Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Setiap mahkluk hidup yang ada dalam bumi ini pasti mengalami apa yang disebut dengan Pertumbuhan. Dan masing-masing pertumbahan tidak selalu sama walaupun jenis mahkluk tersebut sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat dan ada pula yang betumbuh secara lambat.
Pertumbuhan diawali dari kelahiran. Tanpa ada kelahiran maka selamanya tidak ada apa yang disebut dengan pertumbuhan. Demikian dalam Kekristenan, tanpa ada kelahiran baru maka tidak mungkin seseorang dapat mengalami pertumbuhan dalam kerohaniannya, apalagi mencapai kedewasaan; hal ini benar-benar tidak mungkin. Lalu bagaimana dengan kita, apakah diantara kita ada yang tidak mengalami pertumbuhan guna mencapai kedewasaan, walaupun sudah menyandang predikat sebagai orang Kristen selama puluhan tahun ? atau jangan-jangan kita belum lahir baru ? untuk dapat menjawab pertanyaan ini marilah kita koreksi diri kita masing-masing, selagi Tuhan memberi kesempatan untuk berbenah diri. Sebab firman Tuhan berkata : ”selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.” (Galatia 4:1-2).
Pada ayat bacaan di atas, terdapat kata “akil balig.” (artinya : dewasa). Seseorang yang belum dewasa belum pantas menerima warisan. Tetapi setelah akil balig, hak ahli waris dapat diterimanya. Mengapa hal kedewasaan ini menjadi target utama dalam Kekristenan kita ? karena dengan kedewasaan seseorang layak untuk menjadi seorang mempelai. Selain itu, orang yang sudah dewasa memiliki cara pandang atau pola pikir yang lebih luas dan sanggup mengerjakan pekerjaan yang besar.
Untuk itu, mari kita lihat beberapa contoh pribadi yang memiliki pertumbuhan yang baik sampai mencapai kedewasaan, yaitu kehidupan Tuhan Yesus dan Yohanes pembaptis. Dalam Injil Lukas 1:80 dikatakan, “Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.” Sedangkan tentang Yesus Kristus, dalam Injil Lukas 2:52 dikatakan, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Yesus dan Yohanes Pembaptis sama-sama dewasa dalam jasmani, tetapi mereka juga dewasa dalam rohani. Memang kedewasaan jasmani tidak ada hubungannya dengan kedewasaan rohani. Tubuh mereka makin kuat, tetapi juga diimbangi dengan kekuatan rohani. Perlu kita sadari bahwa kita hidup dalam 2 dimensi, yaitu dimensi roh dan jasmani. Yohanes Pembaptis tinggal di padang gurun yang tidak ada apa-apanya. Demikian juga dengan Yesus yang masuk ke pada gurun dan dicobai oleh iblis. Kita teringat juga dengan peristiwa bangsa Israel yang dipimpin Tuhan keluar dari tanah Mesir dan masuk ke padang gurun. Gunanya adalah agar bangsa Israel tidak hanya dewasa dalam jasmani saja, tetapi juga dalam rohani. Kalau sudah dewasa rohani, maka di padang gurun sekalipun, Tuhan sanggup memberkati.
Pada waktu Yesus di padang gurun, Yesus mendapatkan pelayanan Malaikat. Dengan rohani yang kuat, Yesus bisa mengusir iblis (1 Yohanes 5:18). Demikian juga, dengan 40 hari di padang gurun, Yesus sudah mencapai kedewasaan rohani, walalupun pada usia 12 tahun sudah ada tanda dari kedewasaan rohani-Nya. Yesus bertambah besar hikmat-Nya dan besar-Nya. Tentang hikmat baca: 1 Korintus 2:6-11. Kita percaya bahwa Roh Allah ada dalam diri kita. Roh Allah akan berfungsi kalau kita sudah mengalami kedewasaan rohani. 1 Korintus 2:16 berkata, “Sebab siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia? Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” Kalau kita masuk padang gurun, maka roh kita menjadi matang, dan pikiran Allah itu, yaitu Roh Allah yang ada dalam diri kita akan muncul.
Pada umumnya seseorang yang bertambah dewasa jasmani dan dibekali dengan pendidikan yang tinggi, biasanya memiliki kecenderungan pertumbuhan jasmaninya yang lebih dominan dibanding dengan pertumbuhan rohaninya. Dan apabila kita membaca dalam Roma 8:5-8, maka kita akan temukan nilai kebenaran. Dimana seseorang yang roh-nya tidak mengalami akil balig, maka sudah menjadi ketentuan bahwa hidupnya berseteru dengan Allah. Untuk itu, usahakan diri kita untuk tidak menjadi seteru Allah yaitu dengan cara hidup dipimpin oleh Roh, dengan konsekwensi kita berani menanggalkan keinginan daging kita, karena keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh. Roma 8:9-10 berkata, ”Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.” Kalau seseorang bukan milik Kristus, maka tidak mungkin warisan itu diberikan. Tetapi kita adalah milik Kristus dan hak waris-Nya diberikan pada kita semua. Tetapi ingat perlu ada penguasaan diri. Kerohanian yang dewasa justru membahwa Yohanes Pembapits memiliki wibawa ilahi. Dia muncul menuntun banyak orang Israel untuk dibawa kepada keselamatan. Yohanes Pembaptis mengerti bahwa kerohaniannya lebih penting dari pada jasmaninya. Ketika kita mendahulukan Kerajaan Sorga, maka apa yang tidak sempat kita pikirkan itu yang Tuhan sediakan bagi kita. Pemeliharaan Allah kepada orang yang mendahulukan Kerajaan Allah benar-benar terjadi. Yang jelas orang yang hidup berkenan kepada-Nya dan mengalami kedewasaan rohani akan mengalami pelayanan malaikat. Bukan hanya itu, kita juga harus disucikan oleh darah Yesus melalui perjamuan kudus.
Orang yang mengalami kedewasaan rohani akan mengalami mujizat dalam dirinya. Untuk itu tinggalkan segala perbuatan duniawi. Yakub gambaran manusia rohani dan Esau gambaran manusia jasmani. Esau dibenci Tuhan karena menganggap ringan tentang hak kesulungan. Untuk itu jangan sampai kita dibenci Tuhan. Yesus dikasihi Allah dan juga dikasihi oleh manusia. Hal ini memberikan tuntunan dalam kehidupan kita, bahwa kita harus menjadi berkat bagi banyak orang, karena ini merupakan kekuatan hubungan antara kita dengan Allah dan dengan sesama. Orang yang dewasa rohani pasti semakin dicintai Tuhan. Baca: Roma 9:13-14. Orang yang sudah mengalami akil balig, maka dia akan semakin dipercaya Tuhan. Oleh sebab itu tebuslah waktu yang telah kita buang dengan sia-sia dan pergunakan kesempatan yang Tuhan berikan guna mencapai kedewasaan penuh. Amin.
TUHAN menambahi kita seribu kali lagi dari jumlah sekarang & memberkati seperti yang dijanjikan-Nya
Kebangkitan Besar
Thursday, March 24, 2011
Saat Engkau Di Sion
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
”Maka kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, adalah Allahmu, yang diam di Sion, gunung-Ku yang kudus. Dan Yerusalem akan menjadi kudus, dan orang-orang luar tidak akan melintasinya lagi.”
(Yoel 3:17)
Saudara, dalam ayat bacaan diatas telah disebutkan bahwa Sion adalah tempat yang kudus yaitu tempat kediaman Allah. Dan inilah harta benda yang ada di Sion yaitu : keadilan, kebenaran, keamanan, kekayaan, hikmat, pengetahuan dan takut akan Tuhan (Yesaya 33:5-6). Orang-orang luar tidak dapat masuk di gunung Sion, tetapi bagi orang Israel Sion adalah tempat bergaulnya dengan Tuhan. Tetapi sayangnya sampai saat ini bangsa Israel sedang menanti-nantikan kedatangan Mesias yang pertama kali, dan mereka masih beranggapan bahwa Allah masih menyembunyikan wajahNya terhadap kaum Israel, hal ini terjadi karena mata rohani bangsa Israel masih buta; karena sebenarnya Mesias telah datang dua ribu tahun yang lalu. Dan jikalau saat ini kita telah percaya kepada Kristus, maka itu merupakan anugerah yang terbesar. Karena pada dasarnya keselamatan hanya diberikan pada orang Israel dan pemimpin-pemimpinnya. Tetapi oleh karena bangsa Israel tegar tengkuk terhadap didikan Tuhan dan memberontak terhadap perintah Tuhan, maka keselamatan itu diberikan juga kepada orang diluar Israel termasuk kita. Terbukti dengan kehadiran Tuhan Yesus dimuka bumi untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16 ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Di dalam Perjanjian Baru, Sion gambaran gereja Tuhan yaitu tempat dimana umat Tuhan bergaul dengan penciptanya. Dan perlu kita ketahui bahwa posisi kita saat ini berada di Sion. Namun yang menjadi pertanyaan adalah “mengapa kita sering dikejutkan oleh berbagai macam kejadian walaupun kita sudah tinggal di Sion ?” untuk menjawab pertanyaan ini mari kita melihat keadaan kita yang sesungguhnya, “apakah kita benar-benar berprilaku seperti orang-orang yang seharusnya tinggal di Sion atau kita berperilaku seperti bangsa Israel yang tidak menghormati akan kehadiran Tuhan ?” Hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang tubuhnya berada di gereja tetapi hati dan pikirannya melayang kemana-mana sehingga saat beribadah sikap hatinya sungguh jauh dari hadapan Tuhan. Tidak heran apabila sering kita temui orang yang terus menerus berbicara atau membahas sesuatu yang tidak karuan atau mereka sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, sedangkan sementara mereka berada dalam suasana ibadah, dan tidak jarang pula kita jumpai orang tidur dengan nyenyak, saat ibadah masih berlangsung. Dan ada juga yang terbiasa datang ibadah terlambat serta pulang lebih awal sebelum ibadah selesai. Inilah gambaran orang-orang yang tidak menghargai tempat kudus Tuhan atau tidak menghormati akan kehadiran Tuhan. Padahal kalau dihitung secara waktu, kita hanya beribadah kurang lebih dua jam (tinggal di Sion), sedangkan selebihnya kita gunakan untuk aktifitas diri kita. Walaupun tindakan seperti ini tidak merugikan orang lain tetapi hal ini sama dengan melukai hati Tuhan. Oleh karena itu, jangan heran apabila orang-orang semacam ini akan dikejutkan dengan keadaan yang tiba-tiba, yang merupakan murka Allah. Saat ini adalah masa penampian, dan tidak ada waktu lagi untuk main-main dalam Kekristenan. Untuk itu biarlah kita sadar dengan apa yang sedang terjadi disekeliling kita. Apabila kita menengok kembali peristiswa di Yerusalem yang mana keadaan masyarakatnya berlaku fasik, sehingga Tuhan harus mencurahkan murkanya, seperti yang tertulis dalam Yehezkhiel 22:29-31, ”Penduduk negeri melakukan pemerasan dan perampasan, menindas orang sengsara dan miskin dan mereka melakukan pemerasan terhadap orang asing bertentangan dengan hukum. Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya. Maka Aku mencurahkan geram-Ku atas mereka dan membinasakan mereka dengan api kemurkaan-Ku; kelakuan mereka Kutimpakan atas kepala mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”
Lalu, apakah dampaknya jikalau kita menghormati akan kehadiran Tuhan saat kita berada di Sion (beribadah di gereja). Kita akan menerima apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; karena semua itu yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (I Korintus 2:9). Dan sebagai bukti yang nyata dapat kita lihat dari beberapa contoh yang terdapat dalam Alkitab, salah satunya adalah kisah Obed Edom, dimana selama tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya (II Samuel 6:11). Kehadiran Tabut Tuhan di rumah Obed Edom itu tidak dibiarkan begitu saja, tetapi Obed Edom begitu menghormatinya karena dia tahu disitulah Tuhan hadir. Dan lebih indah lagi mengenai janji Tuhan dapat kita lihat di dalam Mazmur 127:2b ”sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Ini bukan berarti Tuhan mengajar kita untuk bermalas-malasan, tetapi ini membuktikan besarnya kasih Tuhan terhadap orang yang dicintaiNya. Dan apabila kita ingin menjadi orang yang dicintai oleh Tuhan maka kita harus menghormati Roh Kudus atau tidak mendukakan Roh Kudus; karena apabila kita tidak menghormati atau mendukakan Roh Kudus maka kita sedang menyakiti hati Tuhan. Sedangkan kisah berikutnya yaitu tentang orang yang menghormati akan kehadiran Tuhan adalah Daud, dimana ketika ia mengangkut Tabut Perjanjian dari rumah Obed Edom untuk dibawa ke kota Daud, disana diceritakan bahwa apabila pengangkat-pengangkat tabut Tuhan itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. Ini membuktikan bahwa Daud menghormati kehadiran Tuhan dengan begitu rupa, sehingga pada akhirnya Daud beserta rakyatnya memperoleh berkat berupa harta benda yang terdapat di Sion, yaitu keadilan, kebenaran, keamanan, kekayaan, hikmat, pengetahuan dan takut akan Tuhan.
