membenci orang-orang yang menjelekkan dia. Begitu juga dengan Yusuf yang mengasihi dan mengampuni saudara-saudara yang menjualnya. Musa juga mengasihi dan mengampuni orang-orang Israel, meskipun mereka yang menyebabkan dia harus lari dari Mesir.
4. Daniel memilih cinta kepada Tuhan, bukan hidupnya
Daniel mengetahui dengan pasti bahwa peraturan raja tidak bisa diubah dan jika ia terus berdoa kepada Tuhan ia akan jadi santapan singa. Tetapi ia tetap melakukan doanya seperti biasa. Ia lebih memilih cintanya kepada Tuhan daripada hidupnya sendiri.
Kita harus sadar bahwa Tuhan mengasihi kita dan Ia ingin kita memiliki karakter yang baik. Sebagai anaknya kita akan selalu menerima berkat-Nya. Amin.
Tuhan Yesus memberkati
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
(Daniel 1:8)
Dunia yang kita tinggali saat ini sudah dipenuhi dengan orang-orang yang tidak lagi mengakui dan takut akan Tuhan. Kehidupan yang kita hadapi juga semakin sulit. Akan tetapi jika kita ingin sukses ditengah kesulitan dan kesukaran, kita harus takut akan Tuhan. Ada empat contoh yang dapat kita pelajari dari kehidupan Daniel:
1. Daniel memilih karakter di atas kenikmatan hidup
Saat ini kita hidup di dunia yang mengutamakan kenikmatan makanan, pakaian yang indah, uang dan kemewahan. Akan tetapi jika kita ingin berhasil kita harus mengutamakan karakter kita, yaitu karakter yang berpatokan kepada Tuhan. Daniel tidak meminta agar kesulitan dan masalah dipindahkan dari hadapannya. Tuhan lebih ingin merubah karakter kita daripada keadaan kita. Ada kesulitan yang Tuhan ijinkan untuk terjadi dalam hidup kita agar karakter kita menjadi lebih baik.
2. Daniel memiliki karakter iman, bukan ketakutan
Karakter ketakutan bukan dari Tuhan. Persoalan yang terlalu cepat selesai bukan persoalan yang sebenarnya. Apa yang kita pergumulkan bertahun-tahun itulah persoalan yang sesungguhnya. Dan melalui pergumulan ini Tuhan ingin agar kita memiliki karakter iman, yaitu karakter yang bergantung sepenuhnya kepada Dia.
3. Daniel memiliki karakter kasih, bukan kepahitan
Daniel tidak membenci orang-orang yang menjelekkan dia. Begitu juga dengan Yusuf yang mengasihi dan mengampuni saudara-saudara yang menjualnya. Musa juga mengasihi dan mengampuni orang-orang Israel, meskipun mereka yang menyebabkan dia harus lari dari Mesir.
4. Daniel memilih cinta kepada Tuhan, bukan hidupnya
Daniel mengetahui dengan pasti bahwa peraturan raja tidak bisa diubah dan jika ia terus berdoa kepada Tuhan ia akan jadi santapan singa. Tetapi ia tetap melakukan doanya seperti biasa. Ia lebih memilih cintanya kepada Tuhan daripada hidupnya sendiri.
Kita harus sadar bahwa Tuhan mengasihi kita dan Ia ingin kita memiliki karakter yang baik. Sebagai anaknya kita akan selalu menerima berkat-Nya. Amin.
Tuhan Yesus memberkati
Hukum Berkat
“Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait TUHAN dan memuliakan TUHAN”.
( Lukas 24 : 50 – 53 )
Hal terakhir yang Tuhan perbuat ialah memberkati murid-murid-Nya. Sama seperti hal pertama yang Tuhan perbuat setelah menciptakan Adam & Hawa, Alkitab berkata: “Tuhan memberkati mereka”.
Untuk menerima jatah berkat-Nya, berlaku ‘Hukum Berkat’. Di 2 Raja 13:14-18,Yoas Raja Israel harus menghadapi bangsa Aram, maka ia datang pada Elisa untuk minta petunjuk. Singkat cerita, Elisa memberi tahu Yoas: "Ambillah anak-anak panah itu!" Elisa berkata: "Pukulkanlah itu ke tanah!" Lalu Yoas memukulkannya tiga kali, kemudian ia berhenti. Yoas melakukannya, tapi dia tidak bertanya berapa kali panah itu harus dipukulkan ke tanah. Lalu, Elisa menjadi gusar & berkata: "Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali! Dengan berbuat demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap”. Elisa menjelaskan apa yang seharusnya Yoas lakukan untuk mendapatkan jatahnya secara sempurna. Inilah bagian dimana respon kita diperhitungkan oleh Tuhan.
Yang dihitung bukanlah kebenaran kita sendiri. Tetapi apakah respon kita ini sejalan dengan hati-Nya, itulah yang Tuhan perhitungkan. Saat Tuhan terangkat ke Surga, Dia sudah memberkati kita. Tuhan sudah lakukan bagian-Nya, maka kita harus juga melakukan bagian kita dengan cara meresponi melalui iman & hati yang seirama dengan hati-Nya .
Melalui kematian & kebangkitan-Nya, kita tahu kerinduan hati Tuhan adalah melihat jiwa-jiwa diselamatkan. Jika berkat yang Tuhan berikan, dipakai supaya jiwa-jiwa diselamatkan, sesuai dengan kerinduan hati-Nya. Pastilah Tuhan memberkati kita, sebab itu adalah kerinduan-Nya yang paling dalam atas hidup kita, memberkati kita dengan sempurna.
( Lukas 24 : 50 – 53 )
Hal terakhir yang Tuhan perbuat ialah memberkati murid-murid-Nya. Sama seperti hal pertama yang Tuhan perbuat setelah menciptakan Adam & Hawa, Alkitab berkata: “Tuhan memberkati mereka”.
Untuk menerima jatah berkat-Nya, berlaku ‘Hukum Berkat’. Di 2 Raja 13:14-18,Yoas Raja Israel harus menghadapi bangsa Aram, maka ia datang pada Elisa untuk minta petunjuk. Singkat cerita, Elisa memberi tahu Yoas: "Ambillah anak-anak panah itu!" Elisa berkata: "Pukulkanlah itu ke tanah!" Lalu Yoas memukulkannya tiga kali, kemudian ia berhenti. Yoas melakukannya, tapi dia tidak bertanya berapa kali panah itu harus dipukulkan ke tanah. Lalu, Elisa menjadi gusar & berkata: "Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali! Dengan berbuat demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap”. Elisa menjelaskan apa yang seharusnya Yoas lakukan untuk mendapatkan jatahnya secara sempurna. Inilah bagian dimana respon kita diperhitungkan oleh Tuhan.
Yang dihitung bukanlah kebenaran kita sendiri. Tetapi apakah respon kita ini sejalan dengan hati-Nya, itulah yang Tuhan perhitungkan. Saat Tuhan terangkat ke Surga, Dia sudah memberkati kita. Tuhan sudah lakukan bagian-Nya, maka kita harus juga melakukan bagian kita dengan cara meresponi melalui iman & hati yang seirama dengan hati-Nya .
Melalui kematian & kebangkitan-Nya, kita tahu kerinduan hati Tuhan adalah melihat jiwa-jiwa diselamatkan. Jika berkat yang Tuhan berikan, dipakai supaya jiwa-jiwa diselamatkan, sesuai dengan kerinduan hati-Nya. Pastilah Tuhan memberkati kita, sebab itu adalah kerinduan-Nya yang paling dalam atas hidup kita, memberkati kita dengan sempurna.
Iman Seorang Ibu
Pdt Agus Gunawan
Pada hari ibu ini mari kita melihat beberapa tokok wanita yang di catat Alkitab yang dapat kita jadikan panutan dalam kehidupan kita sehari-hari:
1. Yokebet (Keluaran 6:20 & Bilangan 26:59)
Dituliskan di dalam Alkitab bahwa Yokebet adalah istri dari Amran dan ibu dari Harun, Miriam dan Musa. Dia hidup dalam jaman perbudakan di Mesir. Firaun baru muncul dan takut akan jumlah bangsa Israel yang semakin banyak, ia menerapkan berbagai macam aturan dan cara untuk menekan bangsa Israel. Salah satunya adalah dengan memerintahkan semua bidan untuk membunuh bayi-bayi yang baru lahir. Yokebet tidak takut dan menyembunyikan Musa selama tiga bulan. Ia kemudian menaruh Musa di sungai dan ditemukan oleh putri Firaun yang mengambil anak. Putri Firaun kemudian meminta Yokebet untuk merawat Musa dan memberi dia uang. Musa dididik selama kurang lebih enam tahun sebelum ia tinggal di istana Firaun. Kita lihat bahwa iman Yokebet tidak saja menyelamatkan keluarganya, tetapi juga mendatangkan berkat.
