TUHAN menambahi kita seribu kali lagi dari jumlah sekarang & memberkati seperti yang dijanjikan-Nya
Kebangkitan Besar
Monday, May 28, 2012
KehadiranNya Melenyapkan Kekuatiran
|
|
|
Monday, May 21, 2012
Hidup Dalam Rencana Tuhan
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam
Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan
orang yang dipuji Tuhan.”
II Korintus 10:17-18 Saudara, perlu kita ketahui bahwa iman dan ambisi itu perbedaannya tipis sekali; dan hal ini berkaitan dengan kehidupan manusia, khususnya kehidupan orang Kristen. Iman itu mencipta (create a vision), tetapi apabila iman itu mulai tercampur dengan ambisi, maka visi yang hendak kita capai akan berubah menjadi cita-cita pribadi, diantaranya mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya, bangga terhadap diri sendiri, mencari popularitas dan yang pada akhirnya akan menjadi manusia sombong. Selain itu, iman yang tercampur dengan ambisi akan menghasilkan buah-buah yang tidak baik, misalnya buah pertengkaran, perceraian atau perpisahan dan lain sebagainya. Sedangkan, apabila iman saja yang bekerja dalam kehidupan orang percaya dan tidak tercampur dengan ambisi, maka visi yang hendak kita raih akan sejalan dengan kehendak Tuhan. Selain itu, apabila kita tetap dalam iman, maka kita akan tetap aman. Allah kita adalah sang penjunan yang membentuk kehidupan manusia, khususnya orang-orang percaya untuk menjadi sesuatu yang indah dan berharga menurut pemandanganNya. Dan saat ini kita akan melihat beberapa contoh tokoh Alkitab yang mengalami pembentukan di tangan sang penjunan (Allah). Misalnya Yusuf (Kejadian 37); Yusuf adalah anak yang paling disayang oleh ayahnya yaitu Yakub. Walaupun Yusuf masih muda, tetapi ia mendapat kepercayaan dari orang tuanya untuk mengawasi saudara-saudaranya yang lain; selain Yusuf dapat dipercaya, ia juga memiliki budi pekerti serta kerohanian yang baik. Walaupun Yusuf memiliki kerohanian yang baik, tetapi ia juga mempunyai ambisi. Ambisi daripada Yusuf telah tampak ketika ia menceritakan mimpinya pada saudara-saudaranya. Adapun isi mimpi yang diceritakan oleh Yusuf adalah sebagai berikut : ketika mereka sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkas Yusuf dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas saudaranya untuk mengelilingi dan menyembah kepada berkas Yusuf. Setelah mendengar apa yang telah diceritakan oleh Yusuf maka saudara-saudaranya semakin benci kepadanya. Apalagi ia menceritakan tentang mimpinya yang lain yaitu bahwa telah tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepada Yusuf. Maka saudara-saudaranya semakin benci kepadanya, bahkan sampai ayah Yusuf menegornya. Memang, Tuhan memiliki rencana untuk membuat Yusuf sukses; tetapi Tuhan tidak ingin ambisi daripada Yusuf muncul dalam kehidupannya. Oleh karena itu Allah mengijinkan persoalan datang menimpa Yusuf, baik itu dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, kemudian dijual untuk dijadikan budak orang Mesir, difitnah oleh istri Potifar, dimasukkan kedalam penjara dan persoalan yang lain sampai pada akhirnya ia menjadi orang kedua dalam pemerintahan Firaun di negeri Mesir. Melalui kisah Yusuf ini, maka kita dapat memetik suatu pelajaran yang luar biasa. Dimana selama 13 tahun Yusuf mengalami barbagai macam penderitaan, tetapi iman daripada Yusuf tetap berjalan terus dalam kehidupannya. Memang, hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena membutuhkan waktu yang cukup panjang. Tetapi apabila iman kita tetap berjalan terus walaupun mengahadapi tantangan seperti yang dialami oleh Yusuf, maka ketahuilah bahwa Tuhan sedang mematikan segala ambisi kita dan Tuhan akan mengangkat serta memuliakan kita. Contoh yang lain adalah : kisah tentang Musa. Musa adalah seorang Ibrani yang diambil oleh Putri Firaun, kemudian dididik secara kerajaan Firaun; baik itu diberi pendidik yang baik khususnya tentang tata negera dan dilatih untuk berperang, selain mendapat perawatan sedemikian rupa. Dari didikan mereka, maka dalam diri Musa muncul suatu ambisi untuk menjadi orang yang berkuasa. Walaupun dia memiliki ambisi, tetapi ia juga diberi iman oleh Tuhan, sehingga hatinya terbeban untuk membebaskan bangsanya yaitu bangsa Israel yang diperhamba oleh Firaun. Suatu saat Musa melihat orang Mesir yang menjadi mandor dalam pembangunan itu telah memperlakukan orang Israel secara tidak wajar, maka Musa bermaksud menolong orang Israel itu dengan cara membunuh mandor tersebut. Tetapi tindakannya itu diketahui oleh beberapa orang Israel, sehingga pada saat orang Israel sedang berkelahi dan Musa mendekati untuk melerainya dan memberi nasehat, maka orang Israel tersebut menjawab : “apakah engkau mau membunuh kami seperti engkau membunuh orang mandor itu ?”. Mendengar jawaban orang Israel maka takutlah Musa karena tindakannya diketahui orang lain. Akhirnya Musa lari ke rumah Yitro untuk menggembalakan kambing domba selama 40 tahun, yang disertai dengan berbagai macam tantangan. Maka selama itulah ambisi Musa yang kuat telah diruntuhkan, sampai pada akhirnya Musa bertemu dengan Tuhan secara pribadi melalui semak belukar yang tampak terbakar. Dari sekian lama persoalan yang dialami oleh Musa telah diijinkan oleh Tuhan, karena Tuhan sedang mempersiapakan Musa untuk melakukan perkara yang besar. Contoh yang lain adalah kisah nabi Elia. Nabi Elia memiliki kuasa Allah yang luar biasa. Ia telah melakukan berbagai macam mujizat termasuk menghancurkan 450 nabi baal. Tetapi, walaupun demikian Allah tetap mengijinkan Elia mengalami ketakutan yang luar biasa ketika sedang menghadapi Izebel. Dimana Izebel hendak membunuh Elia; sehingga akhirnya Elia ingin mati saja setelah mendengar ancaman dari Izebel. Dari kejadian ini Tuhan mempunyai maksud yang indah atas diri Elia yaitu Tuhan ingin mematikan ambisi dan kesombongan daripada Elia, agar Elia tetap berjalan dengan imannya dan kuasa Tuhan tetap dinyatakan. Dari beberapa contoh diatas masih terdapat contoh-contoh yang lain, misalnya Abraham, Ruth dan lain sebagainya; mereka adalah tokoh-tokoh iman yang perlu kita teladani. Dan melalui beberapa penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu yang sedang terjadi dalam kehidupan kita pasti ada rencana yang indah, walaupun harus kita harus mengalami berbagai macam pergumulan. Sebab Allah lebih tahu, mana yang terbaik bagi kita sesuai dengan rencana dan kehendakNya, seperti pelajaran dari pekerjaan tukang periuk yang tertulis dalam kitab Yeremia 18; disana telah disebutkan “. . . . . maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Amin. |
Friday, May 11, 2012
Mempertahankan Kemerdekaan
|
|
|
Pdt. Alex Tanuseputra
Apabila kita membaca surat Paulus yang ditujukan kepada
jemaat di Galatia, maka kita akan mendapatkan nasehat atau peringatan
yang tegas; yang berbunyi : “. . . Kristus telah memerdekakan kita.
Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk
perhambaan.” (Galatia 5:1). Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen
biarlah sekali merdeka tetap merdeka (dalam pengertian merdeka secara
fisik maupun merdeka secara roh), supaya kedamaian itu tetap ada dalam
kehidupan kita untuk selama-lamanya.
Setiap makhluk tentunya membutuhkan kebebasan/kemerdekaan untuk
menjalankan kelangsungan hidup dalam dunia ini, seperti halnya yang
dialami bangsa Indonesia dimana bertahun-tahun berada dalam penjajahan
dan tahun 1945 dinyatakan telah merdeka walaupun perlu pembenahan lebih
lanjut, dan sejak tahun 1945 sampai sekarang, bangsa Indonesia mengalami
banyak tantangan dan perubahan-perubahan. Dengan adanya berbagai
tantangan dan perubahan, maka bangsa ini akan dibawa pada suatu
kedewasaan, karena semakin lama suatu bangsa itu merdeka maka bangsa itu
seharusnya mengalami kedamaian. Tetapi sebaliknya apabila suatu bangsa
yang telah merdeka, namun tidak pernah berubah untuk menjadi dewasa,
maka negara itu akan tertatih-tatih dalam menjalankan roda kehidupan.
Demikian halnya dengan kita, bahwa sejak kita menerima Yesus sebagai
Tuhan dan juru selamat, maka sejak itulah kita telah dimerdekakan dari
dosa, karena kita telah berlindung di bawah naungan darah Kristus.Tetapi apabila kita tidak pernah mengalami perubahan untuk menuju pada kedewasaan rohani, maka Kekritenan kita akan tertatih-tatih sehingga kehidupan kita tidak pernah mengalami ketentraman dan kedamaian. Apabila kita membaca surat Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Galatia, maka kita akan mendapatkan nasehat atau peringatan yang tegas; yang berbunyi : “. . . Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 5:1). Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen biarlah sekali merdeka tetap merdeka (dalam pengertian merdeka secara fisik maupun merdeka secara roh), supaya kedamaian itu tetap ada dalam kehidupan kita untuk selama-lamanya. Memang untuk mempertahankan kemerdekaan itu tidak mudah, karena kerapkali mengalami berbagai macam gangguan, terutama adanya pemberontakan-pemberontakan yang didasari oleh keinginan untuk mengutamakan diri sendiri. Hal ini terjadi seperti kisah daripada anak yang terhilang, dimana ketika ia ingin menuruti keinginan dagingnya, maka ia harus jauh dari dari bapanya, termasuk jauh dari segala apa yang dipunyai oleh bapanya. Sehingga pada akhirnya anak ini mengalami kesengsaraan yang luar biasa; bahkan hendak makan ampas untuk makanan babi saja ia tidak dapat. Tetapi setelah ia bertobat maka hidupnya dipulihkan kembali. Dari kisah ini ada suatu nasehat, yaitu supaya kita yang sudah dimerdekakan dan menjadi anak-anak Allah, janganlah sekali-kali kita berontak untuk tidak mentaati apa yang sudah menjadi ketetapan daripada firman Tuhan. Suatu ketika Yesus bertemu dengan orang lumpuh yang sedang berbaring dekat kolam Betesda, orang tersebut mengalami kelumpuhan selama 38 tahun. Sementara itu, ia sedang menantikan goncangan kolam ketika malaikat Tuhan datang untuk menggoncangkan kolam tersebut, sebab pada saat kolam itu goncang dan orang-orang yang sakit masuk ke dalam kolam itu maka segala penyakit mereka akan sembuh. Sedangkan saat itu, tidak ada seorangpun yang membantu orang itu untuk membawa pada kolam itu ketika sedang tergoncang. Pada akhirnya Yesus sendiri yang menyembuhkan orang lumpuh tersebut, tanpa harus masuk ke dalam kolam Betesda yang sedang tergoncang. Dan suatu saat orang yang sudah disembuhkan dari lumpuhnya itu bertemu dengan Yesus di Bait Allah; lalu Yesus berkata kepadanya : ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” (Yohanes 5:14) Peringatan ini tidak hanya ditujukan kepada orang lumpuh yang sudah disembuhkan, tetapi peringatan ini juga ditujukan kepada kita. Karena berapa banyak orang Kristen yang jatuh bangun dalam dosa, mereka tidak mau mempertahankan kemerdekaan yang sudah diberikan melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Dan berapa banyak orang Kristen yang giat untuk hadir dalam acara ibadah pemulihan tetapi mereka tidak mengalami pemulihan; mereka hanya ingin mendapatkan mujizat untuk dirinya, tetapi mereka tidak ada kerinduan untuk bertemu dengan Dia yang membuat mujizat itu. Yesus bertemu dengan orang yang lumpuh selama 38 tahun. Ini merupakan gambaran gereja yang mengalami kelumpuhan. Dan sejak rasul-rasul bergerak ke Asia kecil yaitu Tesalonika, Korintus, Galatia, Itali dan akhirnya sampai ke Roma, maka terjadilah pemulihan yang luar biasa, khususnya di Roma. Roma telah mengalami pemulihan yang luar biasa, bahkan seluruh penduduknya menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Mereka mendapatkan berkat secara luar biasa. Tetapi setelah politik masuk dalam gereja, maka gereja mengalami kelumpuhan. Gereja mengalami abad kegelapan selama 1900 tahun. Namun suatu saat muncul Marthin Luter yang merupakan gerakan protestan. Saat itu firman Tuhan tidak boleh dibaca oleh hamba-hamba Tuhan, sehingga gereja mengalami kelumpuhan. Kalau gereja jatuh dalam dosa lagi maka gereja itu pasti mengalami kelumpuhan. Demikian dengan kita yang sudah dimerdekakan; janganlah kita sampai jatuh oleh perkara-perkara jasmani, sebab apabila kita jatuh di dalam perkara-perkara jasmani maka keadaan kita akan semakin buruk dibanding dengan sebelumnya. Selain kisah orang lumpuh yang disembuhkan; ada kisah lain yang juga merupakan peringatan bagi kita supaya tidak lagi jatuh kedalam dosa. Kisah tersebut menceritakan mengenai perempuan yang berzinah, dimana perempuan itu kedapatan sedang berzinah dan ia harus dirajam dengan batu sampai mati, tetapi oleh karena Yesus ada ditengah-tengah mereka maka Ia menyatakan kasihNya. Pada waktu itu Yesus berkata kepada orang banyak, katanya : orang yang tidak pernah berbuat dosalah yang pertama kali melempari wanita ini. Maksud Tuhan berkata demikian adalah Ia ingin menunjukkan kasihNya yaitu mengampuni orang yang berdosa itu. Setelah Yesus berkata demikian, maka satu persatu diantara mereka pergi meninggalkan perempuan itu dan hanya Yesus yang berada disitu bersama perempuan yang hendak dirajam oleh batu itu. Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu, katanya : ”. . . . Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11b). Kisah selanjutnya adalah orang buta yang disembuhkan oleh Yesus. Ketika orang buta itu disembuhkan, maka Yesus menasehatkan orang itu, katanya : “jangan masuk ke kampung!” (Markus 8:26). Orang itu diminta untuk tidak kembali ke kampung tersebut, supaya orang itu tidak jatuh dalam dosa kembali, karena kampung tersebut dipenuhi dengan orang-orang yang hidup dalam dosa. Saudara, melalui beberapa kisah yang sudah kita pelajari, yaitu mengenai orang lumpuh disembuhkan, orang yang berzinah diampuni dosanya dan orang buta dicelikkan matanya, biarlah menjadi peringatan bagi kita supaya kita tetap mempertahankan kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan. Karena apabila kita jatuh kembali di dalam dosa, maka keadaan kita akan semakin buruk; seperti yang tertulis dalam Injil Matius 12:43-45, yang berbunyi : “ . . . . . . lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Amin. |
Wednesday, May 9, 2012
Menghormati Korban Kristus
|
|
|
Pdt. Alex Tanuseputra
“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang
berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah
manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan
dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman
kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar,
bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku
telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
Kerinduan Allah untuk bergaul dengan manusia berawal sejak manusia
berada di taman Eden, tetapi oleh karena manusia jatuh dalam dosa, maka
hubungan antara manusia dengan Allah terputus. Akhirnya Adam dan Hawa
diusir dari taman Eden. Namun bagaimanapun juga kerinduan hati Allah
untuk bergaul dengan manusia masih tetap berlangsung sampai hari ini.
Hal ini dapat dibuktikan ketika Adam dan Hawa melakukan pelanggaran,
maka Allah berinisiatif untuk menyatakan kasihNya dengan cara
menumpahkan darah dari seekor domba untuk diambil kulitnya, dan kulitnya
digunakan untuk menutupi ketelanjangan daripada manusia.(Kejadian 3:8-10) Maka sejak itulah “darah” merupakan suatu tanda korban (Kejadian 3:23-24). Kalau darah domba hanya dapat menyucikan manusia secara lahiriah, tetapi darah Kristus sanggup menyucikan sampai hati kita yang paling dalam seperti yang tertulis dalam Ibrani 9:13-14 “Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” Dan ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah karena ditengah-tengahnya ada sekat atau batas. Dan hal ini merupakan blue print (gambar perencanaan) daripada Tabernakel. Di dalam Tabernakel terdapat apa yang disebut dengan ruang maha kudus. Dan di dalam ruang maha kuduslah Allah bersemayam. Sedangkan antara ruang maha kudus dan ruang kudus telah dibatasi dengan tirai yang tebal, sehingga manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah, tetapi harus melalui perantaraan para imam yang menjadi wakil daripada umat manusia. Tetapi tabir (batas) itu menjadi pecah, karena Allah yang menjadi manusia telah menerjang tabir itu melalui penyaliban di atas golgota, sehigga saat ini kita dapat masuk ke ruang maha kudus untuk bertemu dengan Allah (Ibrani 10:19-10). Oleh sebab itu kita patut mengucap syukur senantiasa dan menghormati pengorbanan Kristus, sebab melalui pengorbanan Kristuslah kita dapat diselamatkan dan hanya oleh darahNya kita dapat masuk ke ruang maha kudus. Jadi, darah Kristus ini sangat berfungsi untuk mengembalikan pergaulan manusia dengan Allah. Tetapi berapa banyak orang yang melecehkan pengorbanan Kristus dengan cara hidup yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Padahal kita tahu bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kisah Rasul 4:12). Salah satu contoh orang yang menghormati pengorbanan Kristus adalah Maria. Maria yang selalu memperhatikan firman Allah dan dia sudah berbuat sesuatu terhadap apa yang telah dia terima dari Tuhan. Misalnya : Maria telah memberikan minyak mur dengan menuangkan pada kaki Yesus lalu ia menyekanya dengan rambutnya. Hal ini dilakukan olah Maria sebelum Yesus disalibkan (Yohanes 11:1-2). Selain mempersembahkan minyak mur, Maria juga mempersembahkan minyak narwastu (Yohanes 12:3). Enam hari sebelum Yesus disalibkan, Maria memberikan korban bagi Kristus. Dan inilah wujud iman daripada Maria selain merupakan rasa hormatnya terhadap korban Kristus. Karena imanlah dosa Maria diampuni. Sebab iman itu mendahului sesuatu yang belum terjadi. Walaupun Korban Kristus telah terjadi pada dua ribu tahun yang lalu, tetapi sampai saat ini korban itu memiliki nilai yang tiada tandingannya. Oleh karena itu kita harus menghormati korban Kristus lebih lagi. Mari kita imbangi korban kita dengan persembahan hidup kita supaya kita semakin diberkati. Sebab kalau kita perhatikan di dalam Ibrani 6 disebutkan bahwa orang yang melecehkan korban Kristus dapat dikatagorikan sebagai orang yang murtad. Sedangkan, kalau kita benar-benar menghormati korban Kristus maka tidak ada kuasa kegelapan yang mampu menggangu kita. Yesus lebih suka tinggal di Betania karena disana ada korban yang dipersembahkan, walaupun disana ada musibah