Saudara, melalui beberapa uraian di atas biarlah menjadi bekal dalam kehidupan kita sehari-hari, supaya apa yang menjadi rancangan Tuhan atas hidup kita benar-benar menjadi kenyataan. Amin
Graha Bethany Nginden
”Maka kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, adalah Allahmu, yang diam di Sion, gunung-Ku yang kudus. Dan Yerusalem akan menjadi kudus, dan orang-orang luar tidak akan melintasinya lagi.”
(Yoel 3:17)
Saudara, dalam ayat bacaan diatas telah disebutkan bahwa Sion adalah tempat yang kudus yaitu tempat kediaman Allah. Dan inilah harta benda yang ada di Sion yaitu : keadilan, kebenaran, keamanan, kekayaan, hikmat, pengetahuan dan takut akan Tuhan (Yesaya 33:5-6). Orang-orang luar tidak dapat masuk di gunung Sion, tetapi bagi orang Israel Sion adalah tempat bergaulnya dengan Tuhan. Tetapi sayangnya sampai saat ini bangsa Israel sedang menanti-nantikan kedatangan Mesias yang pertama kali, dan mereka masih beranggapan bahwa Allah masih menyembunyikan wajahNya terhadap kaum Israel, hal ini terjadi karena mata rohani bangsa Israel masih buta; karena sebenarnya Mesias telah datang dua ribu tahun yang lalu. Dan jikalau saat ini kita telah percaya kepada Kristus, maka itu merupakan anugerah yang terbesar. Karena pada dasarnya keselamatan hanya diberikan pada orang Israel dan pemimpin-pemimpinnya. Tetapi oleh karena bangsa Israel tegar tengkuk terhadap didikan Tuhan dan memberontak terhadap perintah Tuhan, maka keselamatan itu diberikan juga kepada orang diluar Israel termasuk kita. Terbukti dengan kehadiran Tuhan Yesus dimuka bumi untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16 ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Di dalam Perjanjian Baru, Sion gambaran gereja Tuhan yaitu tempat dimana umat Tuhan bergaul dengan penciptanya. Dan perlu kita ketahui bahwa posisi kita saat ini berada di Sion. Namun yang menjadi pertanyaan adalah “mengapa kita sering dikejutkan oleh berbagai macam kejadian walaupun kita sudah tinggal di Sion ?” untuk menjawab pertanyaan ini mari kita melihat keadaan kita yang sesungguhnya, “apakah kita benar-benar berprilaku seperti orang-orang yang seharusnya tinggal di Sion atau kita berperilaku seperti bangsa Israel yang tidak menghormati akan kehadiran Tuhan ?” Hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang tubuhnya berada di gereja tetapi hati dan pikirannya melayang kemana-mana sehingga saat beribadah sikap hatinya sungguh jauh dari hadapan Tuhan. Tidak heran apabila sering kita temui orang yang terus menerus berbicara atau membahas sesuatu yang tidak karuan atau mereka sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, sedangkan sementara mereka berada dalam suasana ibadah, dan tidak jarang pula kita jumpai orang tidur dengan nyenyak, saat ibadah masih berlangsung. Dan ada juga yang terbiasa datang ibadah terlambat serta pulang lebih awal sebelum ibadah selesai. Inilah gambaran orang-orang yang tidak menghargai tempat kudus Tuhan atau tidak menghormati akan kehadiran Tuhan. Padahal kalau dihitung secara waktu, kita hanya beribadah kurang lebih dua jam (tinggal di Sion), sedangkan selebihnya kita gunakan untuk aktifitas diri kita. Walaupun tindakan seperti ini tidak merugikan orang lain tetapi hal ini sama dengan melukai hati Tuhan. Oleh karena itu, jangan heran apabila orang-orang semacam ini akan dikejutkan dengan keadaan yang tiba-tiba, yang merupakan murka Allah. Saat ini adalah masa penampian, dan tidak ada waktu lagi untuk main-main dalam Kekristenan. Untuk itu biarlah kita sadar dengan apa yang sedang terjadi disekeliling kita. Apabila kita menengok kembali peristiswa di Yerusalem yang mana keadaan masyarakatnya berlaku fasik, sehingga Tuhan harus mencurahkan murkanya, seperti yang tertulis dalam Yehezkhiel 22:29-31, ”Penduduk negeri melakukan pemerasan dan perampasan, menindas orang sengsara dan miskin dan mereka melakukan pemerasan terhadap orang asing bertentangan dengan hukum. Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya. Maka Aku mencurahkan geram-Ku atas mereka dan membinasakan mereka dengan api kemurkaan-Ku; kelakuan mereka Kutimpakan atas kepala mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”
Lalu, apakah dampaknya jikalau kita menghormati akan kehadiran Tuhan saat kita berada di Sion (beribadah di gereja). Kita akan menerima apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; karena semua itu yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (I Korintus 2:9). Dan sebagai bukti yang nyata dapat kita lihat dari beberapa contoh yang terdapat dalam Alkitab, salah satunya adalah kisah Obed Edom, dimana selama tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya (II Samuel 6:11). Kehadiran Tabut Tuhan di rumah Obed Edom itu tidak dibiarkan begitu saja, tetapi Obed Edom begitu menghormatinya karena dia tahu disitulah Tuhan hadir. Dan lebih indah lagi mengenai janji Tuhan dapat kita lihat di dalam Mazmur 127:2b ”sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Ini bukan berarti Tuhan mengajar kita untuk bermalas-malasan, tetapi ini membuktikan besarnya kasih Tuhan terhadap orang yang dicintaiNya. Dan apabila kita ingin menjadi orang yang dicintai oleh Tuhan maka kita harus menghormati Roh Kudus atau tidak mendukakan Roh Kudus; karena apabila kita tidak menghormati atau mendukakan Roh Kudus maka kita sedang menyakiti hati Tuhan. Sedangkan kisah berikutnya yaitu tentang orang yang menghormati akan kehadiran Tuhan adalah Daud, dimana ketika ia mengangkut Tabut Perjanjian dari rumah Obed Edom untuk dibawa ke kota Daud, disana diceritakan bahwa apabila pengangkat-pengangkat tabut Tuhan itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. Ini membuktikan bahwa Daud menghormati kehadiran Tuhan dengan begitu rupa, sehingga pada akhirnya Daud beserta rakyatnya memperoleh berkat berupa harta benda yang terdapat di Sion, yaitu keadilan, kebenaran, keamanan, kekayaan, hikmat, pengetahuan dan takut akan Tuhan.
Saudara, melalui beberapa uraian di atas biarlah menjadi bekal dalam kehidupan kita sehari-hari, supaya apa yang menjadi rancangan Tuhan atas hidup kita benar-benar menjadi kenyataan. Amin
Wednesday, March 23, 2011
Posisi Hidup Yang Dipulihkan
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Hal ikwal mengenai rentetan peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa bermula terjadinya suatu peperangan yang terjadi di Sorga, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:7-9 ”Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.” Sebelum terjadi peperangan, Lucifer adalah malaikat yang cantik (sempurna), tetapi oleh karena kesombongannya maka ia berusaha memberontak dan melawan Allah.
Apabila kita melihat posisi masing-masing pribadi telah terbagi menjadi tiga bagian yang urutannya sebagai berikut; Allah berada pada langit ketiga, dan iblis berada pada langit kedua, sedangkan manusia berada pada langit pertama. Dan pada saat iblis memberontak maka dia dilempar kebawah yaitu pada langit pertama dimana manusia tinggal, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:10b “ . . . . karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” Sehingga sebagai akibatya iblis berusaha merusak manusia termasuk segala isinya; hal ini dapat kita lihat pada Wahyu 12:12b, dikatakan “ . . . . celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” Dan setelah iblis berhasil menjatuhkan manusia dengan segala tipu dayanya, maka langit menjadi tembaga dan bumi menjadi besi (Ulangan 28:23), dalam pengertian bahwa manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah. Langit I dan langit II telah dikuasai oleh iblis, termasuk manusia juga berada dalam kekuasaan si jahat; sehingga segala sesuatu yang dilakukan manusia berada dalam kendali si jahat, seperti yang tertulis dalam Efesus 2:1-2, ”Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”
Oleh karena keberadaan manusia dibawah kekuasaan si jahat (iblis) maka manusia dirubah pola pikirnya menjadi salah (gambaran langit menjadi tembaga), sehingga berkat Tuhan tidak dapat dicurahkan pada manusia. Dan beberapa pola pikir yang salah, diantaranya :
Nature View, yaitu manusia dialihkan pandangannya untuk tidak menyembah kepada sang pencipta, tetapi menyembah hasil ciptaanNya yaitu alam semesta termasuk isinya, misalnya menyembah gunung, pohon besar, binatang (shio), laut, maupun matahari.
