Pdt. Andreas Nawawi
Bethany KTC, Jakarta
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
(Lukas 15:20-30)
Alkitab mencatat bapa sudah lama menunggu anaknya hilang untuk pulang kembali.
Setiap hari bapa ini terus melihat dari jendela, menanti anaknya kembali.
Sikap bapa terhadap anaknya yang hilang: Full Of Love & Compassion.
Meski anak yang hilang sudah siap untuk tidak dianggap sebagai anak karena setiap tindakannya yang lalu, bapa menerima dia apa adanya. Bahkan menyambutnya kembali dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Ketika suatu bangsa dalam keadaan terpuruk dan kacau balau, mari jangan salahkan orang lain. Ataupun pemimpin bangsa kita. Tapi mari kita ambil tanggung jawab, dengan memulai perbaikan dari keluarga-keluarga kita.
Mari jadi bapa yang baik dalam keluarga.
Bapa = Abba, adalah source of everything.
Mari kita cintai anak-anak kita, dan nyatakan dengan jelas cinta kita.
Penting untuk orang tua menyatakan cintanya dengan jelas, supaya anak mendapat contoh yang baik. Mari jadi teladan bagi mereka, salah satunya bagaimana kita juga menghormati orang tua & mertua kita (kakek dan nenek dari anak kita).
LOVE NEVER FAIL
Mari perhatikan urutan prioritas waktu dan hidup kita:
1. Tuhan
2. Keluarga
3. Pelayanan / Pekerjaan
Untuk merubah Indonesia, mari kita mulai dari gereja kita.
Untuk merubah gereja, mari kita mulai dari keluarga kita.
Untuk merubah keluarga, mari kita menjadi bapa/orang tua yang baik, seperti yang Tuhan inginkan.
Mari kita hidup dengan Full of Love & Compassion.
No comments:
Post a Comment