Iman seorang ibu menentukan masa depan keluarganya. Selama enam tahun Yokebet mendidik, mengajar dan mendoakan Musa agar ia tahu bahwa Tuhan yang harus ia patuhi dan kasihi adalah Tuhan di atas segala tuhan. Doa Yokebet terus menyertai Musa, sehingga biarpun ia menerima pendidikan terbaik di Mesir ia tetap cinta dan takut akan Tuhan.
2. Eunike (2 Timotius 1:5)
Iman seorang ibu berpengaruh kepada anak-anaknya. Pemberian terbaik seorang ibu adalah iman yang ia miliki dan ajarkan kepada anak-anaknya. Iman Eunike membentuk dan menentukan iman Timotius.
3. Sarah
Iman seorang ibu mengandung dan melahirkan kekuatan dan kuasa yang ajaib. Karena iman Sarah melahirkan anak perjanjian, Ishak
Pada hari ibu ini mari kita melihat beberapa tokok wanita yang di catat Alkitab yang dapat kita jadikan panutan dalam kehidupan kita sehari-hari:
1. Yokebet (Keluaran 6:20 & Bilangan 26:59)
Dituliskan di dalam Alkitab bahwa Yokebet adalah istri dari Amran dan ibu dari Harun, Miriam dan Musa. Dia hidup dalam jaman perbudakan di Mesir. Firaun baru muncul dan takut akan jumlah bangsa Israel yang semakin banyak, ia menerapkan berbagai macam aturan dan cara untuk menekan bangsa Israel. Salah satunya adalah dengan memerintahkan semua bidan untuk membunuh bayi-bayi yang baru lahir. Yokebet tidak takut dan menyembunyikan Musa selama tiga bulan. Ia kemudian menaruh Musa di sungai dan ditemukan oleh putri Firaun yang mengambil anak. Putri Firaun kemudian meminta Yokebet untuk merawat Musa dan memberi dia uang. Musa dididik selama kurang lebih enam tahun sebelum ia tinggal di istana Firaun. Kita lihat bahwa iman Yokebet tidak saja menyelamatkan keluarganya, tetapi juga mendatangkan berkat.
Iman seorang ibu menentukan masa depan keluarganya. Selama enam tahun Yokebet mendidik, mengajar dan mendoakan Musa agar ia tahu bahwa Tuhan yang harus ia patuhi dan kasihi adalah Tuhan di atas segala tuhan. Doa Yokebet terus menyertai Musa, sehingga biarpun ia menerima pendidikan terbaik di Mesir ia tetap cinta dan takut akan Tuhan.
2. Eunike (2 Timotius 1:5)
Iman seorang ibu berpengaruh kepada anak-anaknya. Pemberian terbaik seorang ibu adalah iman yang ia miliki dan ajarkan kepada anak-anaknya. Iman Eunike membentuk dan menentukan iman Timotius.
3. Sarah
Iman seorang ibu mengandung dan melahirkan kekuatan dan kuasa yang ajaib. Karena iman Sarah melahirkan anak perjanjian, Ishak
Monday, May 23, 2011
Pengampunan
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
(Matius 6:14-15)
Dalam doa yg diajarkan Tuhan Yesus di Matius 6, cuma ada 1 penjelasan yaitu tentang mengampuni. Artinya pengampunan adalah hal yg sangat penting utk kita bisa mendapatkan semua jawaban doa kita.
Ada 3 alasan mengapa kita harus mengampuni:
1. Yang membutuhkan pengampunan adalah saya & saudara (Mat 18:21-35). Sering kita sukar mengampuni orang lain, karena kita “LUPA” betapa besar dosa & kesalahan kita yg sudah diampuni oleh Tuhan.
2. Pengampunan dapat menanggalkan beban, seperti sakit hati, kebencian,kesedihan (Ibr 12:1). Tuhan tidak mengingat dosa & kesalahan yg telah diampuni-Nya (Yes 43:25). Jadi mari mengampuni orang lain, seperti Tuhan telah mengampuni dosa kita yg jauh lebih besar. Tanggalkan beban dengan mengampuni orang lain, maka kita bisa menjalankan perintah Tuhan utk berlomba mencapai tujuan.
3. Pengampunan adalah syarat untuk menerima mujizat & jawaban doa (Mat 9:1-8). Tujuan orang lumpuh & temannya datang ke Yesus, untuk menerima kesembuhan bukan pengampunan. Tetapi mengapa Yesus berkata “Dosamu sudah di ampuni”? Ternyata dosa yg diampuni adalah langkah awal yg harus dipenuhi dari proses penyembuhannya. Untuk bisa menerima kesembuhan dosanya harus diampuni terlebih dahulu.
Untuk mendapatkan apa yg kita minta & doakan, haruslah dosa kita diampuni terlebih dahulu, untuk itu haruslah kita mengampuni orang lain.
Mau mendapat jawaban doa? Marilah kita saling mengampuni!
(Matius 6:14-15)
Dalam doa yg diajarkan Tuhan Yesus di Matius 6, cuma ada 1 penjelasan yaitu tentang mengampuni. Artinya pengampunan adalah hal yg sangat penting utk kita bisa mendapatkan semua jawaban doa kita.
Ada 3 alasan mengapa kita harus mengampuni:
1. Yang membutuhkan pengampunan adalah saya & saudara (Mat 18:21-35). Sering kita sukar mengampuni orang lain, karena kita “LUPA” betapa besar dosa & kesalahan kita yg sudah diampuni oleh Tuhan.
2. Pengampunan dapat menanggalkan beban, seperti sakit hati, kebencian,kesedihan (Ibr 12:1). Tuhan tidak mengingat dosa & kesalahan yg telah diampuni-Nya (Yes 43:25). Jadi mari mengampuni orang lain, seperti Tuhan telah mengampuni dosa kita yg jauh lebih besar. Tanggalkan beban dengan mengampuni orang lain, maka kita bisa menjalankan perintah Tuhan utk berlomba mencapai tujuan.
3. Pengampunan adalah syarat untuk menerima mujizat & jawaban doa (Mat 9:1-8). Tujuan orang lumpuh & temannya datang ke Yesus, untuk menerima kesembuhan bukan pengampunan. Tetapi mengapa Yesus berkata “Dosamu sudah di ampuni”? Ternyata dosa yg diampuni adalah langkah awal yg harus dipenuhi dari proses penyembuhannya. Untuk bisa menerima kesembuhan dosanya harus diampuni terlebih dahulu.
Untuk mendapatkan apa yg kita minta & doakan, haruslah dosa kita diampuni terlebih dahulu, untuk itu haruslah kita mengampuni orang lain.
Mau mendapat jawaban doa? Marilah kita saling mengampuni!
Sunday, May 22, 2011
Perjumpaan Dengan Tuhan
Tetapi Thomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Thomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
(Yohanes 20:24-26)
8 hari kemudian murid-murid berada di rumah itu & Thomas bersama-dengan mereka. Sementara pintu terkunci, Yesus dating & berdiri di tengah mereka, berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Maksud Tuhan menjumpai Thomas berbeda dengan maksud Tuhan menjumpai Petrus.
Mari kita renungkan, apa sebenarnya maksud Tuhan menjumpai kita?
1. Memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada kita (Yoh. 20:25-27). Thomas yang tadinya tidak percaya, berubah. Waktu kita sedang menikmati hadirat Tuhan,saat itulah kita sedang berjumpa dengan-Nya. Saat Tuhan hadir Ia pasti akan memberikan sesuatu yang kita perlukan. Kuncinya, tetap percaya meski tidak melihat langsung. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh.20:29).
2. Tuhan ingin kita kembali kepada tujuan semula, sesuai kehendak-Nya (Yoh.20:1-3). Waktu Yesus mati Pertus tidak memiliki pengharapan. Petrus & murid yang lain kembali ke pekerjaan semula. Karena itu ketika Tuhan menjumpai Petrus,pengharapan yang selama ini hilang kembali ia dapatkan, Tuhan menjawab apa yang dibutuhkannya.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Mari terlibat memperluas Kerajaan Tuhan dan alami: pemeliharan, perlindungan & penyediaan-Nya yang sempurna.
(Yohanes 20:24-26)
8 hari kemudian murid-murid berada di rumah itu & Thomas bersama-dengan mereka. Sementara pintu terkunci, Yesus dating & berdiri di tengah mereka, berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Maksud Tuhan menjumpai Thomas berbeda dengan maksud Tuhan menjumpai Petrus.
Mari kita renungkan, apa sebenarnya maksud Tuhan menjumpai kita?
1. Memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada kita (Yoh. 20:25-27). Thomas yang tadinya tidak percaya, berubah. Waktu kita sedang menikmati hadirat Tuhan,saat itulah kita sedang berjumpa dengan-Nya. Saat Tuhan hadir Ia pasti akan memberikan sesuatu yang kita perlukan. Kuncinya, tetap percaya meski tidak melihat langsung. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh.20:29).