Human View, yaitu pandangan manusia mulai dialihkan pada ajaran manusia tentang kebaikan yang lebih ditinggikan, sehingga ada falsafah menusia yang bukan dari Tuhan.
Society View, yaitu mempercayai adat-istiadat manusia yang didalamnya terdapat ritual untuk mengadakan penyembahan terhadap setan selaku penguasa bumi.
Politechnic View, yaitu segala sesuatu diukur kebenarannya secara alam, misalnya : menurut hukum alam (matematika), 5+2=7, sedangkan menurut iman Kristen ada sesuatu yang bisa diluar akal manusia, contoh 5 roti + 2 ikan dapat memberi makan lima ribu orang, tidak termasuk wanita dan anak-anak, bahkan lebih dua belas bakul.
Dalam kondisi yang seperti ini, akhirnya Allah mempunyai inisiatif untuk mengembalikan manusia pada posisi yang semula, yaitu dengan memberikan/mengorbankan PutraNya yang tunggal untuk menanggung beban dosa manusia. Dimana dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus turun ke bumi untuk disalibkan, lalu mati, dan pada hari yang ketiga Yesus telah bangkit sehingga terjadi kemenangan yang besar. Dan setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, seperti firmanNya yang terdapat dalam Yohanes 3:16, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Saudara, melalui kasih Allah yang besar ini juga memiliki tujuan supaya pola pikir atau cara pandang manusia dirubah menjadi God View, yaitu seluruh aspek kehidupan menusia harus berorentasi kepada Tuhan, dan manusia hanya menyembah kepada Tuhan di dalam nama Yesus, karena firmanNya berkata : ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23-24). Dan pada akhirnya, langit yang menjadi tembaga mulai terbuka dan berkat Allah tercurah kepada manusia yang percaya kepada Dia. Selain itu, dalam melanjutkan rencana Allah yaitu membawa jiwa-jiwa yang belum diselamatkan, maka Allah memberikan kuasa kepada manusia yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Lukas 10:19 ”Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.” Hal ini sangat berkaitan juga dengan tugas yang harus kita emban sebagai umat tebusan Allah, yaitu : ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8). Saat kita percaya kepada Kristus, maka saat itulah Roh Kudus dimeteraikan dalam hidup kita sebagai jaminan bahwa orang tinggal dalam Kristus tetap dalam kekuasaan Tuhan. Untuk itu jangan takut dan gentar terhadap segala sesuatu termasuk tipu daya iblis yang berusaha menjatuhkan kembali, sebab kuasa iblis telah dikalahkan. Oleh sebab itu bersyukurlah senantiasa karena posisi kita telah diubahkan oleh Tuhan, dimana dulunya kita berada dalam kekuasaan iblis, tetapi sekarang berada dalam tangan Tuhan; dan yang dulunya hidup dalam kutuk dosa tetapi sekarang hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.
Graha Bethany Nginden
Hal ikwal mengenai rentetan peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa bermula terjadinya suatu peperangan yang terjadi di Sorga, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:7-9 ”Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.” Sebelum terjadi peperangan, Lucifer adalah malaikat yang cantik (sempurna), tetapi oleh karena kesombongannya maka ia berusaha memberontak dan melawan Allah.
Apabila kita melihat posisi masing-masing pribadi telah terbagi menjadi tiga bagian yang urutannya sebagai berikut; Allah berada pada langit ketiga, dan iblis berada pada langit kedua, sedangkan manusia berada pada langit pertama. Dan pada saat iblis memberontak maka dia dilempar kebawah yaitu pada langit pertama dimana manusia tinggal, seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:10b “ . . . . karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” Sehingga sebagai akibatya iblis berusaha merusak manusia termasuk segala isinya; hal ini dapat kita lihat pada Wahyu 12:12b, dikatakan “ . . . . celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” Dan setelah iblis berhasil menjatuhkan manusia dengan segala tipu dayanya, maka langit menjadi tembaga dan bumi menjadi besi (Ulangan 28:23), dalam pengertian bahwa manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah. Langit I dan langit II telah dikuasai oleh iblis, termasuk manusia juga berada dalam kekuasaan si jahat; sehingga segala sesuatu yang dilakukan manusia berada dalam kendali si jahat, seperti yang tertulis dalam Efesus 2:1-2, ”Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”
Oleh karena keberadaan manusia dibawah kekuasaan si jahat (iblis) maka manusia dirubah pola pikirnya menjadi salah (gambaran langit menjadi tembaga), sehingga berkat Tuhan tidak dapat dicurahkan pada manusia. Dan beberapa pola pikir yang salah, diantaranya :
Nature View, yaitu manusia dialihkan pandangannya untuk tidak menyembah kepada sang pencipta, tetapi menyembah hasil ciptaanNya yaitu alam semesta termasuk isinya, misalnya menyembah gunung, pohon besar, binatang (shio), laut, maupun matahari.
Human View, yaitu pandangan manusia mulai dialihkan pada ajaran manusia tentang kebaikan yang lebih ditinggikan, sehingga ada falsafah menusia yang bukan dari Tuhan.
Society View, yaitu mempercayai adat-istiadat manusia yang didalamnya terdapat ritual untuk mengadakan penyembahan terhadap setan selaku penguasa bumi.
Politechnic View, yaitu segala sesuatu diukur kebenarannya secara alam, misalnya : menurut hukum alam (matematika), 5+2=7, sedangkan menurut iman Kristen ada sesuatu yang bisa diluar akal manusia, contoh 5 roti + 2 ikan dapat memberi makan lima ribu orang, tidak termasuk wanita dan anak-anak, bahkan lebih dua belas bakul.
Dalam kondisi yang seperti ini, akhirnya Allah mempunyai inisiatif untuk mengembalikan manusia pada posisi yang semula, yaitu dengan memberikan/mengorbankan PutraNya yang tunggal untuk menanggung beban dosa manusia. Dimana dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus turun ke bumi untuk disalibkan, lalu mati, dan pada hari yang ketiga Yesus telah bangkit sehingga terjadi kemenangan yang besar. Dan setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, seperti firmanNya yang terdapat dalam Yohanes 3:16, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Saudara, melalui kasih Allah yang besar ini juga memiliki tujuan supaya pola pikir atau cara pandang manusia dirubah menjadi God View, yaitu seluruh aspek kehidupan menusia harus berorentasi kepada Tuhan, dan manusia hanya menyembah kepada Tuhan di dalam nama Yesus, karena firmanNya berkata : ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23-24). Dan pada akhirnya, langit yang menjadi tembaga mulai terbuka dan berkat Allah tercurah kepada manusia yang percaya kepada Dia. Selain itu, dalam melanjutkan rencana Allah yaitu membawa jiwa-jiwa yang belum diselamatkan, maka Allah memberikan kuasa kepada manusia yang percaya kepadaNya, seperti yang tertulis dalam Lukas 10:19 ”Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.” Hal ini sangat berkaitan juga dengan tugas yang harus kita emban sebagai umat tebusan Allah, yaitu : ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8). Saat kita percaya kepada Kristus, maka saat itulah Roh Kudus dimeteraikan dalam hidup kita sebagai jaminan bahwa orang tinggal dalam Kristus tetap dalam kekuasaan Tuhan. Untuk itu jangan takut dan gentar terhadap segala sesuatu termasuk tipu daya iblis yang berusaha menjatuhkan kembali, sebab kuasa iblis telah dikalahkan. Oleh sebab itu bersyukurlah senantiasa karena posisi kita telah diubahkan oleh Tuhan, dimana dulunya kita berada dalam kekuasaan iblis, tetapi sekarang berada dalam tangan Tuhan; dan yang dulunya hidup dalam kutuk dosa tetapi sekarang hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.
Hikmat Dari Allah
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Amsal 9:10 ”Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”
Orang yang takut akan Tuhan akan mendapatkan hikmat. Tetapi kebanyakan orang berpendapat bahwa orang yang telah menyelesaikan sekolahnya pada jenjang yang paling tinggi, maka orang tersebut dianggap sebagai orang yang berhikmat. Padahal sebenarnya orang yang sudah lulus sekolah belum tentu mempunyai hikmat, tetapi memiliki pengetahuan dan hal ini sudah pasti. Tetapi hikmat itu sendiri dapat diperoleh apabila kita takut akan Tuhan dan melakukan segala perintahNya. Kalau diteliti, bahwa manusia mempunyai otak yang diciptakan oleh Tuhan yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri merupakan rasio, contohnya 2 ditambah 5 sama dengan tujuh. Sedangkan otak kanan merupakan hikmat misalnya 2 ditambah 5 sama dengan 5 ribu orang kenyang.
Saudara, seandainya otak kiri diisi dengan ilmu kedokteran maka orang berpendapat bahwa orang yang sudah mati empat hari tidak bisa bangkit. Pendapat tersebut dinyatakan benar karena sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka terima, tetapi otak kanan berpendapat berbeda. Orang yang sudah sudah mati empat hari bisa bangkit. Otak kanan berpendapat demikian atas dasar percaya kepada Tuhan Yesus. Contoh lain, yaitu orang yang buta sejak kecil apabila menurut otak kanan bisa melihat tetapi menurut otak kiri bahwa orang yang buta sejak kecil adalah takdir.
Amsal 3:13-16 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas, . . . . . ”
Hikmat yang telah tertera diatas adalah wahyu dari Tuhan.Orang dunia tidak pernah memikirkan wahyu, tetapi hanya skill saja. Tetapi orang yang percaya kepada Yesus maka di hidupnya ada Roh Kudus, sehingga di dalam dirinya muncul hikmat. Akibat orang yang mendapatkan hikmat akan mengalami kesuksesan yang luar biasa. Kerapkali orang merindukan hikmat Tuhan tetapi mereka tidak mendapatkan karena mereka memadamkan Roh Kudus yang ada di dalam dirinya, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat atas kita. Manusia cenderung menggunakan kepandaiannya saja daripada mengandalkan kuasa Tuhan. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh menggunakan akal budi kita tetapi hal yang utama kita mengandalkan hikmat dari Tuhan yang ditunjang oleh skill atau kepandaian kita.