yaitu kematian daripada Lazarus. Demikian dalam kehidupan kita, mungkin saat ini sedang mengalami musibah, baik itu kematian atas usaha, pekerjaan, kebahagiaan atau keharmonisan rumah tangga, tetapi biarlah kita ingat bahwa apabila kita menghormati korban Kristus dan memberikan korban persembahan bagi Tuhan, maka Allah senantiasa melawat kita. Dan apabila Tuhan melawat kita maka tidak ada yang mustahil dalam kehidupan kita. Dan kita juga harus mau menerima didikan dan peringatan dari Tuhan, sebab kalau kita perhatikan peristiwa Sodom dan Gomora yang telah diperingatkan Tuhan bahwa kota tersebut akan dijungkir balikkan tetapi karena mereka tidak mau berubah atau bertobat maka kota tersebut dijungkir balikkan. Memang, semua kejahatan adalah dosa, dan upah dosa adalah maut. Tetapi kalau kita membaca dalam I Yohanes 5:16 disana dikatakan : “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.” Dari ayat yang telah kita baca di atas disebutkan bahwa ada dosa yang tidak mendatangkan maut apabila orang yang telah berbuat dosa segera bertobat dan meninggalkan perbuatannya yang jahat. Selain itu, tindakan bertobat merupakan penghormatan terhadap korban Kristus di atas kayu salib. Amin. |
Tuesday, May 8, 2012
Tidak Hanya Sekedar Mendengar
|
|
|
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Kita percaya bahwa perlindungan Allah sangat sempurna. Dan
perlindungan Allah ini telah menjadi bagian dalam kehidupan orang yang
percaya kepada Kristus. Berlaku dan tidaknya perlindungan Allah
tergantung dari cara kita meresponi akan firman Allah, seperti yang
tertulis dalam ayat bacaan di atas. Dimana, orang yang mendengar firman
Allah dan melakukannya ia sama dengan orang yang bijaksana.“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Matius 7:24-27) Tatkala persoalan atau bahaya datang, ia akan tetap berdiri teguh sebab ada kekuatan Allah yang menopangnya. Sedangkan orang yang mendengarkan firman Allah tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh. Ketika persoalan atau bahaya menerpa dalam kehidupannya, ia mengalami penderitaan yang cukup hebat, dan pada akhirnya meninggalkan Tuhan (lepas dari perlindungan Allah). Saudara, firman Tuhan tidak hanya sekedar kita dengar, baca atau dimengerti saja. Sebab apabila hanya kita dengar dan dimengerti saja, maka tidak ada bedanya dengan orang farisi atau para ahli Taurat. Dimana mereka cukup fasih mengenai firman Tuhan tetapi untuk aplikasinya “nol”. Dan mengenai hal ini pernah disinggung oleh Tuhan Yesus, kataNya : “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Matius 23:27). Lalu bagaimana sikap kita supaya firman Tuhan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya kita dapat mencapai posisi sebagai orang yang bijaksana ? Hal yang pertama adalah : kita tidak hanya sekedar membaca atau mendengarkan firman Tuhan, tetapi kita harus sampai mendapatkan wahyu (revelation) dari apa yang kita terima. Dan setelah kita mendapatkan wahyu, maka harus kita rekam dalam hati kita, supaya kita mempunyai inspirasi. Dan inspirasi ini harus direalisasikan dalam kehidupan kita melalui pimpinan daripada Roh Kudus yang disebut dengan iluminasi (perwujudan daripada inspirasi). Sehingga pada akhirnya kita akan memiliki wisdom (hikmat) dan bertindak sebagai orang yang bijaksana. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering temui berapa banyak orang yang mengaku dirinya sebagai anak Tuhan, tetapi hidupnya tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan. Memang, mereka rajin datang ke gereja atau mengikuti seluruh kegiatan gereja. Tetapi tak satupun firman Tuhan yang mereka terima menjadi rhema dalam hidupnya, sehingga Kekristenannya tidak mengalami pertumbuhan. Semuanya ini disebabkan karena kurang adanya perhatian yang serius terhadap firman Allah, seperti yang tertulis dalam Ayub 33:14-18 “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.” Dan tidak heran jikalau orang tersebut tidak pernah mengalami mujizat dalam hidupnya. Jadi wahyu (revelation) ini sangat penting dalam kehidupan orang beriman, sebab firman Tuhan dalam Amsal 29:18a juga mengatakan : “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat, . . . .”. Dalam bahasa aslinya bahwa kata “liar” ini adalalah “ paw-rah' “ yang berarti binasa (perish) atau tidak adanya perlindungan (uncover). Untuk itu, kita tidak dapat main-main dalam Kekristenan. Apalagi saat ini kita berada pada pengujung akhir jaman, dimana segala sesuatu tidak menentu dan tidak dapat diprediksikan dengan kepandaian manusia, kecuali dengan wahyulah kita dapat berdiri kokoh. Saudara, ketika kita mulai sungguh-sungguh rindu untuk melakukan kehendak Tuhan, maka seperti apa yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:17 akan digenapi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Memang, untuk melakukan wahyu yang telah kita terima dari Tuhan itu tidak gampang karena memerlukan ketaatan, sedangkan apa yang kita terima dari Tuhan untuk dilakukan kadang-kadang sangat bertentangan dengan keinginan daging kita; bahkan seringkali tidak masuk akal untuk kita lakukan. Tetapi apabila kita mengetahui pikiran Tuhan maka kita akan melakukan apa yang menjadi kehendakNya. Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui pikiran Tuhan ? Dalam I Korintus 2:10-11 dijelaskan bahwa : “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Jadi, melalui pimpinan Roh Kudus maka kita dapat mengetahui pikiran Allah. Sedangkan orang yang tidak sungguh-sungguh dalam Tuhan, tidak akan pernah mengetahui pikiran Allah, karena firman Tuhan berkata : “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (I Korintus 2:14) Saudara, melalui beberapa penjelasan diatas, biarlah kita semakin haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan, agar kita mendapatkan wahyu dari Tuhan untuk dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari dan menjadi gaya hidup kita. Dan pada akhirnya kita akan menjadi orang yang bijaksana atau berhikmat. Dan apakah keuntungan menjadi orang yang berhikmat ? Amsal 3:13-18 berkata : “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.” Amin. |