2. Tuhan ingin kita kembali kepada tujuan semula, sesuai kehendak-Nya (Yoh.20:1-3). Waktu Yesus mati Pertus tidak memiliki pengharapan. Petrus & murid yang lain kembali ke pekerjaan semula. Karena itu ketika Tuhan menjumpai Petrus,pengharapan yang selama ini hilang kembali ia dapatkan, Tuhan menjawab apa yang dibutuhkannya.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Mari terlibat memperluas Kerajaan Tuhan dan alami: pemeliharan, perlindungan & penyediaan-Nya yang sempurna.
Pergunakanlah Kesempatan Yang Ada
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Graha Bethany Nginden
“Sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.”
(1 Korintus 16:9)
Sebuah kesempatan tidak akan terjadi untuk kedua kalinya, walaupun ada kesempatan yang lain. Namun untuk kesempatan yang sama tidak akan terulang kembali. Dan setiap orang pasti mendapatkan kesempatan dalam hidupnya untuk melakukan perkara-perkara yang berarti, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, namun yang terutama adalah untuk Tuhan. Sebab setiap manusia yang lahir dalam dunia ini bukan secara kebetulan, tetapi oleh karena rencana dan kehendak Tuhan yang luar biasa.
Salah satu contoh tokoh Alkitab yang mendapat kesempatan dari Tuhan untuk melakukan perkara yang besar dan penting adalah Paulus. Pada mulanya Paulus adalah orang yang seharusnya mendapat murka Allah, karena dia telah menganiaya umat Tuhan. Namun oleh karena kasih Allah, maka Paulus mendapat kesempatan dari Allah untuk bertobat dan masuk dalam rencana Allah yang besar. Lalu, bagaimanakah respon Paulus terhadap kesempatan yang ia terima dari Tuhan ? Paulus meresponi dengan sungguh-sungguh, karena ia menganggap bahwa kesempatan ini merupakan sesuatu yang sangat berharga. Bahkan ia sempat berkata : “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:7-8). Dari pernyataan Paulus ini menunjukkan bahwa ia merasa sangat beruntung, karena mendapat kesempatan untuk dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan raja, dan ia menganggap bahwa hal ini merupakan segala-galanya bagi dia. Lalu, bagaimanakah dengan kita ? apkah kita juga meresponi dengan sungguh-sungguh atas kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita, atau sebaliknya ?
Saudara, kalau kita perhatikan berapa banyak orang Kristen kurang antusias terhadap kesempatan yang Tuhan berikan untuk melakukan perkara yang besar dan penting, bahkan justru banyak yang merasa bahwa diri mereka tidak berharga atau bahkan mereka mensia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan hanya untuk mengejar kesenangan duniawi. Hal ini terjadi karena didasari latar belakang mereka yang menganggap bahwa kesempatan yang Tuhan tidak menguntungkan (secara materi). Apabila seseorang sudah merasakan hal yang demikian, berarti orang tersebut tidak menghargai kesempatan yang telah diberikan oleh Allah untuk melakukan perkara yang besar bersama Dia. Memang, setiap orang tidak lepas dari permasalahan, baik itu orang beriman maupun orang orang yang tidak beriman. Lagipula firman Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa hidup kita akan mulus senantiasa, tetapi firman Tuhan berjanji bahwa setiap orang yang bergantung kepada Tuhan akan mendapatkan kekuatan, sehingga mereka sanggup menyelesaikan persoalan yang ada.
Kalau kita melihat sejarah daripada Yehezkiel, maka kita akan mendapatkan suatu pelajaran yang berharga dalam hidupnya yaitu ketika dia berada dalam keadaan terbuang. Banyak hal yang menekan pribadi Yehezkiel yang masih muda. Seolah-olah seperti awan tebal yang terbuat dari tembaga dan tidak dapat ditembus, dan seolah-olah tidak ada kesempatan untuk melakukan sesuatu, yaitu kemerdekaan bagi bangsa Israel. Tetapi puji Tuhan, Yehezkiel memiliki suatu pengalaman dengan Tuhan, sehingga ia bisa menembus tantangan itu. Setiap kesempatan demi demi kesempatan yang telah Tuhan berikan tidak ia sia-siakan, melainkan ia pergunakan dengan sebaik-baiknya tanpa melewatkan satu kesempatan.
Saudara, ada beberapa hal yang membuat Yehezkiel berhasil dalam melakukan pekerjaan yang besar dan penting. Dan keberhasilan itu telah didasari oleh suatu respon yang sungguh-sungguh terhadap kesempatan yang Tuhan berikan. Dan beberapa hal yang dimaksud adalah :
1. Visi.
Yehezkiel memiliki visi yang kuat untuk membebaskan bangsanya. Memang, terkadang keadaan secara fisik bisa menghalangi orang untuk mencapai visi, tetapi Efesus 1:13-14 berkata, “Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Yang berarti Roh Kudus memberikan jaminan kepada kita untuk mencapai visi tersebut. Oleh karena itu jangan sampai kita memadamkan, mendukakan atau bahkan menghujat Roh Kudus.
2. Mendengar Firman Tuhan.
“Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau." (Yehezkiel 2:1) Artinya, Yehezkhiel telah siap mendengar perintah Tuhan. Apabila seseorang sudah mendapat visi, maka Tuhan tidak memberikan mimpi saja, tetapi Dia juga memberi Firman. Dan perlu kita ingat, bahwa langkah-langkah kita bukan lagi langkah keinginan manusia manusia, tetapi langkah yang dikehendaki/ditentukan oleh Tuhan (1 Korintus 2:9-11). Memang, perintah Tuhan terkadang tidak mungkin dapat untuk dilakukan dengan kekuatan manusia, tetapi bagi orang yang memiliki Roh Kudus pasti mengerti pikiran Allah. Selanjutnya, dia akan mendapat hikmat dari Tuhan untuk sanggup melakukan perintahNya.
3. Melakukan perintah Tuhan tepat pada sasarannya.
Yehezkhiel 2:3 berbunyi, “Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.” Terkadang kita diperintahkan kepada sesuatu yang bertentangan dengan diri kita, tetapi justru itulah yang tepat pada sasarannya. Hal semacam inilah terkadang membuat manusia enggan atau tidak mau meresponi akan kesempatan yang Tuhan berikan walaupun kesempatan tersebut berujung pada suatu keberhasilan.
4. Terus Melangkah (Yehezkiel 2:6-7).
Kalau kita masuk dalam suatu sasaran, kita seringkali patah semangat karena melihat kondisi dan situasi sekeliling kita, tetapi biarlah kita tetap memegang janji Tuhan, serta tetap percaya bahwa dengan kemampuan yang Tuhan berikan, kita akan terus melangkah untuk melakukan kehendakNya walaupun berada di tengah-tengah onak dan duri, sebab Tuhan memberikan kuasa untuk mengalahkannya.
Melalui penjelasan diatas, biarlah kita menjadi lebih bijaksana dalam mempergunakan waktu yang ada, sebab kesempatan tidak bisa diulang kembali. Dan apabila kita benar-benar mempergunakan kesempatan yang Tuhan berikan, maka kita tidak akan mengalami kekecewaan melainkan kita akan memperoleh kebahagiaan.
Amin.
Graha Bethany Nginden
“Sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.”
(1 Korintus 16:9)
Sebuah kesempatan tidak akan terjadi untuk kedua kalinya, walaupun ada kesempatan yang lain. Namun untuk kesempatan yang sama tidak akan terulang kembali. Dan setiap orang pasti mendapatkan kesempatan dalam hidupnya untuk melakukan perkara-perkara yang berarti, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, namun yang terutama adalah untuk Tuhan. Sebab setiap manusia yang lahir dalam dunia ini bukan secara kebetulan, tetapi oleh karena rencana dan kehendak Tuhan yang luar biasa.
Salah satu contoh tokoh Alkitab yang mendapat kesempatan dari Tuhan untuk melakukan perkara yang besar dan penting adalah Paulus. Pada mulanya Paulus adalah orang yang seharusnya mendapat murka Allah, karena dia telah menganiaya umat Tuhan. Namun oleh karena kasih Allah, maka Paulus mendapat kesempatan dari Allah untuk bertobat dan masuk dalam rencana Allah yang besar. Lalu, bagaimanakah respon Paulus terhadap kesempatan yang ia terima dari Tuhan ? Paulus meresponi dengan sungguh-sungguh, karena ia menganggap bahwa kesempatan ini merupakan sesuatu yang sangat berharga. Bahkan ia sempat berkata : “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:7-8). Dari pernyataan Paulus ini menunjukkan bahwa ia merasa sangat beruntung, karena mendapat kesempatan untuk dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan raja, dan ia menganggap bahwa hal ini merupakan segala-galanya bagi dia. Lalu, bagaimanakah dengan kita ? apkah kita juga meresponi dengan sungguh-sungguh atas kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita, atau sebaliknya ?