Daud termasuk orang yang IQ-nya kurang sehingga ia harus dijadikan gembala domba (Mazmur 73:22). Namun kakak-kakak Daud perawakannya tinggi besar dan IQ-nya cukup tinggi. Meskipun Daud IQ-nya rendah tetapi di dalam diri Daud ada Roh Allah yang dahsyat sehingga menjadikan diri Daud sebagai pribadi yang luar biasa. Bukti dari kekuatan Roh Allah yang ada dalam diri Daud yaitu Daud sanggup mengalahkan singa, beruang dan binatang buas lainnya. Kita tidak bisa mengukur kemampuan seseorang hanya secara lahiriah saja karena kita akan tertipu oleh penampilan seseorang. Karena, kadang-kadang orang yang kelihatannya sederhana tetapi di dalamnya ada Roh Allah maka orang tersebut termasuk orang yang luar biasa. Kepandaian memang harus dipakai, tetapi yang terutama adalah wahyu dari Tuhan supaya setiap langkah yang kita kerjakan dalam kekuasaan Tuhan. Apabila kita hanya mengandalkan kepandaian saja, maka yang terjadi dalam diri kita adalah kegagalan bahkan kutuk akan menimpa kita, seperti yang tertulis dalam Yeremia 17:5 ” . . . . . terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan . . . . ”
Untuk itu janganlah kita mendukakan atau memadamkan Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang mengerti isi hati Allah. Dan apabila Roh Kudus ada dalam diri kita maka kita tahu apa yang menjadi keinginan Allah atas hidup kita (I Korintus 2:10).
Saat kita hidup dipenuhi oleh Roh Kudus maka wahyu dari Tuhan akan turun atas kita untuk memimpin setiap langkah-langkah kita guna melakukan pekerjaan yang luar biasa. Tetapi apabila kita sudah mendukakan atau memadamkan Roh Kudus maka langkah-langkah yang kita ambil bukan tuntunan dari Tuhan tetapi kemampuan kita sendiri yang mengakibatkan banyak kesalahan dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh yaitu Ahitofel, ia adalah seorang nabi yang diurapi. Pada waktu Daud hendak mengambil keputusan ia mendapatkan nasehat dari Ahitofel, sehingga langkah-langkah yang diambil oleh Daud berada dalam pimpinan Tuhan dan apa yang dilakukannya selalu berhasil. Tetapi suatu saat, Daud melakukan kesalahan yaitu mengambil istri Uria dengan jalan membunuh Uria melalui pertempuran. Waktu itu Uria ditugaskan untuk maju ke medan pertempuran dengan posisi terdepan sehingga Uria mati terbunuh dengan maksud apabila Uria mati maka Daud bisa mengambil istrinya yaitu Batsyeba. Dengan kejadian itu Ahitofel timbul kebencian terhadap Daud karena Batsyeba adalah cucu daripada Ahitofel. Karena kebencianlah Ahitofel melakukan tindakan yang salah, akhirnya bukan Roh Tuhan yang memimpin dia tetapi rasa kecewalah yang menuntun jalan Ahitofel, padahal dia adalah orang yang diurapi secara luar biasa pada awalnya. Demikianlah kita, apabila ada rasa benci, kecewa, kepahitan maka hal itu akan menghambat kita untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan. Padahal modal manusia roh adalah : Wahyu Tuhan, mendapat nubuatan, dipimpin Roh Kudus, berjalan dalam iman, berdoa dalam roh. Amin
Graha Bethany Nginden
Amsal 9:10 ”Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”
Orang yang takut akan Tuhan akan mendapatkan hikmat. Tetapi kebanyakan orang berpendapat bahwa orang yang telah menyelesaikan sekolahnya pada jenjang yang paling tinggi, maka orang tersebut dianggap sebagai orang yang berhikmat. Padahal sebenarnya orang yang sudah lulus sekolah belum tentu mempunyai hikmat, tetapi memiliki pengetahuan dan hal ini sudah pasti. Tetapi hikmat itu sendiri dapat diperoleh apabila kita takut akan Tuhan dan melakukan segala perintahNya. Kalau diteliti, bahwa manusia mempunyai otak yang diciptakan oleh Tuhan yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri merupakan rasio, contohnya 2 ditambah 5 sama dengan tujuh. Sedangkan otak kanan merupakan hikmat misalnya 2 ditambah 5 sama dengan 5 ribu orang kenyang.
Saudara, seandainya otak kiri diisi dengan ilmu kedokteran maka orang berpendapat bahwa orang yang sudah mati empat hari tidak bisa bangkit. Pendapat tersebut dinyatakan benar karena sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka terima, tetapi otak kanan berpendapat berbeda. Orang yang sudah sudah mati empat hari bisa bangkit. Otak kanan berpendapat demikian atas dasar percaya kepada Tuhan Yesus. Contoh lain, yaitu orang yang buta sejak kecil apabila menurut otak kanan bisa melihat tetapi menurut otak kiri bahwa orang yang buta sejak kecil adalah takdir.
Amsal 3:13-16 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas, . . . . . ”
Hikmat yang telah tertera diatas adalah wahyu dari Tuhan.Orang dunia tidak pernah memikirkan wahyu, tetapi hanya skill saja. Tetapi orang yang percaya kepada Yesus maka di hidupnya ada Roh Kudus, sehingga di dalam dirinya muncul hikmat. Akibat orang yang mendapatkan hikmat akan mengalami kesuksesan yang luar biasa. Kerapkali orang merindukan hikmat Tuhan tetapi mereka tidak mendapatkan karena mereka memadamkan Roh Kudus yang ada di dalam dirinya, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat atas kita. Manusia cenderung menggunakan kepandaiannya saja daripada mengandalkan kuasa Tuhan. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh menggunakan akal budi kita tetapi hal yang utama kita mengandalkan hikmat dari Tuhan yang ditunjang oleh skill atau kepandaian kita.
Daud termasuk orang yang IQ-nya kurang sehingga ia harus dijadikan gembala domba (Mazmur 73:22). Namun kakak-kakak Daud perawakannya tinggi besar dan IQ-nya cukup tinggi. Meskipun Daud IQ-nya rendah tetapi di dalam diri Daud ada Roh Allah yang dahsyat sehingga menjadikan diri Daud sebagai pribadi yang luar biasa. Bukti dari kekuatan Roh Allah yang ada dalam diri Daud yaitu Daud sanggup mengalahkan singa, beruang dan binatang buas lainnya. Kita tidak bisa mengukur kemampuan seseorang hanya secara lahiriah saja karena kita akan tertipu oleh penampilan seseorang. Karena, kadang-kadang orang yang kelihatannya sederhana tetapi di dalamnya ada Roh Allah maka orang tersebut termasuk orang yang luar biasa. Kepandaian memang harus dipakai, tetapi yang terutama adalah wahyu dari Tuhan supaya setiap langkah yang kita kerjakan dalam kekuasaan Tuhan. Apabila kita hanya mengandalkan kepandaian saja, maka yang terjadi dalam diri kita adalah kegagalan bahkan kutuk akan menimpa kita, seperti yang tertulis dalam Yeremia 17:5 ” . . . . . terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan . . . . ”
Untuk itu janganlah kita mendukakan atau memadamkan Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang mengerti isi hati Allah. Dan apabila Roh Kudus ada dalam diri kita maka kita tahu apa yang menjadi keinginan Allah atas hidup kita (I Korintus 2:10).
Saat kita hidup dipenuhi oleh Roh Kudus maka wahyu dari Tuhan akan turun atas kita untuk memimpin setiap langkah-langkah kita guna melakukan pekerjaan yang luar biasa. Tetapi apabila kita sudah mendukakan atau memadamkan Roh Kudus maka langkah-langkah yang kita ambil bukan tuntunan dari Tuhan tetapi kemampuan kita sendiri yang mengakibatkan banyak kesalahan dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh yaitu Ahitofel, ia adalah seorang nabi yang diurapi. Pada waktu Daud hendak mengambil keputusan ia mendapatkan nasehat dari Ahitofel, sehingga langkah-langkah yang diambil oleh Daud berada dalam pimpinan Tuhan dan apa yang dilakukannya selalu berhasil. Tetapi suatu saat, Daud melakukan kesalahan yaitu mengambil istri Uria dengan jalan membunuh Uria melalui pertempuran. Waktu itu Uria ditugaskan untuk maju ke medan pertempuran dengan posisi terdepan sehingga Uria mati terbunuh dengan maksud apabila Uria mati maka Daud bisa mengambil istrinya yaitu Batsyeba. Dengan kejadian itu Ahitofel timbul kebencian terhadap Daud karena Batsyeba adalah cucu daripada Ahitofel. Karena kebencianlah Ahitofel melakukan tindakan yang salah, akhirnya bukan Roh Tuhan yang memimpin dia tetapi rasa kecewalah yang menuntun jalan Ahitofel, padahal dia adalah orang yang diurapi secara luar biasa pada awalnya. Demikianlah kita, apabila ada rasa benci, kecewa, kepahitan maka hal itu akan menghambat kita untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan. Padahal modal manusia roh adalah : Wahyu Tuhan, mendapat nubuatan, dipimpin Roh Kudus, berjalan dalam iman, berdoa dalam roh. Amin
Kita Adalah Imam Dan Raja
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
I Petrus 2:9 ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbutan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.”
Pada mulanya manusia (Adam dan Hawa) diciptakan dalam kondisi sempurna, yaitu seturut peta dan teladan Allah (Kejadian 1:26). Manusia memiliki citra diri yang sama dengan imam dan raja. Pada saat itu manusia bergaul karib dengan Allah sebagai bukti bahwa mereka adalah seorang imam. Dan mereka diberi kuasa untuk memerintah dan berkuasa atas binatang yang ada di darat, udara dan laut termasuk tumbuh-tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah seorang raja yang berkuasa. Walaupun Adam dan Hawa diberi wewenang untuk menguasai bumi tetapi mereka tidak lepas daripada keimamannya. Mereka melakukan segala sesuatu atas perintah Tuhan. Tetapi setelah manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa, maka citra diri mereka menjadi rusak. Manusia tanpa sadar membanggakan dirinya atas perubahan citra diri yang serba binatang, misalnya : kalajengking, babi, monyet dan lain sebagainya yang disebut dengan Sio atau Horoskop. Citra diri manusia telah jatuh sehingga sama dengan binatang dan tidak memiliki kuasa lagi, padahal manusia seharusnya menguasai binatang.
Saat ini kita dapat mengucap syukur, karena citra diri yang serupa dengan peta dan teladan Allah boleh kita miliki kembali setelah lahir baru di dalam Yesus.
Ada tiga hal yang membuat kita disebut sebagai anak raja dan imam :
1. Moral dan Karakter Raja
Karakter memiliki pengaruh yang besar, baik karakter laki-laki maupun perempuan. Kadang-kadang seorang raja rusak karena istrinya. Jadi, sebagai laki-laki harus memiliki karakter seorang raja dan moral seorang imam atau hamba Tuhan. Demikian sebagai perempuan harus memiliki karakter seorang permaisuri dan moral seorang imam atau hamba Tuhan. Karakter seorang raja dan moral seorang imam harus kita pertahankan. Apabila kita mulai jauh dari karakter dan moral seorang raja dan imam, maka kita akan mengalami kehancuran. Mungkin saat ini kita dalam keadaan biasa saja, bahkan pas-pasan atau kekurangan, tetapi apabila kita memiliki karakter dan moral seorang raja maka kita akan melihat keberhasilan yang luar biasa. Untuk dapat memililki moral dan karakter seorang raja tidak kita dapatkan begitu saja, namun harus ada harga yang harus kita bayar yaitu dengan jalan mempelajari kebenaran firman Tuhan dan terlebih menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kerapkali kita gagal untuk mempraktekkan karakter sebagai raja namun apabila kita mau terus berusaha tentunya dalam pimpinan Roh Kudus maka kita akan mencapainya.
