Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
“Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”
I Korintus 11:1
Saudara, apabila kita membaca ayat di atas yang merupakan pernyataan daripada Paulus, maka kita mengetahui bahwa pengiringan Paulus kepada Tuhan sungguh-sungguh mantap. Kata “jadilah pengikut” bukan berarti Paulus ingin menguasai orang yang diajarnya atau supaya dirinya dikultuskan, tetapi ia ingin setiap orang yang diajarnya benar-benar meneladani apa yang ia lakukan seperti halnya ia telah meneladani pribadi Kristus. Oleh karena itu, hal utama yang akan kita bahas disini adalah menjadi pengikut Kristus dan bukan pengikut Paulus.
Dan disini kita akan sedikit belajar bagaimana Paulus mengikut Kristus. Paulus tetap rendah hati dalam mengikut Kristus, walaupun ia memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dibanding dengan orang lain. Selain itu, ia menyadari bahwa dihadapan Tuhan dirinya tidak ada apa-apanya dan juga ia tidak menganggap bahwa dirinya adalah seorang pemimpin, sebab ia meyakini perkataan Tuhan Yesus yang tertuang dalam Injil Matius 23:8-11 : “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Jelas disini bahwa Tuhanlah pemimpin kita; walaupun Paulus sempat mengatakan “ikutlah aku sama seperti aku mengikut Kristus” itu bukan berarti bahwa Paulus dapat disebut pemimpin, karena firman Tuhan berkata : “jangan seorangpun menyebut dirinya pemimpin atau bapa.” Seandainya Paulus menempatkan dirinya sebagai pemimpin maka pada generasi berikutnya akan mengalami polusi secara rohani. Jadi pemimpin yang satu-satunya adalah Kristus.
Lalu bagaimanakah cara pemimpin kita (Tuhan Yesus) dalam memimpin dunia ini ? Ada beberapa hal yang dimiliki dan menjadi bagian dalam hidupNya, untuk memimpin dunia ini.
Yang pertama adalah Penguasaan Diri.
Ketika Ia memulai pelayananNya di bumi ini, Ia telah belajar mengenai penguasaan diri. Salah satu contoh, yaitu : tatkala Ia dicobai oleh iblis di padang gurun sebanyak tiga kali, Ia telah sanggup mengalahkan cobaan itu. KesanggupanNya dalam mengalahkan cobaan itu dikarenakan ia telah belajar akan penguasaan diri, yaitu melalui puasa selama 40 hari (Matius 4:1-11). Memang Yesus itu lahir dari Roh dan firman, tetapi ia terdiri dari daging juga. Tuhan Yesus mengerti bahwa dengan penguasaan diri, maka cobaan iblis yang memancing hawa nafsunya untuk melakukan dosa dapat dikalahkan. Dan perlu kita tahu bahwa Roh Allah dapat bekerja dengan leluasa apabila penguasaan diri ada dalam diri kita dan keinginan daging telah ditaklukkan. Memang, secara tidak sadar kadang-kadang muncul pertanyaan : “Mengapa Roh Allah tidak dapat bekerja secara luar biasa, apakah metode-metode atau program yang kita lakukan kurang bagus ?. Roh Allah tidak bekerja secara luar biasa bukan karena metode atau program yang kurang bagus, tetapi semuanya itu disebabkan oleh karena kita masih hidup dalam kedagingan dan hawa nafsu. Oleh karena itu, saat kita sedang berpuasa untuk melatih penguasaan diri kita, maka Roh Allah itu akan muncul dan bekerja secara luar biasa. Namun berapa banyak orang justru memadamkan atau mendukakan Roh dengan kedagingannya. Jadi kalau kita mengikut Kristus, dan Roh Allah berkuasa dengan sepenuhnya atas kita, maka kita akan sanggup melakukan perkara yang besar. Sebab semakin kita hidup dalam penguasaan diri maka Roh Allah semakin muncul dalam kehidupan kita dan kuasa Tuhan akan bekerja tanpa batas. Apabila kita menggunakan pedoman penguasaan diri maka segala karunia buah-buah Roh Kudus akan muncul dengan subur. Dan apa artinya kita berpendidikan tinggi tanpa adanya penguasaan diri dalam hidup kita. Dan ini bukan berarti kita tidak boleh berpendidikan tinggi, tetapi yang dimaksud disini adalah : penguasaan diri merupakan prioritas utama.
Hal yang kedua adalah Taat Terhadap Kehendak Tuhan (Obey The Lord)
Selain penguasaan diri, ada hal yang tidak kalah pentingnya yaitu ketaatan. Kita semua tahu bahwa manusia pertama kali jatuh dalam dosa disebabkan karena ketidaktaatannya terhadap kehendak Tuhan. Tetapi disini kita akan belajar dari pemimpin agung kita yaitu Tuhan Yesus mengenai ketaatan. Sejauh mana ketaatan daripada Tuhan Yesus terhadap Bapa ? ketaatan Tuhan Yesus terhadap Bapa adalah sampai kematiannya di atas kayu salib, seperti yang tertulis dalam Filipi 2:5-11 “. . . . . Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Memang secara manusia, Tuhan Yesus tidak sanggup menghadapi pergumulan yang sedang Ia jalani yaitu harus mengalami penderitaan yang berat, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Karena terlalu beratnya penderitaan yang Ia tanggung, sampai Tuhan Yesus berdoa sebanyak tiga kali dengan kata-kata yang sama seperti yang tertulis dalam Matius 26:39 “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Tetapi oleh karena ketaatanNya, Ia menyerahkan sepenuhya ke dalam tangan Bapa, walaupun berat rasanya untuk dapat menanggung semua penderitaan itu. Dan pada akhirnya Ia ditinggikan dan diberi kuasa baik di bumi maupun di surga.
Selain kita belajar dari ketaatan Tuhan Yesus, kita akan melihat contoh tokoh lain yang juga taat terhadap kehendak Tuhan, yaitu Abraham. Ketika Abraham menantikan untuk mendapatkan seorang anak Ia menunggu sampai usia yang sangat lanjut. Dan ketika janji untuk mendapatkan seorang anak sudah tergenapi, lalu Tuhan berkata supaya anak itu dipersembahkan kepada Tuhan. Walaupun secara manusia ia merasa kecewa, tetapi karena ketaatannya justru membuahkan hasil yang luar biasa. Dimana Tuhan menjadikan Abraham sebagai bapa segala bangsa dan keturunannya menjadi bangsa yang besar sesuai dengan janji Tuhan.
Melalui penjelasan diatas, marilah kita senantiasa belajar hidup dalam penguasaan diri dan taat terhadap kehendak Tuhan, supaya kita tetap berkenan di hadapan Tuhan dan pelayanan kita tidak sia-sia. Amin.
No comments:
Post a Comment