Saudara, kalau kita perhatikan berapa banyak orang Kristen kurang antusias terhadap kesempatan yang Tuhan berikan untuk melakukan perkara yang besar dan penting, bahkan justru banyak yang merasa bahwa diri mereka tidak berharga atau bahkan mereka mensia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan hanya untuk mengejar kesenangan duniawi. Hal ini terjadi karena didasari latar belakang mereka yang menganggap bahwa kesempatan yang Tuhan tidak menguntungkan (secara materi). Apabila seseorang sudah merasakan hal yang demikian, berarti orang tersebut tidak menghargai kesempatan yang telah diberikan oleh Allah untuk melakukan perkara yang besar bersama Dia. Memang, setiap orang tidak lepas dari permasalahan, baik itu orang beriman maupun orang orang yang tidak beriman. Lagipula firman Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa hidup kita akan mulus senantiasa, tetapi firman Tuhan berjanji bahwa setiap orang yang bergantung kepada Tuhan akan mendapatkan kekuatan, sehingga mereka sanggup menyelesaikan persoalan yang ada.
Kalau kita melihat sejarah daripada Yehezkiel, maka kita akan mendapatkan suatu pelajaran yang berharga dalam hidupnya yaitu ketika dia berada dalam keadaan terbuang. Banyak hal yang menekan pribadi Yehezkiel yang masih muda. Seolah-olah seperti awan tebal yang terbuat dari tembaga dan tidak dapat ditembus, dan seolah-olah tidak ada kesempatan untuk melakukan sesuatu, yaitu kemerdekaan bagi bangsa Israel. Tetapi puji Tuhan, Yehezkiel memiliki suatu pengalaman dengan Tuhan, sehingga ia bisa menembus tantangan itu. Setiap kesempatan demi demi kesempatan yang telah Tuhan berikan tidak ia sia-siakan, melainkan ia pergunakan dengan sebaik-baiknya tanpa melewatkan satu kesempatan.
Saudara, ada beberapa hal yang membuat Yehezkiel berhasil dalam melakukan pekerjaan yang besar dan penting. Dan keberhasilan itu telah didasari oleh suatu respon yang sungguh-sungguh terhadap kesempatan yang Tuhan berikan. Dan beberapa hal yang dimaksud adalah :
1. Visi.
Yehezkiel memiliki visi yang kuat untuk membebaskan bangsanya. Memang, terkadang keadaan secara fisik bisa menghalangi orang untuk mencapai visi, tetapi Efesus 1:13-14 berkata, “Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Yang berarti Roh Kudus memberikan jaminan kepada kita untuk mencapai visi tersebut. Oleh karena itu jangan sampai kita memadamkan, mendukakan atau bahkan menghujat Roh Kudus.
2. Mendengar Firman Tuhan.
“Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau." (Yehezkiel 2:1) Artinya, Yehezkhiel telah siap mendengar perintah Tuhan. Apabila seseorang sudah mendapat visi, maka Tuhan tidak memberikan mimpi saja, tetapi Dia juga memberi Firman. Dan perlu kita ingat, bahwa langkah-langkah kita bukan lagi langkah keinginan manusia manusia, tetapi langkah yang dikehendaki/ditentukan oleh Tuhan (1 Korintus 2:9-11). Memang, perintah Tuhan terkadang tidak mungkin dapat untuk dilakukan dengan kekuatan manusia, tetapi bagi orang yang memiliki Roh Kudus pasti mengerti pikiran Allah. Selanjutnya, dia akan mendapat hikmat dari Tuhan untuk sanggup melakukan perintahNya.
3. Melakukan perintah Tuhan tepat pada sasarannya.
Yehezkhiel 2:3 berbunyi, “Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.” Terkadang kita diperintahkan kepada sesuatu yang bertentangan dengan diri kita, tetapi justru itulah yang tepat pada sasarannya. Hal semacam inilah terkadang membuat manusia enggan atau tidak mau meresponi akan kesempatan yang Tuhan berikan walaupun kesempatan tersebut berujung pada suatu keberhasilan.
4. Terus Melangkah (Yehezkiel 2:6-7).
Kalau kita masuk dalam suatu sasaran, kita seringkali patah semangat karena melihat kondisi dan situasi sekeliling kita, tetapi biarlah kita tetap memegang janji Tuhan, serta tetap percaya bahwa dengan kemampuan yang Tuhan berikan, kita akan terus melangkah untuk melakukan kehendakNya walaupun berada di tengah-tengah onak dan duri, sebab Tuhan memberikan kuasa untuk mengalahkannya.
Melalui penjelasan diatas, biarlah kita menjadi lebih bijaksana dalam mempergunakan waktu yang ada, sebab kesempatan tidak bisa diulang kembali. Dan apabila kita benar-benar mempergunakan kesempatan yang Tuhan berikan, maka kita tidak akan mengalami kekecewaan melainkan kita akan memperoleh kebahagiaan.
Amin.
Terobosan
“Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini.”
(Kejadian 26:22)
Ishak adalah model orang yang mengalami terobosan. Kita pernah mendengar kisah Ishak yang menjadi kaya, makin lama makin kaya dan menjadi sangat kaya secara materi.
Alkitab mencatat beberapa hal yang Ishak lakukan:
1. Hidup Intim dengan Tuhan. Pada saat kelaparan sedang mengguncang negeri itu, Tuhan menampakkan diri kepada Ishak. Mengapa Tuhan bisa menampakkan diri kepadanya? Jawabannya hanya satu, yaitu karena Ishak intim dengan Tuhan.
2. Tidak Memakai Sistem Dunia. Tuhan mulai berbicara kepada Ishak, “Ishak, kamu jangan pergi ke Mesir!” Mesir berbicara tentang sistem dunia. Kepada kita Tuhan berkata, “Jangan pakai cara-cara dunia!” Tuhan mau mempromosikan Saudara dan mau memultiplikasikan seluruh aspek kehidupan kita, tetapi jangan memakai cara-cara dunia!
3. Tidak Terikat oleh Harta Duniawi. Tuhan berkata kepada Ishak, “Kamu pergi ke suatu tempat yang akan Aku tentukan kepadamu dan kamu tinggal sebagai orang asing”. Di dunia ini kita adalah orang asing, kita adalah pengembara dan kita tidak boleh terikat dengan barang-barang dari dunia ini.
4. Menabur. Pada tahun itu juga, yaitu pada masa kelaparan Ishak menabur! Ini bukan suatu hal yang biasa. Sebab untuk mencari benih saja sudah sulit. Mungkin pada waktu itu persediaan benih tidak jadi ditabur, melainkan dimakan karena waktu itu sedang terjadi kelaparan. Tetapi bagi Ishak benih itu justru ditabur.
“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” (Amsal 3:9–10)
Tuhan sudah siap memberikan terobosan dalam hidup kita, apakah kita mau melakukan bagian kita?
(Kejadian 26:22)
Ishak adalah model orang yang mengalami terobosan. Kita pernah mendengar kisah Ishak yang menjadi kaya, makin lama makin kaya dan menjadi sangat kaya secara materi.
Alkitab mencatat beberapa hal yang Ishak lakukan:
1. Hidup Intim dengan Tuhan. Pada saat kelaparan sedang mengguncang negeri itu, Tuhan menampakkan diri kepada Ishak. Mengapa Tuhan bisa menampakkan diri kepadanya? Jawabannya hanya satu, yaitu karena Ishak intim dengan Tuhan.
2. Tidak Memakai Sistem Dunia. Tuhan mulai berbicara kepada Ishak, “Ishak, kamu jangan pergi ke Mesir!” Mesir berbicara tentang sistem dunia. Kepada kita Tuhan berkata, “Jangan pakai cara-cara dunia!” Tuhan mau mempromosikan Saudara dan mau memultiplikasikan seluruh aspek kehidupan kita, tetapi jangan memakai cara-cara dunia!
3. Tidak Terikat oleh Harta Duniawi. Tuhan berkata kepada Ishak, “Kamu pergi ke suatu tempat yang akan Aku tentukan kepadamu dan kamu tinggal sebagai orang asing”. Di dunia ini kita adalah orang asing, kita adalah pengembara dan kita tidak boleh terikat dengan barang-barang dari dunia ini.
4. Menabur. Pada tahun itu juga, yaitu pada masa kelaparan Ishak menabur! Ini bukan suatu hal yang biasa. Sebab untuk mencari benih saja sudah sulit. Mungkin pada waktu itu persediaan benih tidak jadi ditabur, melainkan dimakan karena waktu itu sedang terjadi kelaparan. Tetapi bagi Ishak benih itu justru ditabur.
“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” (Amsal 3:9–10)
Tuhan sudah siap memberikan terobosan dalam hidup kita, apakah kita mau melakukan bagian kita?