2. Wisdom (Hikmat)
Amsal 3:13 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian”
Kepandaian memang perlu, khususnya anak-anak kita perlu didorong untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya supaya mendapat pengetahuan yang tinggi, tetapi jangan sampai kita hanya mengandalkan kepandaian saja. Firman Tuhan berkata dalam Yeremia 17 bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatan manusia tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan. Salah satu contoh tokoh Alkitab adalah Musa. Musa adalah orang yang pandai, karena sejak masih kecil sampai dewasa ia mendapat pendidikan yang bagus di istana Firaun tetapi tidak punya wahyu. Tetapi setelah Musa dibawa Tuhan ke padang gurun selama 40 tahun sampai ia bertemu dengan Tuhan dan mendapatkan wahyu dari Tuhan. Setelah Musa mendapat wahyu dari Tuhan dan ditambah dengan kepandaian yang ia miliki, maka ia disebut orang yang berhikmat. Bukti dari kepandaiannya adalah bahwa ia sanggup membawa dan mengatur kurang lebih tiga juta orang untuk menuju tanah perjanjian. Dan sebagai bukti bahwa ia mendapat wahyu dari Tuhan adalah ia telah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir yang disertai dengan tanda ajaib dan mujizat. Dan perlu kita ketahui bahwa hikmat dari dunia berbeda dengan hikmat dari Tuhan, karena hikmat dari dunia hanya terbatas pada pengetahuan saja, sedangkan hikmat dari Tuhan mengandung suatu kuasa yang luar biasa.
3. Kuasa Untuk Mengambil Keputusan
Amsal 13:13 ”Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.”
Sebagai seorang imam itu pasti taat kepada Tuhan termasuk dalam mengambil keputusan. Kita dapat mengambil keputusan apabila diperintah Tuhan. Dan jangan sekali-kali kita mengambil keputusan tanpa diperintah Tuhan walaupun kita berpikir bahwa keputusan yang kita ambil itu akan mendapatkan keuntungan yang besar. Karena apabila kita tetap mengambil keputusan maka akibatnya akan fatal. Kadang-kadang kita ragu-ragu dalam mengambil keputusan meskipun mendapat perintah dari Tuhan, karena kita melihat kekuatan dan kemampuan kita. Tetapi apabila kita berani mengambil keputusan atas perintah Tuhan maka kita akan melakukan perkara besar bersama Tuhan. Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan, bagaimana kita tahu mengenai keputusan yang kita ambil adalah perintah dari Tuhan. Hal ini tidak dapat kita lakukan dengan perasaan kita, karena antara perasaan dan suara Tuhan itu beda tipis, tetapi apabila kita peka akan suara Tuhan maka kita dapat pastikan bahwa itu adalah suara Tuhan. Dan untuk mempertajam kepekaan kita terhadap suara Tuhan, jalan satu-satunya adalah membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Berapa banyak orang beranggapan bahwa mereka telah mendengar suara Tuhan, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan, sehingga pernyataan ini sangat diragukan. Untuk itu marilah kita memiliki hati yang senantiasa rindu bersekutu dengan Tuhan agar kita memiliki kepekaan terhadap suara Tuhan terlebih memiliki kuasa untuk mengambil keputusan. Amin.
Graha Bethany Nginden
I Petrus 2:9 ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbutan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.”
Pada mulanya manusia (Adam dan Hawa) diciptakan dalam kondisi sempurna, yaitu seturut peta dan teladan Allah (Kejadian 1:26). Manusia memiliki citra diri yang sama dengan imam dan raja. Pada saat itu manusia bergaul karib dengan Allah sebagai bukti bahwa mereka adalah seorang imam. Dan mereka diberi kuasa untuk memerintah dan berkuasa atas binatang yang ada di darat, udara dan laut termasuk tumbuh-tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah seorang raja yang berkuasa. Walaupun Adam dan Hawa diberi wewenang untuk menguasai bumi tetapi mereka tidak lepas daripada keimamannya. Mereka melakukan segala sesuatu atas perintah Tuhan. Tetapi setelah manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa, maka citra diri mereka menjadi rusak. Manusia tanpa sadar membanggakan dirinya atas perubahan citra diri yang serba binatang, misalnya : kalajengking, babi, monyet dan lain sebagainya yang disebut dengan Sio atau Horoskop. Citra diri manusia telah jatuh sehingga sama dengan binatang dan tidak memiliki kuasa lagi, padahal manusia seharusnya menguasai binatang.
Saat ini kita dapat mengucap syukur, karena citra diri yang serupa dengan peta dan teladan Allah boleh kita miliki kembali setelah lahir baru di dalam Yesus.
Ada tiga hal yang membuat kita disebut sebagai anak raja dan imam :
1. Moral dan Karakter Raja
Karakter memiliki pengaruh yang besar, baik karakter laki-laki maupun perempuan. Kadang-kadang seorang raja rusak karena istrinya. Jadi, sebagai laki-laki harus memiliki karakter seorang raja dan moral seorang imam atau hamba Tuhan. Demikian sebagai perempuan harus memiliki karakter seorang permaisuri dan moral seorang imam atau hamba Tuhan. Karakter seorang raja dan moral seorang imam harus kita pertahankan. Apabila kita mulai jauh dari karakter dan moral seorang raja dan imam, maka kita akan mengalami kehancuran. Mungkin saat ini kita dalam keadaan biasa saja, bahkan pas-pasan atau kekurangan, tetapi apabila kita memiliki karakter dan moral seorang raja maka kita akan melihat keberhasilan yang luar biasa. Untuk dapat memililki moral dan karakter seorang raja tidak kita dapatkan begitu saja, namun harus ada harga yang harus kita bayar yaitu dengan jalan mempelajari kebenaran firman Tuhan dan terlebih menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kerapkali kita gagal untuk mempraktekkan karakter sebagai raja namun apabila kita mau terus berusaha tentunya dalam pimpinan Roh Kudus maka kita akan mencapainya.
2. Wisdom (Hikmat)
Amsal 3:13 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian”
Kepandaian memang perlu, khususnya anak-anak kita perlu didorong untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya supaya mendapat pengetahuan yang tinggi, tetapi jangan sampai kita hanya mengandalkan kepandaian saja. Firman Tuhan berkata dalam Yeremia 17 bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatan manusia tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan. Salah satu contoh tokoh Alkitab adalah Musa. Musa adalah orang yang pandai, karena sejak masih kecil sampai dewasa ia mendapat pendidikan yang bagus di istana Firaun tetapi tidak punya wahyu. Tetapi setelah Musa dibawa Tuhan ke padang gurun selama 40 tahun sampai ia bertemu dengan Tuhan dan mendapatkan wahyu dari Tuhan. Setelah Musa mendapat wahyu dari Tuhan dan ditambah dengan kepandaian yang ia miliki, maka ia disebut orang yang berhikmat. Bukti dari kepandaiannya adalah bahwa ia sanggup membawa dan mengatur kurang lebih tiga juta orang untuk menuju tanah perjanjian. Dan sebagai bukti bahwa ia mendapat wahyu dari Tuhan adalah ia telah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir yang disertai dengan tanda ajaib dan mujizat. Dan perlu kita ketahui bahwa hikmat dari dunia berbeda dengan hikmat dari Tuhan, karena hikmat dari dunia hanya terbatas pada pengetahuan saja, sedangkan hikmat dari Tuhan mengandung suatu kuasa yang luar biasa.
3. Kuasa Untuk Mengambil Keputusan
Amsal 13:13 ”Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.”
Sebagai seorang imam itu pasti taat kepada Tuhan termasuk dalam mengambil keputusan. Kita dapat mengambil keputusan apabila diperintah Tuhan. Dan jangan sekali-kali kita mengambil keputusan tanpa diperintah Tuhan walaupun kita berpikir bahwa keputusan yang kita ambil itu akan mendapatkan keuntungan yang besar. Karena apabila kita tetap mengambil keputusan maka akibatnya akan fatal. Kadang-kadang kita ragu-ragu dalam mengambil keputusan meskipun mendapat perintah dari Tuhan, karena kita melihat kekuatan dan kemampuan kita. Tetapi apabila kita berani mengambil keputusan atas perintah Tuhan maka kita akan melakukan perkara besar bersama Tuhan. Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan, bagaimana kita tahu mengenai keputusan yang kita ambil adalah perintah dari Tuhan. Hal ini tidak dapat kita lakukan dengan perasaan kita, karena antara perasaan dan suara Tuhan itu beda tipis, tetapi apabila kita peka akan suara Tuhan maka kita dapat pastikan bahwa itu adalah suara Tuhan. Dan untuk mempertajam kepekaan kita terhadap suara Tuhan, jalan satu-satunya adalah membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Berapa banyak orang beranggapan bahwa mereka telah mendengar suara Tuhan, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan, sehingga pernyataan ini sangat diragukan. Untuk itu marilah kita memiliki hati yang senantiasa rindu bersekutu dengan Tuhan agar kita memiliki kepekaan terhadap suara Tuhan terlebih memiliki kuasa untuk mengambil keputusan. Amin.
Gereja Yang Bertumbuh
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Sejalan dengan majunya jaman, maka gereja harus mengalami pertumbuhan. Dan pertumbuhan gereja ini tidak hanya kwantitas tetapi juga kwalitas. Ada beberapa karakter yang dimiliki oleh gereja yang bertumbuh, yaitu :
1. Koinonia (Kumpulan orang-orang yang mengikatkan diri dalam persekutuan dengan Allah).
Kita telah dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk dijadikan umat yang kudus dan melakukan perkara-perkara yang besar. Oleh sebab itu kita harus mengikatkan diri dalam persekutuan dengan Allah, karena Allah akan mengikatkan diriNya dengan kita pula, supaya keberhasilan itu menjadi nyata (I Korintus 1:2)
Pada saat kita mengikatkan diri dengan Kristus, maka kita akan diangkat dalam satu level berkat tertentu. Apa yang dimaksudkan mengikatkan diri dengan Tuhan ? Yang dimaksud mengikatkan diri dengan Tuhan adalah memiliki hubungan yang intim dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Contohnya : Ketika orang Israel dibawa keluar dari Mesir dan melawati padang pasir, maka mau atau tidak mau mereka harus mengikatkan diri dengan Allah karena di padang pasir tidak ada makanan dan minuman seperti di Mesir. Perjalanan dari Mesir menuju Kanaan sebenarnya tidak lebih dari 20 hari, tetapi mengapa sampai 40 tahun lamanya sehingga dalam perjalanan banyak yang mati ?.
