Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Saturday, May 14, 2011

Hidup Yang Diubahkan

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Graha Bethany Nginden


“Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.”

Ibrani 11:32-34


Dalam Ibrani pasal 11 telah dituliskan nama-nama para saksi iman yang dimulai dari Habel, Henokh, Abraham, Ishak dan Yakub, termasuk nama-nama yang tertulis di dalam ayat 32. Diantara nama-nama yang tertulis dalam ayat 32, kita akan mempelajari salah satu daripada saksi-saksi iman, yaitu Yefta.

Yefta adalah saksi iman yang memiliki level iman yang dipersamakan dengan Gideon, Barak, Simson, Daud, Samuel dan para nabi lainnya. Dalam hal ini, tentunya ada sesuatu dalam diri Yefta, sehingga imannya dipersamakan dengan para nabi yang telah disebutkan di atas. Sebelum kita meneliti lebih jauh iman daripada Yefta, terlebih dahulu kita akan melihat bagaimana latar belakang daripada Yefta. Sebab latar belakang Yefta benar-benar tidak mendukung dia untuk menyandang predikat sebagai sebagai saksi iman yang sejajar dengan para nabi. Oleh sebab itu, untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi, kita akan membaca Hakim-hakim 11:1-3, yang berkata : “Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya : Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain. Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia.”

Berdasarkan ayat-ayat yang telah kita baca diatas, maka kita mulai mengetahui bahwa ternyata Yefta memiliki latar belakang yang buruk; ia adalah keturunan dari seorang wanita sundal yang tidak jelas asal-usulnya, sedangkan ayah Yefta adalah Gilead yang juga termasuk keturunan dari suku yang terendah moralnya. Gilead sebenarnya mempunyi istri yang sah, tetapi ia masih selingkuh dengan seorang perempuan sundal sehingga lahirlah Yefta. Memang, kalau ditinjau secara garis keturunan bahwa Gilead adalah keturunan daripada Yakub yang lahir dari suku Manasye, tetapi karena suku Manasye kawin dengan suku-suku di luar Israel maka keturunannya menjadi jelek yaitu suku Gilead. Ketika anak-anak Gilead masih kecil; baik itu anak dari istrinya yang sah maupun anak dari wanita sundal yaitu Yefta, mereka telah hidup bersama-sama. Namun setelah mereka dewasa, maka diusirlah Yefta dari tengah-tengah mereka karena Yefta lahir dari perempuan lain. Dan akhirnya Yefta lari ke tanah Tob yaitu tempat dunia hitam.

Atas dasar latar belakang yang telah tertera di atas, maka akan timbul pertanyaan : Mengapa Yefta disejajarkan dengan para nabi-nabi; bukankah dia lahir dari latar belakang yang buruk ?. Saudara, perlu kita ketahui bahwa Allah memiliki kedaulatan yang tinggi untuk menentukan kehidupan manusia. Dan apabila Tuhan memilih seseorang, maka Tuhan tidak memandang latar belakangnya, termasuk Yefta yang mendapat kemurahan dari Allah secara luar biasa. Hal ini tercantum dalam Hakim-hakim 11:29 yang berbunyi : “Lalu Roh Tuhan menghinggapi Yefta; . . . . “. Demikianlah halnya dengan kehidupan kita, yang juga mendapat kemurahan yang luar biasa melalui percaya kepada Kristus. Sebab barangsiapa percaya kepada Kristus maka Roh Allah akan tinggal dalam kehidupan kita, dan apabila Roh Allah tinggal dalam kehidupan kita maka kita juga akan diubahkan, meskipun kita yang dulunya memiliki latar belakang yang buruk.

Banyak agama yang ingin manunggal dengan Roh Allah, dan bahkan ada suatu kepercayaan yang didasari dengan budi pekerti yang baik dan hukum-hukum yang menuntun untuk berbuat baik, tetapi setelah mereka berbuat baik mereka tetap tidak mendapatkan Roh Allah. Lalu bagaimana kita mendapatkan Roh Allah atau manunggal dengan Roh Allah ?. Dalam Kisah Para Rasul 2:38 dikatakan : “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Jadi, supaya kita mendapat karunia Roh Kudus, kita harus bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus lalu dibaptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Walaupun banyak orang memiliki latar belakang yang baik, tetapi tanpa percaya kepada Tuhan Yesus Kristus maka Roh Allah tidak akan pernah tinggal pada orang itu.

Selain Yefta yang mendapat kemurahan Allah, ada pula seseorang bukan orang Israel yang mendapat kemurahan Allah yaitu Koresh (Raja Persia). Koresh adalah orang yang tidak mengenal Tuhan atau berasal dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan, tetapi Allah memakai dia secara luar biasa. Dalam hal ini membuktikan bahwa Allah mempunyai kedaulatan yang tinggi dalam melakukan tindakannya. Oleh sebab itu jangan batasi kuasa Allah yang sedang bekerja dalam kehidupan kita saat ini. Karena Tuhan akan mengadakan perubahan secara luar biasa bagi orang yang meresponi akan lawatan Roh Kudus. Tetapi jikalau kita tidak meresponi kehadiran Roh Kudus, maka kita tidak akan mendapatkan lawatan Allah yang membawa kepada perubahan yang besar pada kehidupan kita. Kenyataannya, berapa banyak orang yang tidak sanggup melihat manifestasi daripada kuasa Roh Kudus. Karena mereka menganggap bahwa manifestasi Roh hanya terjadi pada jaman nabi-nabi atau jaman para rasul.

Oleh sebab itu, marilah kita meresponi akan pekerjaan Roh Kudus yang saat ini sedang berlangsung di dalam kehidupan kita. Dan janganlah kita membatasi kuasa dan karyaNya hanya karena memandang latar belakang kita, tetapi bersyukurlah senantiasa atas anugerahNya yang diberikan kepada kita menjelang kedatanganNya yang kedua kali; terlebih itu janganlah hendaknya kerajinan kita kendor, biarlah roh kita menyala-nyala dalam melayani Tuhan.

Amin

No comments:

Post a Comment