Mengatasi Kekecewaan
Pdt. Anthony Chang, S. Th, MA
Graha Bethany Nginden
Habakuk 1:1-3 ;
Habakuk 2:1;
Habakuk 3:17-19
Dalam kehidupan ini tentunya setiap orang pasti pernah merasakan akan rasa kecewa. Salah satu penyebab dari perasaan kecewa yaitu ketika seseorang mengalami ketidakpuasan dengan apa yang diterima atau yang dialaminya. Di dalam ayat bacaan diatas kita melihat bagaimana Habakuk mengalami rasa kecewa pada Tuhan sebab apa yang ia harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada; begitu pula dalam hidup ini.
Contoh, seseorang akan kecewa ketika mereka bekerja cukup keras namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang ia harapkan. Atau mugkin orang tua yang mengalami rasa kecewa terhadap anaknya. Bahkan ketika seseorang tidak diterima dalam suatu kelompok maka kekecewaan itu akan muncul. Dan ketika rasa kecewa ini terus disimpan maka suatu saat akan dapat menyebabkan seseorang ingin balas dendam ataupun berdiam diri. Bahkan seseorang akan memiliki keinginan untuk bunuh diri ketika ia kecewa. Seperti dalam firman Tuhan yang menjelaskan mengenai kisah daripada Yunus yang kecewa karena bangsa Niniwe diselamatkan. Yunus menjadi kecewa, marah hingga ia ingin bunuh diri. Oleh sebab itu ketika kita mengalami kekecewaan sangat dibutuhkan bantuan dari orang lain untuk kita mencurahkan perasaan hati kita. Kekecewaan itu ibarat bom waktu yang waktu-waktu dapat meledak. Untuk mengatasi rasa kecewa setiap kita harus dapat menyadari bahwa dalam hidup ini untuk segala sesuatunya akan ada waktunya (Pengkhotbah 3:1-15).
Kita harus dapat memahami bahwa hidup ini selalu terdiri dari 2 sisi yang berbeda. Dimana dalam hidup tidak selamanya kita berada dalam keadaan yang baik, adakalanya kita mengalami hal yang buruk.Namun ketika kita mengalami keadaan yang tidak baik percayalah bahwa itu tidak akan selamanya kita alami, segala sesuatu ada waktunya pada saatnya kita akan mengalami kebaikkan Tuhan. Sebab itu setiap kita harus dapat belajar menerima keadaan yang terjadi. Ketika kita dapat memahami akan setiap situasi yang kita alami maka kita akan dapat bersukacita bahkan akan bersorak sorai di dalam Tuhan (Habakuk 3:18). Yang berikutnya sadarilah bahwa dalam segala sesuatu Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikkan bagi kita. Ingatlah bahwa lewat proses yang kita alami suatu saat akan muncul sesuatu yang indah.
Ilustrasi seekor anak kerang didasar laut mengeluh pada ibunya karena sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya. Tetapi dengan berjalanya sang waktu akhirnya dalam tubuh anak kerang tumbuhlah sebutir mutiara berharga dengan sempurna dari butiran pasir tajam yang telah membuat dia menahan sakit, menderita dan mencucurkan air mata.
Graha Bethany Nginden
Habakuk 1:1-3 ;
Habakuk 2:1;
Habakuk 3:17-19
Dalam kehidupan ini tentunya setiap orang pasti pernah merasakan akan rasa kecewa. Salah satu penyebab dari perasaan kecewa yaitu ketika seseorang mengalami ketidakpuasan dengan apa yang diterima atau yang dialaminya. Di dalam ayat bacaan diatas kita melihat bagaimana Habakuk mengalami rasa kecewa pada Tuhan sebab apa yang ia harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada; begitu pula dalam hidup ini.
Contoh, seseorang akan kecewa ketika mereka bekerja cukup keras namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang ia harapkan. Atau mugkin orang tua yang mengalami rasa kecewa terhadap anaknya. Bahkan ketika seseorang tidak diterima dalam suatu kelompok maka kekecewaan itu akan muncul. Dan ketika rasa kecewa ini terus disimpan maka suatu saat akan dapat menyebabkan seseorang ingin balas dendam ataupun berdiam diri. Bahkan seseorang akan memiliki keinginan untuk bunuh diri ketika ia kecewa. Seperti dalam firman Tuhan yang menjelaskan mengenai kisah daripada Yunus yang kecewa karena bangsa Niniwe diselamatkan. Yunus menjadi kecewa, marah hingga ia ingin bunuh diri. Oleh sebab itu ketika kita mengalami kekecewaan sangat dibutuhkan bantuan dari orang lain untuk kita mencurahkan perasaan hati kita. Kekecewaan itu ibarat bom waktu yang waktu-waktu dapat meledak. Untuk mengatasi rasa kecewa setiap kita harus dapat menyadari bahwa dalam hidup ini untuk segala sesuatunya akan ada waktunya (Pengkhotbah 3:1-15).
Kita harus dapat memahami bahwa hidup ini selalu terdiri dari 2 sisi yang berbeda. Dimana dalam hidup tidak selamanya kita berada dalam keadaan yang baik, adakalanya kita mengalami hal yang buruk.Namun ketika kita mengalami keadaan yang tidak baik percayalah bahwa itu tidak akan selamanya kita alami, segala sesuatu ada waktunya pada saatnya kita akan mengalami kebaikkan Tuhan. Sebab itu setiap kita harus dapat belajar menerima keadaan yang terjadi. Ketika kita dapat memahami akan setiap situasi yang kita alami maka kita akan dapat bersukacita bahkan akan bersorak sorai di dalam Tuhan (Habakuk 3:18). Yang berikutnya sadarilah bahwa dalam segala sesuatu Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikkan bagi kita. Ingatlah bahwa lewat proses yang kita alami suatu saat akan muncul sesuatu yang indah.
Ilustrasi seekor anak kerang didasar laut mengeluh pada ibunya karena sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya. Tetapi dengan berjalanya sang waktu akhirnya dalam tubuh anak kerang tumbuhlah sebutir mutiara berharga dengan sempurna dari butiran pasir tajam yang telah membuat dia menahan sakit, menderita dan mencucurkan air mata.
Saturday, May 21, 2011
Menjadi Terang
“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu sudah datang dan kemuliaan Tuhan sudah terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu!”
(Yesaya 60:12)
Orang-orang Lewi pada Perjanjian Lama diberi tugas untuk mengurus Bait Allah di mana pelita yang diletakkan di dalam ruang suci Bait Allah harus dijaga agar apinya tetap menyala. Yang mereka lakukan ialah:
a. Memeriksa persediaan minyak setiap hari,apabila minyaknya kurang,maka akan orang Lewi tambahkan. Demikian juga kita, harus mengecek apakah minyak pelita kita ini cukup atau tidak. Minyak berbicara tentang Roh Kudus. Jadi kalau sejak pagi hingga sore kegairahan dengan Tuhan berkurang, malas baca Firman Tuhan, malas berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, maka jangan biarkan terlalu lama. Mari kita segera mengoreksi diri.
b. Memotong sumbu yang hangus. Nyala api pelita juga ditentukan oleh kondisi sumbunya. Jadi jika sumbunya mulai hitam maka segera dipotong supaya nyala apinya tetap bagus. Demikian pula dengan kita, kalau sumbu kita mulai “hitam” maka akan dipotong. Biarkan Tuhan yang memotongnya. Mari ijinkan Tuhan untuk terus membersihkan hidup kita ini.
Kalau sumbunya mulai “hitam” karena sombong, biarlah dipotong Tuhan supaya menjadi rendah hati. Sebab Tuhan membenci orang yang sombong tetapi mengasihani orang yang rendah hati
Kalau sumbunya mulai “hitam” karena kita memakai pikiran dan kehendak sendiri, perlu dipotong supaya dalam melakukan segala sesuatu dasarnya adalah firman dan kehendak Tuhan yang sempurna.
Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia!” (Mat 5:14). Artinya, kita diumpamakan seperti kota di atas gunung yang tidak tersembunyi sehingga semua orang bisa melihatnya. Kita seperti pelita yang ditaruh di atas kaki dian bukan disembunyikan di bawah gantang, artinya agar semua orang bisa melihatnya.
Mari kita bangkit dan menjadi terang! Amin?
(Yesaya 60:12)
Orang-orang Lewi pada Perjanjian Lama diberi tugas untuk mengurus Bait Allah di mana pelita yang diletakkan di dalam ruang suci Bait Allah harus dijaga agar apinya tetap menyala. Yang mereka lakukan ialah:
a. Memeriksa persediaan minyak setiap hari,apabila minyaknya kurang,maka akan orang Lewi tambahkan. Demikian juga kita, harus mengecek apakah minyak pelita kita ini cukup atau tidak. Minyak berbicara tentang Roh Kudus. Jadi kalau sejak pagi hingga sore kegairahan dengan Tuhan berkurang, malas baca Firman Tuhan, malas berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, maka jangan biarkan terlalu lama. Mari kita segera mengoreksi diri.
b. Memotong sumbu yang hangus. Nyala api pelita juga ditentukan oleh kondisi sumbunya. Jadi jika sumbunya mulai hitam maka segera dipotong supaya nyala apinya tetap bagus. Demikian pula dengan kita, kalau sumbu kita mulai “hitam” maka akan dipotong. Biarkan Tuhan yang memotongnya. Mari ijinkan Tuhan untuk terus membersihkan hidup kita ini.