Rahasia Di Balik KematianNya
|
|
|
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra Pelayanan Tuhan Yesus dimulai saat di padang gurun. Dia telah dicobai iblis sebanyak tiga kali, namun Dia telah benar-benar sanggup menguasai diriNya, sampai pelayananNya di taman Getsemani. Pengalaman Tuhan di taman Getsmani adalah “Obey The Lord” mutlak (Taat terhadap kehendak Allah). Memang, secara daging Tuhan Yesus saat di taman Getsmani sempat mengatakan : “Bapa kalau boleh cawan ini berlalu, tetapi bukan kehendakKu yang terjadi, melainkan kehendakMu yang terjadi.” Hal ini dilakukanNya beberapa kali sampai malaikat Allah turun menguatkan Dia. Selain ketaatan, Ia juga merasakan takut terhadap kematian yang akan segera Dia hadapi. Disini ada ketaatan yang mutlak, sampai Ia mati di atas kayu salib. Kematian Tuhan Yesus mengandung pengertian yang luar biasa. Banyak orang berpengertian bahwa kematian Tuhan Yesus hanya untuk menebus dosa saja, padahal sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam lagi. Untuk lebih jelas lagi, kita akan membaca Ibrani 9:16-18 “Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah.” Apabila kita perhatikan ayat di atas, maka kematian Yesus Kristus ada hubungannya dengan wasiat yang diberikan kepada kita. Mungkin timbul bertanya dalam diri kita : “apa yang Tuhan Yesus miliki sehingga Ia memberikan wasiat kepada kita ?”. Memang, tujuan utama Tuhan Yesus mati adalah untuk menebus dosa kita, tetapi disisi lain Ia hendak melepaskan suatu wasiat. Karena dengan kematianlah maka surat wasiat itu dapat dikatakan sah, tetapi apabila seseorang yang memberikan suatu wasiat belum mati, maka wasiat itu belum sah. Sedangkan yang memberi wasiat kepada kita sangat unik sekali, karena Ia telah mati dan pada hari yang ketiga Ia bangkit. Lalu apakah wasiat itu tidak sah lagi ?, tidak !. Karena kebangkitanNya mempersiapkan kita pada kehidupan yang kekal. Kalau demikian, betapa kayanya kita semua yang mendapat anugerah yang luar biasa. Tetapi kalau kita hanya menjadi orang Kristen yang bertumbuh lambat (tidak pernah dewasa) dan tidak mengerti hal ini maka kita tidak akan menikmati berkat ini. Kuasa kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat dan puji-pujian ini sebenarnya sudah dijanjikan oleh Allah kepada Abraham dan keturunannya, meskipun untuk mendapatkan penggenapannya harus mengalami berbagai macam tantangan. Tetapi kita akan melihat salah satu contoh keturunan Abraham yang mendapat hak waris secara langsung dari Allah, yaitu Yakub. Yakub memang tidak menerima warisan secara siklus, seperti yang Ishak terima dari Abraham. Tetapi Tuhan memberikan berkat secara luar biasa kepada Yakub, yaitu dua pasukan yang besar. Padahal ketika Yakub keluar dari rumah, ia hanya membawa sebuah tongkat. Namun melalui tongkat inilah setiap orang dapat membaca riwayat Yakub. Karena, setiap kali Yakub bertemu dengan Tuhan atau mengalami pertolongan Tuhan, ia selalu mengukir kisah perjalanannya pada tongkat itu (Kejadian 32:9-10). Lalu siapa saja yang berhak menerima hak waris dari Allah ?
1. Mereka Yang Disebut Sebagai Anak.
Supaya kita disebut sebagi anak Allah, maka kita harus percaya kepada Tuhan Yesus. Karena ketika pertama kita percaya kepada Kristus; maka kita telah mendapat meterai dari Roh Kudus. Dan Roh itulah yang bersaksi bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah, . . . . . (Roma 8:16-17). Dan jikalau kita adalah milik Kristus, maka kita juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (Galatia 3: 29). Lalu, apakah meterai Roh itu cukup bagi kita ? tidak. Kita perlu dibaptis dalam roh. Karena baptisan Roh Kudus mengandung arti bahwa kita sedang masuk dalam sengsara Kristus dan dibangkitkan bersama Kristus, agar terjadi kelahiran baru. Melalui manusia baru inilah kita berhak memiliki hak waris tersebut. Dan apakah cukup hanya sampai dibaptis Roh Kudus ?, tidak. Karena kita perlu dipenuhi oleh Roh Kudus. Tatkala kita dipenuhi Roh Kudus, maka keluarlah buah-buah roh dalam kehidupan kita yang pada akhirnya kita senantiasa diurapi oleh Roh Kudus. Dan salah satu ciri orang yang dipenuhi serta diurapi oleh Roh Kudus adalah ia memiliki kerendahan hati, penguasaan diri dan hidup taat terhadap kehendak Allah. Karena tanpa kerendahan hati, penguasaan diri dan taat terhadap kehendak Allah, maka tidak mungkin kita akan menerima warisan tersebut (Mazmur 37:11,22,29 &34; Filipi 2:5-9).
2. Mereka Yang Hidup Dalam Roh (Roma 8:17-19)
Orang yang hidup dalam Roh, setiap langkah-langkah kehidupannya
senantiasa dipimpin oleh Roh Kudus dan bukan dikuasai oleh keinginan
daging. Dan orang yang hidupnya dikuasai oleh keinginan daging tidak
akan melihat kehidupan karena keinginan daging adalah mati, tetapi
keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Selain itu keinginan
daging merupakan perseteruan dengan Allah. Jadi mana mungkin orang yang
hidup menurut keinginan daging dapat disebut sebagai ahli waris kerajaan
Allah, sedangkan yang memberi hak waris adalah Allah. Memang hidup menurut Roh itu sangat menderita buat daging kita, tetapi penderitaan inilah yang membuat kita berhenti untuk berbuat dosa, seperti yang tertulis dalam I Petrus 4:1 ”Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.