Dibalik perjalanan yang cukup panjang ini Tuhan mempunyai maksud yang indah, yaitu supaya orang Israel saat dipimpin keluar dari tanah Mesir menuju ke Kanaan mendapat pelajaran dari Tuhan untuk bisa memelihara perasaan, pikiran dan kehendak Tuhan.
Demikianlah kehidupan kita, mungkin saat ini kita sedang bergantung pada lingkungan kita, misalnya bergantung pada kekayaan orang tua, bergantung pada pekerjaan yang bagus atau bergantung dengan hal yang lainnya. Tetapi perlu kita ingat bahwa kita adalah orang-orang yang eklesia yaitu orang-orang yang dipanggil dari dunia ini untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan Yesus Kristus. Karena kalau kita menggunakan pikiran, kehendak dan perasaan kita sendiri maka kita akan tersesat di padang pasir. Karena dunia ini sebenarnya adalah padang pasir.
Bentuk nyata pimpinan Tuhan terhadap bangsa Israel yaitu Musa telah diperintahkan Tuhan untuk membuat Tabernakel (Bilangan 9:15). Dan kemah suci pada zaman Musa hanya ada satu, sedangkan umat yang mengikuti Musa kurang lebih tiga juta orang. Pada saat mereka beribadah, para imam-imam melayani mulai dari mezbah bakaran, kolam basuhan, pelita emas dan roti pertunjukan. Mereka masuk ke halaman dan mereka percaya akan penebusan dosa dalam wujud kolam basuhan (baptisan). Lalu mereka masuk dalam ruang suci, yang pertama terdapat mezbah dupa (perasaan Tuhan), lalu meja roti pertunjukan (pikiran Kristus), lalu pelita emas (kehendak Tuhan). Kemudian imam itu menghadap tirai yang tebal sampai mendengar firman Tuhan dari ruang maha suci. Setelah para imam itu mendengar firman Tuhan maka mereka keluar dan menyampaikannya kepada jemaat.
Demikianlah dalam kehidupan kita, kalau kita benar-benar mengikatkan diri dengan Tuhan dan mau dipimpin oleh Tuhan, maka kita akan sampai pada tujuan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan yaitu hidup dalam kesuksesan, kebahagian dan kedamaian. Oleh sebab itu jangan sekali-kali mendukakan Roh Kudus karena Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri. Karena pada waktu kita menghormati Roh Kudus maka urapan Allah itu akan turun atas kita. Tetapi acapkali kita sering menyinggung perasaanNya dengan cara membawa tubuh ini ke dalam dosa. Lalu bagaimana kita bisa melayani Tuhan kalau kita tidak bisa memahami perasaanNya. Jadi orang yang bisa memahami dan melayani perasaan Tuhan dapat disamakan seperti hubungan antara suami dan istri (Efesus 5:32).
2. Diakonia (Kumpulan orang-orang yang saling melayani).
Galatia 6:10 ”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Pelayanan diakonia itu sebenarnya membuat kita berbahagia. Memang, kalau kita menilai secara fisik maka perbuatan kita tidak untung karena sebagian apa yang kita miliki harus berkurang. Tetapi akhir dari perbuatan yang kita lakukan akan menghasilkan buah yang luar biasa. Sebab, apa yang kita tabur tidak akan sia-sia tetapi akan menjadi berlipatkaliganda. Misalnya : seseorang mengalami sakit parah dan membutuhkan pertolongan, lalu kita mau berkorban. Maka segala perbuatan kita akan diperhitungkan oleh Tuhan (Ulangan 1:10). Allah tidak mau dipiutangi. Pelayanan diakonia di masa sekarang ini sangat langka, karena dalam kondisi yang sulit ini manusia cenderung untuk memikirkan dirinya sendiri atau sekelompok orang saja. Untuk itu, selama masih ada kesempatan marilah kita berlomba untuk berbuat baik terhadap saudara kita yang lemah, karena hal itu merupakan wujud sebagian dalam mengasihi sesama.
3. Marturia (Memberitakan Injil, atau menyampaikan kabar baik).
Gereja dikatakan exist apabila semua jemaatnya menyampaikan kabar baik kepada semua umat manusia, terutama bagi mereka yang belum diselamatkan. Memberitakan Injil bukanlah tugas pendeta saja, tetapi tugas semua orang yang percaya dan yang sudah diselamatkan oleh Tuhan. Marturia (memberitakan Injil) bersifat wajib (Matius 28:19-20). Tetapi janganlah takut, karena apabila kita memberitakan Injil maka kita akan diperlengkapi dengan kuasa Tuhan, karena di dalam diri kita ada sesuatu yang ilahi (Markus 16:15-17). Tetapi sebaliknya apabila kita tidak memenuhi kewajiban itu maka kita harus memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan atas nyawa orang yang belum diselamatkan (Yehezkhiel 33:6). Bukankah kita dipanggil dan dipilih tidak sekedar untuk diselamatkan tetapi kita ditetapkan sebagai pembawa kabar baik yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus. Mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “bagaimana aku dapat memberitakan Injil sedangkan akau tidak pandai bicara ?”. Saudara, memberitakan Injil itu bukan soal pandai atau tidak pandai bicara, melainkan mau atau tidak untuk memberitakannya. Pemberitaan Injil yang konkrit adalah melalui sikap hidup kita. Apakah sikap hidup kita sudah mencerminkan pribadi Yesus. Apabila kita mengaku percaya kepada Yesus maka hidup kita wajib seperti Yesus hidup. Apa artinya kita pandai berbicara tetapi hidup kita tidak mencerminkan sebagai anak-anak Tuhan ?. Perlu kita ketahui bahwa hidup kita adalah suratan yang terbuka; setiap orang dapat membaca kebenaran melalui sikap hidup kita sehari-hari. Amin
Graha Bethany Nginden
Sejalan dengan majunya jaman, maka gereja harus mengalami pertumbuhan. Dan pertumbuhan gereja ini tidak hanya kwantitas tetapi juga kwalitas. Ada beberapa karakter yang dimiliki oleh gereja yang bertumbuh, yaitu :
1. Koinonia (Kumpulan orang-orang yang mengikatkan diri dalam persekutuan dengan Allah).
Kita telah dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk dijadikan umat yang kudus dan melakukan perkara-perkara yang besar. Oleh sebab itu kita harus mengikatkan diri dalam persekutuan dengan Allah, karena Allah akan mengikatkan diriNya dengan kita pula, supaya keberhasilan itu menjadi nyata (I Korintus 1:2)
Pada saat kita mengikatkan diri dengan Kristus, maka kita akan diangkat dalam satu level berkat tertentu. Apa yang dimaksudkan mengikatkan diri dengan Tuhan ? Yang dimaksud mengikatkan diri dengan Tuhan adalah memiliki hubungan yang intim dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Contohnya : Ketika orang Israel dibawa keluar dari Mesir dan melawati padang pasir, maka mau atau tidak mau mereka harus mengikatkan diri dengan Allah karena di padang pasir tidak ada makanan dan minuman seperti di Mesir. Perjalanan dari Mesir menuju Kanaan sebenarnya tidak lebih dari 20 hari, tetapi mengapa sampai 40 tahun lamanya sehingga dalam perjalanan banyak yang mati ?.
Dibalik perjalanan yang cukup panjang ini Tuhan mempunyai maksud yang indah, yaitu supaya orang Israel saat dipimpin keluar dari tanah Mesir menuju ke Kanaan mendapat pelajaran dari Tuhan untuk bisa memelihara perasaan, pikiran dan kehendak Tuhan.
Demikianlah kehidupan kita, mungkin saat ini kita sedang bergantung pada lingkungan kita, misalnya bergantung pada kekayaan orang tua, bergantung pada pekerjaan yang bagus atau bergantung dengan hal yang lainnya. Tetapi perlu kita ingat bahwa kita adalah orang-orang yang eklesia yaitu orang-orang yang dipanggil dari dunia ini untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan Yesus Kristus. Karena kalau kita menggunakan pikiran, kehendak dan perasaan kita sendiri maka kita akan tersesat di padang pasir. Karena dunia ini sebenarnya adalah padang pasir.
Bentuk nyata pimpinan Tuhan terhadap bangsa Israel yaitu Musa telah diperintahkan Tuhan untuk membuat Tabernakel (Bilangan 9:15). Dan kemah suci pada zaman Musa hanya ada satu, sedangkan umat yang mengikuti Musa kurang lebih tiga juta orang. Pada saat mereka beribadah, para imam-imam melayani mulai dari mezbah bakaran, kolam basuhan, pelita emas dan roti pertunjukan. Mereka masuk ke halaman dan mereka percaya akan penebusan dosa dalam wujud kolam basuhan (baptisan). Lalu mereka masuk dalam ruang suci, yang pertama terdapat mezbah dupa (perasaan Tuhan), lalu meja roti pertunjukan (pikiran Kristus), lalu pelita emas (kehendak Tuhan). Kemudian imam itu menghadap tirai yang tebal sampai mendengar firman Tuhan dari ruang maha suci. Setelah para imam itu mendengar firman Tuhan maka mereka keluar dan menyampaikannya kepada jemaat.
Demikianlah dalam kehidupan kita, kalau kita benar-benar mengikatkan diri dengan Tuhan dan mau dipimpin oleh Tuhan, maka kita akan sampai pada tujuan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan yaitu hidup dalam kesuksesan, kebahagian dan kedamaian. Oleh sebab itu jangan sekali-kali mendukakan Roh Kudus karena Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri. Karena pada waktu kita menghormati Roh Kudus maka urapan Allah itu akan turun atas kita. Tetapi acapkali kita sering menyinggung perasaanNya dengan cara membawa tubuh ini ke dalam dosa. Lalu bagaimana kita bisa melayani Tuhan kalau kita tidak bisa memahami perasaanNya. Jadi orang yang bisa memahami dan melayani perasaan Tuhan dapat disamakan seperti hubungan antara suami dan istri (Efesus 5:32).
2. Diakonia (Kumpulan orang-orang yang saling melayani).
Galatia 6:10 ”Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Pelayanan diakonia itu sebenarnya membuat kita berbahagia. Memang, kalau kita menilai secara fisik maka perbuatan kita tidak untung karena sebagian apa yang kita miliki harus berkurang. Tetapi akhir dari perbuatan yang kita lakukan akan menghasilkan buah yang luar biasa. Sebab, apa yang kita tabur tidak akan sia-sia tetapi akan menjadi berlipatkaliganda. Misalnya : seseorang mengalami sakit parah dan membutuhkan pertolongan, lalu kita mau berkorban. Maka segala perbuatan kita akan diperhitungkan oleh Tuhan (Ulangan 1:10). Allah tidak mau dipiutangi. Pelayanan diakonia di masa sekarang ini sangat langka, karena dalam kondisi yang sulit ini manusia cenderung untuk memikirkan dirinya sendiri atau sekelompok orang saja. Untuk itu, selama masih ada kesempatan marilah kita berlomba untuk berbuat baik terhadap saudara kita yang lemah, karena hal itu merupakan wujud sebagian dalam mengasihi sesama.