Kalau sumbunya mulai “hitam” karena sombong, biarlah dipotong Tuhan supaya menjadi rendah hati. Sebab Tuhan membenci orang yang sombong tetapi mengasihani orang yang rendah hati
Kalau sumbunya mulai “hitam” karena kita memakai pikiran dan kehendak sendiri, perlu dipotong supaya dalam melakukan segala sesuatu dasarnya adalah firman dan kehendak Tuhan yang sempurna.
Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia!” (Mat 5:14). Artinya, kita diumpamakan seperti kota di atas gunung yang tidak tersembunyi sehingga semua orang bisa melihatnya. Kita seperti pelita yang ditaruh di atas kaki dian bukan disembunyikan di bawah gantang, artinya agar semua orang bisa melihatnya.
Mari kita bangkit dan menjadi terang! Amin?
Jangan Lepas Dari Sumber Berkat
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” (Galatia 3:26-29)
Melalui ayat bacaan di atas, kita akan menemukan beberapa kata kunci yang berdampak dalam kehidupan kita baik semasa kita hidup di muka bumi maupun kehidupan yang kekal. Diantaranya kita akan disebut sebagai anak-anak Allah yang menerima hak waris kerajaan sorga karena kita beriman di dalam Yesus Kristus, kemudian yang kedua adalah kita akan disebut sebagai orang yang merdeka dari segala kutuk dosa dan penghukuman karena kita sudah ditebus dan menjadi milik Kristus. Dan yang ketiga adalah kita disebut sebagai keturunan Abraham yang juga berhak menerima janji-janji Allah.
Kali ini kita akan melihat janji-janji Allah yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya termasuk kita. Lalu janji apakah yang sudah diberikan oleh Tuhan terhadap Abraham, dan bagaimana Abraham meresponi janji-janji Allah itu ?. Dan bagaimana janji Allah itu sampai turun pada keturunan Abaraham ?. Untuk dapat mengerti beberapa pertanyaan tersebut maka kita terlebih dahulu membaca dalam Kejadian 12:1-2, karena dalam ayat tersebut diceritakan bagaimana Abraham dipanggil dengan satu visi, yaitu menjadi bangsa yang besar, hidup dalam kelimpahan serta namanya menjadi termasyhur; dan terlebih itu, Abraham akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Memang, hal ini belum dialami oleh Abraham, tetapi Abraham meyakini bahwa segala apa telah dijanjikan oleh Tuhan pasti akan digenapi. Untuk dapat meyakini hal ini sungguh tidak mudah, tetapi Abraham menerima semua apa yang dijanjikan oleh Tuhan hanya dengan iman. Lalu, apakah hal ini (janji Allah) juga berlaku dalam kehidupan kita ?. jawabannya adalah “Ya”. Karena firman Tuhan mengatakan “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” (Galatia 3:29).
Untuk itu kita harus menerima segala janji Tuhan dengan iman dan tetap lekat kepada sumber berkat itu yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan jangan sampai kita lepas dari Tuhan. Sama seperti halnya dengan Paulus; ia tahu dari mana ia berasal, sehingga ia berani berkata bahwa dia berasal dari keturunan Abraham, bukan secara jasmani saja melainkan secara rohani juga.
Perlu kita tahu, bahwa visi yang Tuhan berikan kepada Abraham adalah visi jangka panjang. Dan bagi orang yang tidak mempunyai visi, hidupnya akan sia-sia bagaikan kapal yang berlayar tanpa arah tujuan sehingga kapal itu hanya berputar-putar di tengah lautan tanpa mengalami perhentian, sehingga pada akhirnya mengalami keputusasaan.
Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham juga diberikan kepada kita (Kejadian 12:2-3). Namun acapkali timbul suatu pertanyaan dalam hati kita,”mengapa berkat itu tidak dapat kita capai, padahal kita adalah keturunan Abraham (secara rohani) ?” dalam kondisi yang demikian kita mulai meragukan janji-janji Allah. Saudara, apabila kita belum menerima janji-janji Allah, hal itu bukan berarti Allah lalai akan janjiNya, sekali-kali Tuhan tidak pernah lalai akan janjiNya walaupun manusia menganggap itu suatu kelalaian (II Petrus 3:9). Tetapi ada hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam hidup kita yaitu : “apakah kita sudah melakukan kehendak Allah seperti yang Abraham lakukan ?”. Apabila belum, maka kita harus mulai belajar hidup sesuai dengan kehendak Allah dan meyakini bahwa Allah tidak pernah ingkar terhadap apa yang sudah difirmankanNya. Dan jikalau kita tetap tidak meyakini hal ini, maka hal itu sama dengan mengutuki diri sendiri. Abraham adalah orang yang diberkati baik pada hari ini maupun pada masa yang kekal. Dan hal ini akan berlangsung dalam kehidupan orang-orang percaya. Oleh sebab itu marilah kita bangkit, karena Tuhan menyertai kita. Tuhan akan membuat banyak orang terheran-heran melihat bagaimana Tuhan memberkati kita.
Dan saat ini kita akan melihat bukti, bahwa orang yang masuk dalam garis keturunan Abraham itu diberkati, diantaranya Ishak. Berkat yang Ishak terima bukanlah merupakan warisan turun-temurun, sebab dalam Kejadian 26:12-13 dijelaskan bagaimana berkat itu turun atas Ishak. Dan bukti ini tidak berhenti sampai pada Ishak, tetapi turun sampai pada Yakub yaitu anak Ishak (Kejadian 32:9-10). Selanjutnya, berkat Tuhan ini turun pada anak Yakub yaitu Yusuf , dan bukan kepada anak-anak Yakub yang lain, meskipun anak-anak Yakub ada banyak. Dan rahasia yang perlu kita ketahui yaitu mengapa keturunan dari Abraham diberkati, karena mereka sangat menghormati Allah dan meyakini bahwa Allah adalah sumber dari segala berkat.
Selain kita belajar dari beberapa contoh di atas untuk dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari; kita juga akan melihat contoh yang lain yaitu peristiwa Lot. Karena peristiwa ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak kita lakukan dalam kehidupan kita. Dimana, sebenarnya Lotpun dapat diberkati oleh Tuhan karena berkat Abraham, meskipun Lot hanya ikut-ikutan. Dalam Kejadian 12:4 diceritakan bahwa Lot mengikuti Abraham. Dan sementara Lot ikut Abraham, Lot juga diberkati (Kejadian 13:5). Karena harta mereka semakin banyak, maka terjadilah perkelahian antara gembala Abraham maupun gembala Lot, sehingga mereka tidak dapat hidup bersama. Dan sebagai jalan keluarnya adalah : mereka berpisah agar tidak timbul perkelahian antar saudara. Dan sayangnya, ketika Lot berpisah dengan Abraham; Lot hidup tidak seperti Abraham lagi, yaitu membuat mezbah bagi Tuhan. Lot mulai lupa akan sumber berkat itu. Lot telah memasuki zona nyaman, yaitu hanya menikmati kenikmatan jasmani tanpa memperhatikan hal-hal yang kekal. Sampai akhirnya Lot mengalami peristiwa pemusnahan Sodom dan Gomora, walaupun Lot diselamatkan.
Dari kisah ini kita akan mengambil hikmahnya, bahwa jangan sekali-kali kita lepas dari sumber berkat itu. Tetapi biarlah kita tetap melekat pada sumber berkat itu yaitu Tuhan Yesus Kristus, dengan membangun mezbah Tuhan dan tidak sekedar ikut-ikutan, maka segala apa yang sudah dijanjikan dan diterima oleh Abraham akan kita terima termasuk pada keturunan kita. Sekali lagi jangan lepas dari sumber berkat karena saat ini siap untuk menuai.
Amin.
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” (Galatia 3:26-29)
Melalui ayat bacaan di atas, kita akan menemukan beberapa kata kunci yang berdampak dalam kehidupan kita baik semasa kita hidup di muka bumi maupun kehidupan yang kekal. Diantaranya kita akan disebut sebagai anak-anak Allah yang menerima hak waris kerajaan sorga karena kita beriman di dalam Yesus Kristus, kemudian yang kedua adalah kita akan disebut sebagai orang yang merdeka dari segala kutuk dosa dan penghukuman karena kita sudah ditebus dan menjadi milik Kristus. Dan yang ketiga adalah kita disebut sebagai keturunan Abraham yang juga berhak menerima janji-janji Allah.