3. Mereka Yang Hidup Dalam Kedewasaan (Galatia 4:1-3)
Setiap anak berhak untuk mendapatkan warisan, tetapi dengan syarat :
anak tersebut harus sudah akil balig atau dengan kata lain anak tersebut
sudah dewasa. Karena apabila anak tersebut belum dewasa, maka anak
tersebut masih dibawah perwalian. Demikianlah Kekristenan kita, apabila
Kekristenan kita belum mengalami kedewasaan, maka kita belum layak untuk
menerima warisan itu. Dan orang yang Kekristenannya belum dewasa
memiliki kecenderungan untuk melakukan dosa, karena mereka masih
terpengaruh oleh roh-roh dunia.Oleh sebab itu marilah kita semakin giat dalam mengikut Tuhan, dengan menaruh kepercayaan kita sepenuhnya kepada Kristus dan hidup menurut kehendak Roh untuk menuju Kekristenan yang dewasa. Agar segala apa yang dijanjikan oleh Tuhan akan tergenapi dalam kehidupan kita, Amin. |
Tuesday, May 1, 2012
Tetaplah Setia
|
|
|
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra Ayat Bacaan: Lukas 16:10-13 Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Saudara, firman Tuhan jelas menegaskan bahwa : "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10). Janji ini bukanlah sekedar untuk menghibur hati kita, tetapi janji ini merupakan hal yang perlu kita buktikan dalam kehidupan kita. Memang untuk mencapai perkara yang besar tidak semudah kita membalikkan telapak tangan, tetapi perlu perjuangan. Karena dari sinilah akan terlihat apakah kita setia atau tidak, karena bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang sulit untuk memberkati kita, tetapi Tuhan ingin melihat sejauh mana kesetiaan kita kepada Dia. “Successful Bethany Families” merupakan pengalaman yang Tuhan berikan kepada kita dalam pelayanan sebelumnya. Kita percaya, bahwa Tuhan tetap memberikan keberhasilan sampai hari ini. Tetapi ingat, janganlah kita langsung berdoa untuk sukses, tetapi berdoalah untuk “faithfulness”/setia. Sukses adalah akibat dari kesetiaan. Kita harus setia kepada Allah kita, Tuhan Yesus Kristus. Kita semua ingin pelayanan kita berhasil. Kalau kita setia dalam perkara kecil, maka Tuhan memberikan kita perkara yang besar. Kalau kita tidak benar dalam perkara yang kecil, maka kita juga tidak benar dalam perkara yang besar. Sejak kita diselamatkan maka kita banyak mengalami mujizat. Kita percaya bahwa Roh Kudus tinggal dalam hidup kita. Dengan berkembangnya iman yang ada dalam hidup kita, maka hal itulah yang membuat kita berharap kepada Dia, termasuk dalam hal kebutuhan fisik; dan pada akhirnya kita diberkati. Karena kita percaya kepada Allah, maka Ia memberi kepercayaan kepada kita, dimulai dari hal yang kecil. Masing-masing kita sudah dipercaya Tuhan. Bukan hanya kita yang berharap kepada Tuhan, tetapi Tuhan juga mengharapkan kita untuk melakukan perkara-perkara yang lebih besar lagi. Untuk itu, kesetiaan kita harus memiliki muatan iman, harap, dan kasih. Pada tahun 2000, saya (Pdt. Abraham Alex T.) menerima faximile dari Yerusalem, yang berkata, bahwa “Kalau engkau setia dalam perkara kecil, maka Tuhan akan memberikan perkara yang lebih besar. Bahkan engkau akan menerima yang terbesar.” Waktu itu saya berpikir bahwa cukup hanya dengan membangun Graha Bethany Nginden saja. Tetapi Tuhan ingin menunjukkan sesuatu yang tidak pernah timbul dalam hati saya maupun saya bayangkan. Tuhan mau supaya saya melakukan perkara yang terbesar dan bukan besar saja. Ini menjadi suatu pemikiran dalam hati saya untuk melakukan perkara yang lebih besar lagi. Puji Tuhan, kalau Tuhan menuntun untuk membangun Graha Bethany Nginden, maka untuk Menara Jakarta, Tuhan pasti membuka jalan. Sampai hari ini banyak mujizat dan perkara besar yang kami alami dalam hidup ini. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia. Berdoalah agar kita tetap setia. Kalau kita setia kepada Tuhan, maka kita mulai diberikan kepercayaan oleh Tuhan walaupun didahului dengan perkara yang kecil. Dan apabila kita tetap setia, maka perkara yang lebih besar lagi akan diberikan Tuhan. Tuhan juga menghendaki agar kita tetap setia kepada Dia untuk jangka pendek, jangka panjang, dan jangka kekal selama-lamanya. Tuhan ingin agar di dunia ini kita menjadi milik-Nya demikian juga di sorga yaitu untuk selama-lamanya. Lalu, bagaimana jikalau kita jauh dari kesetiaan ? firman Tuhan mengingatkan : “Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?” (Lukas 16:11). Mamon adalah gambaran sesuatu yang kecil, sesuatu yang dapat lenyap (tidak kekal). Bahkan sifat mamon itu tidak jujur karena dia dapat berubah-ubah, dan pengaruhnya sangat buruk. Karena mamonlah seseorang dapat menjadi sombong (musuh Allah), arogan dan lain sebagainya. Dan sebagai salah contoh yang perlu kita ingat adalah kisah daripada Lucifer, dimana Allah sebenarnya ingin menjadikan Lucifer menjadi tangan kanan-Nya untuk proyek Kerajaan Allah. Tetapi sayang, Lucifer tidak setia sehingga dia harus mengalami kegagalan. Saat gagal itu, maka dia dibuang. Proyek Allah pada waktu itu menjadi “gagal”. Sepertiga malaikat yang ada di sorga telah dirusak dan diseret oleh Lucifer. Akhirnya Tuhan memperbaiki lagi alam semesta ini dengan menciptakan langit, bumi, terang dan lain sebagainya. Lalu Allah menciptakan Adam dan Hawa. Allah berharap mereka beranak cucu dan memenuhi bumi. Allah berjanji memberkati mereka. Karena pengalaman-Nya dengan Lucifer, Allah menguji Adam dan Hawa. Merekapun gagal dalam kesetiaan dan diusir dari Taman Eden. Dan pada waktu zaman Nuh, Allah kesal dan membinasakan manusia, kecuali Nuh dan keluarganya. Allah telah mengingat Nuh karena Nuh adalah orang yang setia dalam kesalehannya. Sehingga pada akhirnya anak cucu Nuh menjadi semakin banyak, namun sayang, dalam generasi berikutnya mereka mendirikan Babel. Dan pada akhirnya Babel dihancurkan oleh Tuhan, karena mereka tidak setia lagi kepada Tuhan. Mereka mencoba melawan Allah dengan kesatuan mereka. Dan pada generasi berikutnya Allah mencari orang yang tetap setia kepadaNya dan dapat dipercaya, maka Salomo dipercaya dengan hikmat dan kekayaan yang luar biasa, tetapi ia sendiri tidak bisa dipercaya. Mamon yang ada pada Salomo tidak disertai dengan kejujuran terhadap Allah dan terhadap dirinya sendiri, sehingga Salomo mengobral mamon dengan istri dan gundik yang banyak. Saudara, dari sekian banyak pengalaman-pengalaman telah tampak adanya suatu kegagalan, tetapi ada satu proyek Tuhan yang tidak gagal, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sampai di atas kayu salib, Dia tetap setia. Dia tidak pernah berubah dulu sekarang dan selamanya. Dia bukan mamon yang tidak jujur, Dia yang jujur dan berhasil dan tidak pernah gagal. Berpautlah kepada Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Kita beriman, berharap dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus yang tidak berubah dulu, sekarang dan selamanya. Amin. |
Bagaimana Posisi, Kondisi & Fungsi Kita ?