3. Marturia (Memberitakan Injil, atau menyampaikan kabar baik).
Gereja dikatakan exist apabila semua jemaatnya menyampaikan kabar baik kepada semua umat manusia, terutama bagi mereka yang belum diselamatkan. Memberitakan Injil bukanlah tugas pendeta saja, tetapi tugas semua orang yang percaya dan yang sudah diselamatkan oleh Tuhan. Marturia (memberitakan Injil) bersifat wajib (Matius 28:19-20). Tetapi janganlah takut, karena apabila kita memberitakan Injil maka kita akan diperlengkapi dengan kuasa Tuhan, karena di dalam diri kita ada sesuatu yang ilahi (Markus 16:15-17). Tetapi sebaliknya apabila kita tidak memenuhi kewajiban itu maka kita harus memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan atas nyawa orang yang belum diselamatkan (Yehezkhiel 33:6). Bukankah kita dipanggil dan dipilih tidak sekedar untuk diselamatkan tetapi kita ditetapkan sebagai pembawa kabar baik yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus. Mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, “bagaimana aku dapat memberitakan Injil sedangkan akau tidak pandai bicara ?”. Saudara, memberitakan Injil itu bukan soal pandai atau tidak pandai bicara, melainkan mau atau tidak untuk memberitakannya. Pemberitaan Injil yang konkrit adalah melalui sikap hidup kita. Apakah sikap hidup kita sudah mencerminkan pribadi Yesus. Apabila kita mengaku percaya kepada Yesus maka hidup kita wajib seperti Yesus hidup. Apa artinya kita pandai berbicara tetapi hidup kita tidak mencerminkan sebagai anak-anak Tuhan ?. Perlu kita ketahui bahwa hidup kita adalah suratan yang terbuka; setiap orang dapat membaca kebenaran melalui sikap hidup kita sehari-hari. Amin
Doa Bapa Kami
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Matius 6:9-13 “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]”
Setiap orang Kristen tentunya hafal beberapa ayat yang tertulis diatas atau pada umumnya disebut dengan “Doa Bapa Kami”. Tetapi orang yang hafal belum tentu mengerti isi dari ayat-ayat tersebut. Apabila kita menengok ke belakang mengenai kisah daripada Adam dan Hawa, maka kita tahu bahwa mereka telah diusir oleh Tuhan karena jatuh dalam dosa. Dan sebagai akibatnya, mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan nafkahnya. Dan ketika mereka memiliki anak yaitu Kain dan Habil, telah terjadi peristiwa yang mengerikan, dimana Habel telah dibunuh oleh kakaknya yaitu Kain. Namun rupanya Adam dan Hawa mempunyai anak lagi yaitu Enos. Sementara mereka menjalani roda kehidupan, mereka sangat menderita karena berada di bawah kutuk dosa. Lalu akhirnya Enos mulai memanggil nama Tuhan. Dan sejak itulah kehidupan mereka mulai berubah.
Dari kisah diatas telah mengingatkan kita, supaya kita semakin giat dalam hal berdoa dan memahami makna doa itu sendiri, sebab orang yang berdoa kehidupannya pasti akan berubah. Dan dalam Injil Matius pasal 6:9-13, Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal berdoa. Dan didalam hal berdoa ini, kita akan dibawa pada level tertentu. Ada beberapa level yang akan kita capai saat kita berdoa, diantaranya :
1. Hubungan antara bapa dengan anak (Matius 6:9)
Kalau kita perhatikan kata “Bapa kami”, maka hal ini menunjukkan bahwa kita dibawa pada satu level tertentu yaitu mengenai hubungan antara bapa dengan anak. Sebelumnya level antara bapa dengan anak itu tidak ada, karena manusia telah jatuh dalam dosa. Dan level manusia menjadi begitu rendah, bahkan sampai manusia menyamakan dirinya dengan binatang (horoskop atau sio);. misalnya anjing, babi, kuda, ular dan lain sebagainya. Selain itu, kita semua tahu bahwa babi, anjing, ular dan binatang lainnya tidak dapat menyebut induknya bapa. Demikian halnya manusia yang memiliki level rendah bahkan menyamakan dirinya dengan binatang, maka merekapun tidak dapat menyebut Tuhan dengan sebutan Bapa sebab menusia tidak dapat bergaul dengan Allah.
Tetapi puji syukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus, sebab saat ini kita telah lahir baru. Dan orang yang lahir baru, sama dengan kembali pada ciptaan yang menurut peta dan gambar Allah, sehingga posisi kita dipulihkan dan kita dapat bergaul dengan Allah seperti hubungan antara bapa dengan anak. Posisi antara bapa dan anak itu sangat penting, sebab dalam posisi inilah hidup kita mendapatkan jaminan secara langsung dari Tuhan, seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 11:9-13.
2. Hubungan manusia dengan sorga (Matius 6:9)
Selain berada dalam posisi antara bapa dengan anak, kita dibawa pada level selanjutnya yaitu hubungan kita dengan sorga. Dan bagaimanakah hubungan kita dengan sorga ?. Mari kita baca di dalam Ibrani 10:19, yang berbunyi “. . . . oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.” Jadi, oleh karena pengorbanan Yesuslah, kita dapat masuk atau mempunyai hubungan dengan sorga yang merupakan tempat kudus. Dan kalau kita membaca sekilas di dalam Ibrani 9, maka kita akan menemukan judul perikop yaitu tentang adanya tempat kudus di bumi dan di sorga. Lalu dimanakah tempat kudus di bumi ? jawabannya adalah di Tabernakel. Hal ini terjadi ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dengan pimpinan Musa. Di dalam Tabernakel ada tempat yang disebut ruang mahasuci, dan tidak semua orang dapat masuk ke dalam kecuali orang Lewi. Dan kita adalah orang Lewi secara rohani, dimana kita dapat masuk ke ruang maha kudus yaitu dalam hadiratNya.
3. Menguduskan nama Tuhan (Matius 6:9)
Di dalam Keluaran 20:7 disebutkan : “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Jadi, jangan sekali-kali kita melupakan akan perintah ini. Tetapi biarlah kita senantiasa menguduskan namaNya, sebab namaNya agung dan mulia. Dan jangan sampai kita berbuat seperti yang biasa orang lakukan, yaitu mereka terlalu mudah menyebut nama Tuhan dengan rasa tidak hormat, bahkan kadang-kadang orang menjadi latah dalam menyebut nama Tuhan. Kita tahu bahwa dibawah kolong langit ini tidak ada nama yang mempunyai kuasa baik di bumi maupun di sorga, kecuali dalam nama Yesus.
4. Kerajaan Allah datang di bumi (Matius 6:10-11)
Apabila kita berdoa maka kita masuk pada level dimana kerajaan Allah datang ke dunia. Semua kekayaan, dan kemampuan sorga ada dalam hidup kita. Oleh sebab itu pada waktu Simon mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, maka Tuhan berkata kepada Simon : “engkau Petrus; diatas batu karang ini aku akan mendirikan jemaatKu dan apa yang kau ikat di bumi akan terikat di sorga dan apa yang kau lepas di bumi akan terlepas di sorga.” Apabila kita menabur di bumi ini, maka Tuhan yang ada di sorga tidak tinggal diam sebab ia akan memberkati kita berlipat kali ganda. Kalau kita tidak berdoa maka kerajaan Allah tidak turun dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu Tuhan mengajar kita dalam hal berdoa supaya hubungan kita dengan sorga tetap berlangsung.
5. Kemurahan (Matius 6:12)
Pengampunan harus selalu mengalir dalam kehidupan kita, sebab Allah kita adalah Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Kasih setia dan kemurahanNya tidak terbatas. Dan apabila di dalam diri orang Kristen tidak ada kemurahan dalam pengampunan, maka Bapa kita yang disorga tidak akan mengampuni kita, dan kita tetap berada dalam kutuk dosa.
6. Kelepasan (Matius 6:13)
Karena kalau orang bertobat maka roh jahat akan keluar dari orang tersebut dan mencari tempat yang lain. Dan apabila roh jahat telah mendapati tempat asal usulnya itu bersih tersapu dan kosong, dan tidak ada hubungan karib dengan Allah atau Roh Allah tidak ada di dalamnya, maka roh jahat itu akan membawa tujuh roh jahat yang lain sehingga keadaan orang ini semakin parah. Tetapi apabila kita tetap berdoa maka tak ada kuasa kegelapan yang bisa menyentuh kita karena ada kelepasan dalam kehidupan kita.
7. Kekekalan (Matius 6:13b)
Ketika berdoa dan menjaga hubungan kita dengan Bapa maka kita dibawa pada level yang kekal. Sebab Tuhan adalah yang empunya kerajaan dan kuasa serta kemuliaan sampai selama-lamanya. Dan apabila kita tidak berdoa, maka level kekekalan ini tidak ada pada kehidupan kita. Amin.
Graha Bethany Nginden
Matius 6:9-13 “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]”
Setiap orang Kristen tentunya hafal beberapa ayat yang tertulis diatas atau pada umumnya disebut dengan “Doa Bapa Kami”. Tetapi orang yang hafal belum tentu mengerti isi dari ayat-ayat tersebut. Apabila kita menengok ke belakang mengenai kisah daripada Adam dan Hawa, maka kita tahu bahwa mereka telah diusir oleh Tuhan karena jatuh dalam dosa. Dan sebagai akibatnya, mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan nafkahnya. Dan ketika mereka memiliki anak yaitu Kain dan Habil, telah terjadi peristiwa yang mengerikan, dimana Habel telah dibunuh oleh kakaknya yaitu Kain. Namun rupanya Adam dan Hawa mempunyai anak lagi yaitu Enos. Sementara mereka menjalani roda kehidupan, mereka sangat menderita karena berada di bawah kutuk dosa. Lalu akhirnya Enos mulai memanggil nama Tuhan. Dan sejak itulah kehidupan mereka mulai berubah.
Dari kisah diatas telah mengingatkan kita, supaya kita semakin giat dalam hal berdoa dan memahami makna doa itu sendiri, sebab orang yang berdoa kehidupannya pasti akan berubah. Dan dalam Injil Matius pasal 6:9-13, Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal berdoa. Dan didalam hal berdoa ini, kita akan dibawa pada level tertentu. Ada beberapa level yang akan kita capai saat kita berdoa, diantaranya :
1. Hubungan antara bapa dengan anak (Matius 6:9)
Kalau kita perhatikan kata “Bapa kami”, maka hal ini menunjukkan bahwa kita dibawa pada satu level tertentu yaitu mengenai hubungan antara bapa dengan anak. Sebelumnya level antara bapa dengan anak itu tidak ada, karena manusia telah jatuh dalam dosa. Dan level manusia menjadi begitu rendah, bahkan sampai manusia menyamakan dirinya dengan binatang (horoskop atau sio);. misalnya anjing, babi, kuda, ular dan lain sebagainya. Selain itu, kita semua tahu bahwa babi, anjing, ular dan binatang lainnya tidak dapat menyebut induknya bapa. Demikian halnya manusia yang memiliki level rendah bahkan menyamakan dirinya dengan binatang, maka merekapun tidak dapat menyebut Tuhan dengan sebutan Bapa sebab menusia tidak dapat bergaul dengan Allah.