Kali ini kita akan melihat janji-janji Allah yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya termasuk kita. Lalu janji apakah yang sudah diberikan oleh Tuhan terhadap Abraham, dan bagaimana Abraham meresponi janji-janji Allah itu ?. Dan bagaimana janji Allah itu sampai turun pada keturunan Abaraham ?. Untuk dapat mengerti beberapa pertanyaan tersebut maka kita terlebih dahulu membaca dalam Kejadian 12:1-2, karena dalam ayat tersebut diceritakan bagaimana Abraham dipanggil dengan satu visi, yaitu menjadi bangsa yang besar, hidup dalam kelimpahan serta namanya menjadi termasyhur; dan terlebih itu, Abraham akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Memang, hal ini belum dialami oleh Abraham, tetapi Abraham meyakini bahwa segala apa telah dijanjikan oleh Tuhan pasti akan digenapi. Untuk dapat meyakini hal ini sungguh tidak mudah, tetapi Abraham menerima semua apa yang dijanjikan oleh Tuhan hanya dengan iman. Lalu, apakah hal ini (janji Allah) juga berlaku dalam kehidupan kita ?. jawabannya adalah “Ya”. Karena firman Tuhan mengatakan “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” (Galatia 3:29).
Untuk itu kita harus menerima segala janji Tuhan dengan iman dan tetap lekat kepada sumber berkat itu yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan jangan sampai kita lepas dari Tuhan. Sama seperti halnya dengan Paulus; ia tahu dari mana ia berasal, sehingga ia berani berkata bahwa dia berasal dari keturunan Abraham, bukan secara jasmani saja melainkan secara rohani juga.
Perlu kita tahu, bahwa visi yang Tuhan berikan kepada Abraham adalah visi jangka panjang. Dan bagi orang yang tidak mempunyai visi, hidupnya akan sia-sia bagaikan kapal yang berlayar tanpa arah tujuan sehingga kapal itu hanya berputar-putar di tengah lautan tanpa mengalami perhentian, sehingga pada akhirnya mengalami keputusasaan.
Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham juga diberikan kepada kita (Kejadian 12:2-3). Namun acapkali timbul suatu pertanyaan dalam hati kita,”mengapa berkat itu tidak dapat kita capai, padahal kita adalah keturunan Abraham (secara rohani) ?” dalam kondisi yang demikian kita mulai meragukan janji-janji Allah. Saudara, apabila kita belum menerima janji-janji Allah, hal itu bukan berarti Allah lalai akan janjiNya, sekali-kali Tuhan tidak pernah lalai akan janjiNya walaupun manusia menganggap itu suatu kelalaian (II Petrus 3:9). Tetapi ada hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam hidup kita yaitu : “apakah kita sudah melakukan kehendak Allah seperti yang Abraham lakukan ?”. Apabila belum, maka kita harus mulai belajar hidup sesuai dengan kehendak Allah dan meyakini bahwa Allah tidak pernah ingkar terhadap apa yang sudah difirmankanNya. Dan jikalau kita tetap tidak meyakini hal ini, maka hal itu sama dengan mengutuki diri sendiri. Abraham adalah orang yang diberkati baik pada hari ini maupun pada masa yang kekal. Dan hal ini akan berlangsung dalam kehidupan orang-orang percaya. Oleh sebab itu marilah kita bangkit, karena Tuhan menyertai kita. Tuhan akan membuat banyak orang terheran-heran melihat bagaimana Tuhan memberkati kita.
Dan saat ini kita akan melihat bukti, bahwa orang yang masuk dalam garis keturunan Abraham itu diberkati, diantaranya Ishak. Berkat yang Ishak terima bukanlah merupakan warisan turun-temurun, sebab dalam Kejadian 26:12-13 dijelaskan bagaimana berkat itu turun atas Ishak. Dan bukti ini tidak berhenti sampai pada Ishak, tetapi turun sampai pada Yakub yaitu anak Ishak (Kejadian 32:9-10). Selanjutnya, berkat Tuhan ini turun pada anak Yakub yaitu Yusuf , dan bukan kepada anak-anak Yakub yang lain, meskipun anak-anak Yakub ada banyak. Dan rahasia yang perlu kita ketahui yaitu mengapa keturunan dari Abraham diberkati, karena mereka sangat menghormati Allah dan meyakini bahwa Allah adalah sumber dari segala berkat.
Selain kita belajar dari beberapa contoh di atas untuk dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari; kita juga akan melihat contoh yang lain yaitu peristiwa Lot. Karena peristiwa ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak kita lakukan dalam kehidupan kita. Dimana, sebenarnya Lotpun dapat diberkati oleh Tuhan karena berkat Abraham, meskipun Lot hanya ikut-ikutan. Dalam Kejadian 12:4 diceritakan bahwa Lot mengikuti Abraham. Dan sementara Lot ikut Abraham, Lot juga diberkati (Kejadian 13:5). Karena harta mereka semakin banyak, maka terjadilah perkelahian antara gembala Abraham maupun gembala Lot, sehingga mereka tidak dapat hidup bersama. Dan sebagai jalan keluarnya adalah : mereka berpisah agar tidak timbul perkelahian antar saudara. Dan sayangnya, ketika Lot berpisah dengan Abraham; Lot hidup tidak seperti Abraham lagi, yaitu membuat mezbah bagi Tuhan. Lot mulai lupa akan sumber berkat itu. Lot telah memasuki zona nyaman, yaitu hanya menikmati kenikmatan jasmani tanpa memperhatikan hal-hal yang kekal. Sampai akhirnya Lot mengalami peristiwa pemusnahan Sodom dan Gomora, walaupun Lot diselamatkan.
Dari kisah ini kita akan mengambil hikmahnya, bahwa jangan sekali-kali kita lepas dari sumber berkat itu. Tetapi biarlah kita tetap melekat pada sumber berkat itu yaitu Tuhan Yesus Kristus, dengan membangun mezbah Tuhan dan tidak sekedar ikut-ikutan, maka segala apa yang sudah dijanjikan dan diterima oleh Abraham akan kita terima termasuk pada keturunan kita. Sekali lagi jangan lepas dari sumber berkat karena saat ini siap untuk menuai.
Amin.
Saturday, May 14, 2011
Hidup Yang Diubahkan
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Graha Bethany Nginden
“Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.”
Ibrani 11:32-34
Dalam Ibrani pasal 11 telah dituliskan nama-nama para saksi iman yang dimulai dari Habel, Henokh, Abraham, Ishak dan Yakub, termasuk nama-nama yang tertulis di dalam ayat 32. Diantara nama-nama yang tertulis dalam ayat 32, kita akan mempelajari salah satu daripada saksi-saksi iman, yaitu Yefta.
Yefta adalah saksi iman yang memiliki level iman yang dipersamakan dengan Gideon, Barak, Simson, Daud, Samuel dan para nabi lainnya. Dalam hal ini, tentunya ada sesuatu dalam diri Yefta, sehingga imannya dipersamakan dengan para nabi yang telah disebutkan di atas. Sebelum kita meneliti lebih jauh iman daripada Yefta, terlebih dahulu kita akan melihat bagaimana latar belakang daripada Yefta. Sebab latar belakang Yefta benar-benar tidak mendukung dia untuk menyandang predikat sebagai sebagai saksi iman yang sejajar dengan para nabi. Oleh sebab itu, untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi, kita akan membaca Hakim-hakim 11:1-3, yang berkata : “Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya : Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain. Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia.”
Berdasarkan ayat-ayat yang telah kita baca diatas, maka kita mulai mengetahui bahwa ternyata Yefta memiliki latar belakang yang buruk; ia adalah keturunan dari seorang wanita sundal yang tidak jelas asal-usulnya, sedangkan ayah Yefta adalah Gilead yang juga termasuk keturunan dari suku yang terendah moralnya. Gilead sebenarnya mempunyi istri yang sah, tetapi ia masih selingkuh dengan seorang perempuan sundal sehingga lahirlah Yefta. Memang, kalau ditinjau secara garis keturunan bahwa Gilead adalah keturunan daripada Yakub yang lahir dari suku Manasye, tetapi karena suku Manasye kawin dengan suku-suku di luar Israel maka keturunannya menjadi jelek yaitu suku Gilead. Ketika anak-anak Gilead masih kecil; baik itu anak dari istrinya yang sah maupun anak dari wanita sundal yaitu Yefta, mereka telah hidup bersama-sama. Namun setelah mereka dewasa, maka diusirlah Yefta dari tengah-tengah mereka karena Yefta lahir dari perempuan lain. Dan akhirnya Yefta lari ke tanah Tob yaitu tempat dunia hitam.