|
|
|
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra Ayat Bacaan : Bilangan 16:1-5 Dalam ayat bacaan di atas telah menceritakan kisah mengenai pemberontakan daripada Korah bersama teman-temannya. Mereka tidak menyadari bahwa Allah membawa bangsa Israel untuk keluar bersama-sama dari tanah Mesir, melintasi laut Kolsom, menikmati manna di padang gurun dan mengalami banyak mujizat, namun Korah dan teman-temannya yang termasuk orang-orang pintar merasa tidak puas dengan kepemimpinan daripada Musa dan Harun. Padahal Musa adalah seorang nabi yang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan yaitu Mesir menuju tanah Perjanjian yaitu Kanaan. Sebenarnya Korah beserta teman-temannya tahu bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka, tetapi Korah mempunyai motifasi yang lain sehingga melakukan pemberontakan; hal ini sama dengan Korah memberontak terhadap Tuhan. Dan akibat dari pemberontakan tersebut maka tanah terbuka lebar, sedangkan Korah dan teman-temannya masuk dalam tanah yang terbuka itu, kemudian tanah itu tertutup kembali, sehingga mereka terkubur hidup-hidup. Melalui kisah ini kita akan menemukan suatu nilai kebenaran yang akan membawa kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, terutama pada ayat ke 5. Dimana pada ayat tersebut berbicara tentang posisi, kondisi dan fungsi. Dengan demikian kita akan belajar mengenai apa yang dimaksud dengan posisi, kondisi dan fungsi : 1. PosisiApakah posisi kita tetap menjadi kepunyaan Tuhan atau tidak ?Untuk itu perlu kita ingat baik-baik bahwa kita telah dibeli dengan harga yang lunas dan hanya dalam Kristus ada penebusan. Dengan demikian, apabila kita sudah menjadi milikNya maka kita disebut sebagai anak-anak Allah. Dan apabila kita sebagai anak Allah, tentunya hidup kita dipimpin oleh Roh Allah dan bukan hidup menurut kehendak kita sendiri. Sebab firman Tuhan berkata : “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14). Selain itu, jikalau kita sebagai anak Allah maka kita akan menerima kuasa; seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:12,”Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Oleh karena itu, jangan kita takut atau kuatir dalam menjalani hidup ini sebab kerajaan sorga telah turun atas kita sekalian, sehingga kita berada dalam kerajaan AnakNya; seperti yang tertulis dalam Kolose 1:13 ”Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih.” Walaupun demikian, masih banyak orang yang ragu-ragu tentang hal ini. Banyak orang yang merasa miskin, minder atau tak dapat berbuat apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak menghargai posisinya sebagai anak Allah. Apakah kita termasuk diantara mereka ? Kita sebagai anak tentunya terus bertumbuh sehingga kita menjadi mempelai Kristus yang pada akhirnya seperti yang dikatakan dalam Efesus 5:31-32. Hubungan Kristus dengan jemaat seperti suami-istri. Janganlah kita menjadi anak yang terhilang. Tetapi menjadi anak yang sudah kembali kepada kepunyaan Allah. Atau jangan sampai kita seperti tunangan yang kehilangan kasih mula-mula. Janganlah kita memadamkan Roh, mendukakan Roh, terlebih menghujat Roh, supaya kita tidak seperti Korah yang tidak ada ampun. Oleh sebab itu, apa yang telah kita awali oleh Roh janganlah kita akhiri dengan daging, supaya kita sekali selamat tetap selamat selamanya. Salah satu contoh yang buruk adalah Saul. Dimana Saul adalah orang yang diurapi Tuhan, tetapi tatkala Daud muncul, Saul mulai cemburu dan berusaha untuk membunuh Daud, sehingga pada akhir hidup Saul, dia tidak dikenal oleh Tuhan, dan hidupnya berakhir sangat mengenaskan. 2. KondisiApakah kondisi kita tetap hidup dalam kekudusan atau tidak ?3. FungsiApakah kita masih berfungsi sebagai imam yang membawa umat Tuhan; baik itu keluarga, kelompok FA ataupun jemaat untuk berfellowship dengan Tuhan ?Pada jaman purba sama dengan jamam perjanjian baru. Tuhan mengangkat kita menjadi imamat yang rajani. Kita berfungsi sebagai imam. Seorang imam berfungsi untuk melakukan perkara-perkara yang besar maupun kecil. Dengan diangkatnya kita sebagai imam maka kita dapat bergaul karib dengan Tuhan. Roh Kudus telah memfungsikan kita untuk melakukan perkara yang besar. Dan kalau Tuhan bisa memfungsikan saya (Pdt. Alex T.) maka Tuhanpun akan memfungsikan kita semua. Amin. |
Kita Membutuhkan Tuhan
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Salah satu contoh : Ketika saya membangun beberapa gereja di Mojokerto, saya benar-benar membutuhkan Tuhan sehingga pembangunan itu berhasil. Namun yang perlu disayangkan adalah ketika saya berhasil dan selesai membangun gereja, saya mulai kendor dan mulai tidak membutuhkan Tuhan lagi. Dan ketika saya (Pdt. A. Alex Tanuseputra) pindah ke Surabaya, saya berada dalam kondisi nol. Namun saat saya membangun gereja Bethany Manyar saya membutuhkan Tuhan. Dan dalam waktu 7 tahun, pembangunan gereja Bethany Manyar telah selesai. Lalu saya mulai kendor dan tidak berdoa lagi sehingga saya mengalami berbagai gelombang. Dan puji Tuhan, Allah mempercayakan saya untuk membangun Bethany Nginden. Dalam pembangunan gereja Bethany Nginden saya mengalami berbagai pergumulan, apalagi saat membangun sempat dilanda krisis moneter sehingga biaya untuk pembangunan sangat meningkat, belum termasuk tantangan dari luar. Tetapi saat itulah saat kembali membutuhkan Tuhan, sehingga pembangunan gereja Bethany Nginden selesai. Setelah pembangunan gereja Bethany Nginden selesai, maka saya mulai kendor lagi, sehingga banyak persoalan datang. Dan disitulah Allah mempercayakan saya untuk membangun Menara Doa Jakarta. Dalam kondisi perekonomian seperti ini untuk Menara Doa dengan dana triliunan itu sangat mustahil, tetapi saya percaya ketika kita membutuhkan Tuhan maka tidak ada sesuatu yang mustahil, sebab Dia adalah Allah yang luar biasa. Begitu pula ketika saya sakit, saya sangat membutuhkan Tuhan sebab saya sadar tanpa Tuhan, maka saya tidak dapat berbuat apa-apa.
