Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit."
(2 Raja-Raja 4:1-3)
Pada kisah ini, nabi tersebut bukanlah orang yang hidupnya kacau. Ia adalah orang yang takut akan Tuhan. Bahkan kenabian-nya diakui oleh istrinya, dan Elisa pun tidak menyangkalinya. Namun dia terlibat hutang yang sangat besar, dan hanya bisa dibayar jika kedua anaknya diserahkan untuk pembayaran hutangnya.
Ternyata, takut akan Tuhan tidak selalu paralel dengan berkat untuk hidup kita di dunia. Inilah yang membuat banyak orang kecewa kepada Tuhan. Ketidakmengertian membuat kita kecewa, dan kekecewaan itu membuat kita terlalu fokus kepada uang, tergoda menjadi materialistis.
Pertama, mari kita periksa level pengharapan kita. Seberapa kita mempercayai bahwa Tuhan akan memberkati. Janganlah kita berhenti ditengah jalan, tapi mari tetap percaya sampai janji-Nya tergenapi.
Kedua, adalah seberapa banyak bejana yang bisa kita siapkan untuk berkat-Nya bisa dicurahkan dalam hidup kita. Mari kerjakan bejana hidup kita ini, kembangkan setiap talenta yang Tuhan sudah berikan. Biarlah hidup kita seperti bejana kosong yang siap Tuhan arahkan kemanapun, serta sejalan dengan yang Tuhan mau.
Mari terus perbesar kapasitas bejana hidup kita. Selama kita menyediakan bejana kosong dalam hidup kita dan terus mengisi kehidupan orang lain dan maka berkat Tuhan akan terus mengalir.
Amin?
No comments:
Post a Comment