Atas dasar latar belakang yang telah tertera di atas, maka akan timbul pertanyaan : Mengapa Yefta disejajarkan dengan para nabi-nabi; bukankah dia lahir dari latar belakang yang buruk ?. Saudara, perlu kita ketahui bahwa Allah memiliki kedaulatan yang tinggi untuk menentukan kehidupan manusia. Dan apabila Tuhan memilih seseorang, maka Tuhan tidak memandang latar belakangnya, termasuk Yefta yang mendapat kemurahan dari Allah secara luar biasa. Hal ini tercantum dalam Hakim-hakim 11:29 yang berbunyi : “Lalu Roh Tuhan menghinggapi Yefta; . . . . “. Demikianlah halnya dengan kehidupan kita, yang juga mendapat kemurahan yang luar biasa melalui percaya kepada Kristus. Sebab barangsiapa percaya kepada Kristus maka Roh Allah akan tinggal dalam kehidupan kita, dan apabila Roh Allah tinggal dalam kehidupan kita maka kita juga akan diubahkan, meskipun kita yang dulunya memiliki latar belakang yang buruk.
Banyak agama yang ingin manunggal dengan Roh Allah, dan bahkan ada suatu kepercayaan yang didasari dengan budi pekerti yang baik dan hukum-hukum yang menuntun untuk berbuat baik, tetapi setelah mereka berbuat baik mereka tetap tidak mendapatkan Roh Allah. Lalu bagaimana kita mendapatkan Roh Allah atau manunggal dengan Roh Allah ?. Dalam Kisah Para Rasul 2:38 dikatakan : “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Jadi, supaya kita mendapat karunia Roh Kudus, kita harus bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus lalu dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Walaupun banyak orang memiliki latar belakang yang baik, tetapi tanpa percaya kepada Tuhan Yesus Kristus maka Roh Allah tidak akan pernah tinggal pada orang itu.
Selain Yefta yang mendapat kemurahan Allah, ada pula seseorang bukan orang Israel yang mendapat kemurahan Allah yaitu Koresh (Raja Persia). Koresh adalah orang yang tidak mengenal Tuhan atau berasal dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan, tetapi Allah memakai dia secara luar biasa. Dalam hal ini membuktikan bahwa Allah mempunyai kedaulatan yang tinggi dalam melakukan tindakannya. Oleh sebab itu jangan batasi kuasa Allah yang sedang bekerja dalam kehidupan kita saat ini. Karena Tuhan akan mengadakan perubahan secara luar biasa bagi orang yang meresponi akan lawatan Roh Kudus. Tetapi jikalau kita tidak meresponi kehadiran Roh Kudus, maka kita tidak akan mendapatkan lawatan Allah yang membawa kepada perubahan yang besar pada kehidupan kita. Kenyataannya, berapa banyak orang yang tidak sanggup melihat manifestasi daripada kuasa Roh Kudus. Karena mereka menganggap bahwa manifestasi Roh hanya terjadi pada jaman nabi-nabi atau jaman para rasul.
Oleh sebab itu, marilah kita meresponi akan pekerjaan Roh Kudus yang saat ini sedang berlangsung di dalam kehidupan kita. Dan janganlah kita membatasi kuasa dan karyaNya hanya karena memandang latar belakang kita, tetapi bersyukurlah senantiasa atas anugerahNya yang diberikan kepada kita menjelang kedatanganNya yang kedua kali; terlebih itu janganlah hendaknya kerajinan kita kendor, biarlah roh kita menyala-nyala dalam melayani Tuhan.
Amin
Graha Bethany Nginden
“Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.”
Ibrani 11:32-34
Dalam Ibrani pasal 11 telah dituliskan nama-nama para saksi iman yang dimulai dari Habel, Henokh, Abraham, Ishak dan Yakub, termasuk nama-nama yang tertulis di dalam ayat 32. Diantara nama-nama yang tertulis dalam ayat 32, kita akan mempelajari salah satu daripada saksi-saksi iman, yaitu Yefta.
Yefta adalah saksi iman yang memiliki level iman yang dipersamakan dengan Gideon, Barak, Simson, Daud, Samuel dan para nabi lainnya. Dalam hal ini, tentunya ada sesuatu dalam diri Yefta, sehingga imannya dipersamakan dengan para nabi yang telah disebutkan di atas. Sebelum kita meneliti lebih jauh iman daripada Yefta, terlebih dahulu kita akan melihat bagaimana latar belakang daripada Yefta. Sebab latar belakang Yefta benar-benar tidak mendukung dia untuk menyandang predikat sebagai sebagai saksi iman yang sejajar dengan para nabi. Oleh sebab itu, untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi, kita akan membaca Hakim-hakim 11:1-3, yang berkata : “Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya : Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain. Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia.”
Berdasarkan ayat-ayat yang telah kita baca diatas, maka kita mulai mengetahui bahwa ternyata Yefta memiliki latar belakang yang buruk; ia adalah keturunan dari seorang wanita sundal yang tidak jelas asal-usulnya, sedangkan ayah Yefta adalah Gilead yang juga termasuk keturunan dari suku yang terendah moralnya. Gilead sebenarnya mempunyi istri yang sah, tetapi ia masih selingkuh dengan seorang perempuan sundal sehingga lahirlah Yefta. Memang, kalau ditinjau secara garis keturunan bahwa Gilead adalah keturunan daripada Yakub yang lahir dari suku Manasye, tetapi karena suku Manasye kawin dengan suku-suku di luar Israel maka keturunannya menjadi jelek yaitu suku Gilead. Ketika anak-anak Gilead masih kecil; baik itu anak dari istrinya yang sah maupun anak dari wanita sundal yaitu Yefta, mereka telah hidup bersama-sama. Namun setelah mereka dewasa, maka diusirlah Yefta dari tengah-tengah mereka karena Yefta lahir dari perempuan lain. Dan akhirnya Yefta lari ke tanah Tob yaitu tempat dunia hitam.
Atas dasar latar belakang yang telah tertera di atas, maka akan timbul pertanyaan : Mengapa Yefta disejajarkan dengan para nabi-nabi; bukankah dia lahir dari latar belakang yang buruk ?. Saudara, perlu kita ketahui bahwa Allah memiliki kedaulatan yang tinggi untuk menentukan kehidupan manusia. Dan apabila Tuhan memilih seseorang, maka Tuhan tidak memandang latar belakangnya, termasuk Yefta yang mendapat kemurahan dari Allah secara luar biasa. Hal ini tercantum dalam Hakim-hakim 11:29 yang berbunyi : “Lalu Roh Tuhan menghinggapi Yefta; . . . . “. Demikianlah halnya dengan kehidupan kita, yang juga mendapat kemurahan yang luar biasa melalui percaya kepada Kristus. Sebab barangsiapa percaya kepada Kristus maka Roh Allah akan tinggal dalam kehidupan kita, dan apabila Roh Allah tinggal dalam kehidupan kita maka kita juga akan diubahkan, meskipun kita yang dulunya memiliki latar belakang yang buruk.
Banyak agama yang ingin manunggal dengan Roh Allah, dan bahkan ada suatu kepercayaan yang didasari dengan budi pekerti yang baik dan hukum-hukum yang menuntun untuk berbuat baik, tetapi setelah mereka berbuat baik mereka tetap tidak mendapatkan Roh Allah. Lalu bagaimana kita mendapatkan Roh Allah atau manunggal dengan Roh Allah ?. Dalam Kisah Para Rasul 2:38 dikatakan : “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Jadi, supaya kita mendapat karunia Roh Kudus, kita harus bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus lalu dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Walaupun banyak orang memiliki latar belakang yang baik, tetapi tanpa percaya kepada Tuhan Yesus Kristus maka Roh Allah tidak akan pernah tinggal pada orang itu.
Selain Yefta yang mendapat kemurahan Allah, ada pula seseorang bukan orang Israel yang mendapat kemurahan Allah yaitu Koresh (Raja Persia). Koresh adalah orang yang tidak mengenal Tuhan atau berasal dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan, tetapi Allah memakai dia secara luar biasa. Dalam hal ini membuktikan bahwa Allah mempunyai kedaulatan yang tinggi dalam melakukan tindakannya. Oleh sebab itu jangan batasi kuasa Allah yang sedang bekerja dalam kehidupan kita saat ini. Karena Tuhan akan mengadakan perubahan secara luar biasa bagi orang yang meresponi akan lawatan Roh Kudus. Tetapi jikalau kita tidak meresponi kehadiran Roh Kudus, maka kita tidak akan mendapatkan lawatan Allah yang membawa kepada perubahan yang besar pada kehidupan kita. Kenyataannya, berapa banyak orang yang tidak sanggup melihat manifestasi daripada kuasa Roh Kudus. Karena mereka menganggap bahwa manifestasi Roh hanya terjadi pada jaman nabi-nabi atau jaman para rasul.
Oleh sebab itu, marilah kita meresponi akan pekerjaan Roh Kudus yang saat ini sedang berlangsung di dalam kehidupan kita. Dan janganlah kita membatasi kuasa dan karyaNya hanya karena memandang latar belakang kita, tetapi bersyukurlah senantiasa atas anugerahNya yang diberikan kepada kita menjelang kedatanganNya yang kedua kali; terlebih itu janganlah hendaknya kerajinan kita kendor, biarlah roh kita menyala-nyala dalam melayani Tuhan.
Amin
Subscribe to:
Posts (Atom)