Dari serentetan kisah perjalanan hidup saya di atas intinya adalah bahwa kita harus senantiasa membutuhkan Tuhan dalam berbagai keadaan; baik dalam keadaan sukses maupun saat mengalami pergumulan, karena itu merupakan kerinduan Tuhan agar umatNya membutuhkan Dia. Dan oleh kemurahan Tuhan sehingga sampai saat ini saya masih melayani Tuhan.
Ada beberapa ciri yang membuktikan bahwa seseorang itu membutuhkan Tuhan :
1. Berdoa
Dalam Roma 8:16-17, disebutkan bahwa Roh itu bersaksi dengan roh kita pada waktu kita berdoa. Untuk itu apabila kita membutuhkan Tuhan maka kita harus berdoa, agar kita menerima janji Tuhan sebagai ahli waris. Sedangkan bagi orang yang berada di luar Tuhan tidak ada jaminan atas segala doa yang sudah dipanjatkan, karena mereka bukan ahli waris kerajaan Allah. Dan ketika kita berdoa, saya (Pdt. A. Alex T.) senantiasa mengajak jemaat berdoa dalam bahasa roh. Ada alasan yang mendasar mengapa saya mengajak berdoa dengan bahasa roh. Hal ini dapat kita lihat dalam I Korintus 14:2 ”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.” Jadi orang yang berbahasa roh itu sedang berkata-kata dengan Tuhan, dan hal ini bisa dilakukan di setiap waktu. Orang yang berdoa dengan bahasa roh maka orang tersebut membangun dirinya sendiri dalam pengertian bahwa dia sangat membutuhkan Tuhan dan meyakini bahwa Tuhan adalah Imanuel, dan jemaat yang membutuhkan Tuhan, pasti jemaat tersebut suka berdoa. Dan apabila kita berdoa maka Tuhan akan memenuhi segala apa yang menjadi kebutuhkan kita. Saudara, ketika kita tunduk kepala dan berdoa, maka kita sedang masuk alam roh dan Roh Kudus akan membantu kita dalam segala keluhan kita yang tidak terucapkan (Roma 8:26). Oleh karena itu mariah kita merubah kehidupan kita supaya suka berdoa.
2. Membaca Firman Tuhan
Dalam Injil Yohanes 15:7 menjelaskan bahwa orang yang tinggal dalam Tuhan dan Tuhan tinggal di dalam dia maka apa saja yang mereka minta, Tuhan akan genapi. Jadi kita tidak cukup berdoa saja tetapi firmanNya harus tinggal dalam kita melalui pembacaan firman Tuhan; dan terlebih itu kita tinggal dalam kebenaran firman Tuhan. Dalam ayat lain juga disebutkan : ”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Selain itu, ketika kita membaca firman Tuhan maka disitulah kita mengerti dan memiliki pikiran Kristus, yaitu pikiran yang tidak terselami oleh pikiran manusia karena pikiran itu di luar logika manusia; misalnya : lima roti di tambah dua ekor ikan telah sanggup memberi makan lima rimu orang, orang buta sejak lahir bisa melek, dan juga kisah tentang Lazarus, meskipun ia sudah meninggal 4 hari tetapi dapat dibangkitkan kembali oleh Yesus. Kalau kita membaca firman Tuhan maka akan muncul visual (gambaran) dan Roh yang ada dalam diri kita akan bekerja, sehingga apa yang kita bayangkan akan terwujud asalkan kita tidak meninggalkan iman, karena kita harus terus bertumbuh dalam pengharapan. Terlebih itu, hidup kita harus ada muatan kasih, karena hidup kita akan terarah sesuai dengan kehendakNya.
3. Melayani Tuhan Orang yang membutuhkan Tuhan tentunya juga melayani Tuhan
Roma 12:1 berkata, ” . . . supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Jadi apabila kita membutuhkan Tuhan maka kita harus aktif melayani untuk memenangkan jiwa. Namun bukan berarti kita tidak bekerja; karena yang dimaksud disini adalah selain kita bekerja kita juga harus melayani Tuhan sesuai dengan talenta yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita. Dan perlu kita ketahui bahwa berkat Tuhan itu akan kita terima apabila kita membutuhkan Tuhan.
Saudara, apabila kita membaca di dalam Mazmur 63:2, maka kita temukan kehidupan raja Daud mengalami seperti yang kita alami. Dari kecil ia membutuhkan Tuhan sebab ia sering menghadapi bahaya. Ketika ia menggembalakan domba, ia harus berhadapan dengan singa, beruang, tetapi semuanya dapat dikalahkan. Di dalam diri Daud ada kekuatan ilahi. Dan pada waktu ia sukses, orang lain mulai iri hati kepadanya yaitu Saul. Tetapi Daud tetap membutuhkan Tuhan, dan ia semakin sungguh-sungguh mendekat dengan Tuhan dan memegang janji Tuhan sampai ia menjadi raja. Dan ketika ia menjadi raja, maka mengalami banyak kemenangan demi kemenangan. Tetapi suatu saat ia tidak pergi berperang melainkan menikmati segala keberhasilannya, sedangkan seluruh pasukannya bertempur, akhirnya ia jatuh dalam dosa ketika melihat Batsyeba sedang mandi. Kemudian ia bertobat dan dipulihkan lagi kehidupannya oleh Tuhan. Namun pada akhirnya ia jatuh kembali dalam dosa ketika ia mulai menghitung jumlah pasukannya. Jadi intinya bahwa setiap umat pilihan Tuhan harus senantiasa membutuhkan Tuhan.
Oleh sebab itu biarlah roh, jiwa dan tubuh kita dapat dibuktikan bahwa kita sangat membutuhkan Tuhan. Amin.
Subscribe to:
Posts (Atom)