Tetapi puji syukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus, sebab saat ini kita telah lahir baru. Dan orang yang lahir baru, sama dengan kembali pada ciptaan yang menurut peta dan gambar Allah, sehingga posisi kita dipulihkan dan kita dapat bergaul dengan Allah seperti hubungan antara bapa dengan anak. Posisi antara bapa dan anak itu sangat penting, sebab dalam posisi inilah hidup kita mendapatkan jaminan secara langsung dari Tuhan, seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 11:9-13.
2. Hubungan manusia dengan sorga (Matius 6:9)
Selain berada dalam posisi antara bapa dengan anak, kita dibawa pada level selanjutnya yaitu hubungan kita dengan sorga. Dan bagaimanakah hubungan kita dengan sorga ?. Mari kita baca di dalam Ibrani 10:19, yang berbunyi “. . . . oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.” Jadi, oleh karena pengorbanan Yesuslah, kita dapat masuk atau mempunyai hubungan dengan sorga yang merupakan tempat kudus. Dan kalau kita membaca sekilas di dalam Ibrani 9, maka kita akan menemukan judul perikop yaitu tentang adanya tempat kudus di bumi dan di sorga. Lalu dimanakah tempat kudus di bumi ? jawabannya adalah di Tabernakel. Hal ini terjadi ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dengan pimpinan Musa. Di dalam Tabernakel ada tempat yang disebut ruang mahasuci, dan tidak semua orang dapat masuk ke dalam kecuali orang Lewi. Dan kita adalah orang Lewi secara rohani, dimana kita dapat masuk ke ruang maha kudus yaitu dalam hadiratNya.
3. Menguduskan nama Tuhan (Matius 6:9)
Di dalam Keluaran 20:7 disebutkan : “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Jadi, jangan sekali-kali kita melupakan akan perintah ini. Tetapi biarlah kita senantiasa menguduskan namaNya, sebab namaNya agung dan mulia. Dan jangan sampai kita berbuat seperti yang biasa orang lakukan, yaitu mereka terlalu mudah menyebut nama Tuhan dengan rasa tidak hormat, bahkan kadang-kadang orang menjadi latah dalam menyebut nama Tuhan. Kita tahu bahwa dibawah kolong langit ini tidak ada nama yang mempunyai kuasa baik di bumi maupun di sorga, kecuali dalam nama Yesus.
4. Kerajaan Allah datang di bumi (Matius 6:10-11)
Apabila kita berdoa maka kita masuk pada level dimana kerajaan Allah datang ke dunia. Semua kekayaan, dan kemampuan sorga ada dalam hidup kita. Oleh sebab itu pada waktu Simon mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, maka Tuhan berkata kepada Simon : “engkau Petrus; diatas batu karang ini aku akan mendirikan jemaatKu dan apa yang kau ikat di bumi akan terikat di sorga dan apa yang kau lepas di bumi akan terlepas di sorga.” Apabila kita menabur di bumi ini, maka Tuhan yang ada di sorga tidak tinggal diam sebab ia akan memberkati kita berlipat kali ganda. Kalau kita tidak berdoa maka kerajaan Allah tidak turun dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu Tuhan mengajar kita dalam hal berdoa supaya hubungan kita dengan sorga tetap berlangsung.
5. Kemurahan (Matius 6:12)
Pengampunan harus selalu mengalir dalam kehidupan kita, sebab Allah kita adalah Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Kasih setia dan kemurahanNya tidak terbatas. Dan apabila di dalam diri orang Kristen tidak ada kemurahan dalam pengampunan, maka Bapa kita yang disorga tidak akan mengampuni kita, dan kita tetap berada dalam kutuk dosa.
6. Kelepasan (Matius 6:13)
Karena kalau orang bertobat maka roh jahat akan keluar dari orang tersebut dan mencari tempat yang lain. Dan apabila roh jahat telah mendapati tempat asal usulnya itu bersih tersapu dan kosong, dan tidak ada hubungan karib dengan Allah atau Roh Allah tidak ada di dalamnya, maka roh jahat itu akan membawa tujuh roh jahat yang lain sehingga keadaan orang ini semakin parah. Tetapi apabila kita tetap berdoa maka tak ada kuasa kegelapan yang bisa menyentuh kita karena ada kelepasan dalam kehidupan kita.
7. Kekekalan (Matius 6:13b)
Ketika berdoa dan menjaga hubungan kita dengan Bapa maka kita dibawa pada level yang kekal. Sebab Tuhan adalah yang empunya kerajaan dan kuasa serta kemuliaan sampai selama-lamanya. Dan apabila kita tidak berdoa, maka level kekekalan ini tidak ada pada kehidupan kita. Amin.
Mendengar dan Melakukan Firman Allah
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Setiap hari kita membaca Firman Allah, renungan maupun mendengar Firman Allah dari radio, bahkan dari seorang nabi yang berdoa atau bernubuat menyatakan bahwa setiap Firman yang keluar dari mulut Allah akan menjadikan semuanya baik. Memang keadaan dunia sempat dirusak oleh Lucifer, tetapi karena kuasa Firman Allah maka semesta alam menjadi teratur kembali ; baik itu hari, minggu, bulan maupun tahun menjadi teratur. Lalu dibumi diciptakan tumbuh-tumbuhan dan dilihatNya semuanya baik.
Dan setelah semuanya dilihat baik, maka Tuhan menciptakan manusia untuk ditempatkan pada dunia yang sudah baik dan teratur. Dan seluruh yang ada pada taman itu boleh dimakan oleh manusia karena semuanya baik, tetapi ada satu buah yang tidak boleh dimakan karena apabila dimakan maka akan mengakibatkan tidak baik. Firman Tuhan yang diucapkan selalu membuat segala sesuatu menjadi baik. Kita percaya bahwa Firman Allah yang kita dengar tidak akan kembali dengan sia-sia tetapi akan digenapi. Oleh karena itu firman Tuhan menasehatkan, ”Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. . . . . . . .” (Yakobus 1:22-24).
Jika kita mendengar Firman Allah yang penuh dengan janji dan melakukannya maka kita pasti akan diberkati. Dan untuk dapat menjadi pelaku firman, diperlukan tindakan iman dalam kehidupan kita. Sebenarnya berkat itu sudah disediakan bagi kita, selanjutnya kita tinggal mengambilnya. Tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah kita mau melangkah untuk mengambilnya atau tidak. Selama kita tidak mau melangkah maka selamanya kita tidak akan mendapatkan berkat yang sudah disediakan bagi kita. Kata melangkah disini memiliki pengertian yaitu melakukan firman Tuhan. Misalnya kita membantu orang miskin atau orang yang membutuhkan pertolongan, maka Tuhan akan membalasnya berlipatkaliganda. Namun bukan berarti kita berlomba-lomba memberi bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan pertolongan dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan berkat yang lebih banyak. Tindakan semacam ini bukankah seperti orang yang sedang “gambling” (judi). Memang apa yang kita tabur itu yang kita tuai, asalkan kita menaburnya dengan tulus iklas. Dan sebaliknya, bagi orang yang mendengar Firman Allah dan tidak melakukan, maka orang tersebut dapat disamakan dengan orang yang bercermin dan segera pergi sehingga ia lupa akan rupanya. Demikian orang yang diberkati tetapi tidak melakukan Firman Allah maka ia tidak akan ingat bahwa dia diberkati oleh Tuhan.
Saudara, selain kita diberkati ketika melakukan kehendak Tuhan; kita disebut orang yang berbahagia, seperti yang tertulis pada ayat selanjutnya (ayat 25), ”Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Kata berbahagia itu sangat luas sekali artinya dan tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. Selain itu kebahagiaan merupakan klimaks daripada kehidupan. Oleh sebab itu manusia berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan kebahagian. Firman Allah dengan jelas mengatakan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan apabila melakukan Firman Allah.
Ada perbedaan antara orang yang melakukan Firman Allah dan yang tidak melakukan. Orang yang mendengar Firman Allah tetapi tidak melakukan sama dengan seorang penonton. Contohnya dalam sebuah pertandingan sepak bola. Pemain sepak bola hanya terdiri 11 orang tetapi penonton jumlahnya sampai mencapai puluhan ribu. Penonton tahu tujuan akhir dari pertandingan sepak bola yaitu mencapai goal, dan bagi penonton yang fanatik tahu bagaimana caranya memasukkan bola tetapi mereka tidak mampu melakukannya karena status mereka adalah penonton dan bukan pemain. Penonton hanya membicarakan problem tetapi tidak menyelesaikan atau memecahkan problem, sedangkan seorang pemain tidak hanya membicarakan problem tetapi memecahkan problem. Penonton tidak akan pernah mendapatkan hadiah atau piala, tetapi pemainlah yang akan mendapatkan hadiah. Dan gambaran ini dapat kita temukan pada kehidupan orang-orang Farisi, dimana mereka begitu mengerti hukum-hukum Allah tetapi mereka tidak pernah melakukannya, sehingga mereka terbatas sampai pada pengetahuan saja. Demikian hidup kita janganlah hanya tahu tentang kebenaran tetapi menjadi pelaku kebenaran atau hidup dalam kebenaran. Karena orang yang hidup dalam kebenaran akan dimerdekaan dari segala cengkraman dunia termasuk persoalan yang ada di dalamnya. Orang Kristen yang memiliki tipe seperti “penonton”, apabila pergi ke gereja hanya ingin dipenuhi kebutuhannya baik itu pekerjaan, karir maupun segala usahanya, tetapi semuanya adalah sia-sia karena orang yang ingin bertemu dengan Tuhanlah yang akan dipenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Tuhan merindukan supaya setiap kita menjadi seorang pemain yang terlibat dalam pertandingan dan pada akhirnya akan mendapatkan hadiah atau berkat Tuhan. Keberhasilan memang bukan semata-mata kekuatan pemain saja, tetapi karena mereka mau terlibat dalam pertandingan maka mereka sanggup memecahkan problem dengan kuasa Firman Allah. Sudahkah saat ini kita siap bertanding untuk menerima berkat Tuhan yang sudah disediakan ? Percayalah bahwa apa yang telah difirmankanNya akan digenapi, seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:11 ”demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Dan perlu diketahui bahwa selain Allah memberikan janji kepada kita, Dia juga memberi jaminan atas hidup kita, supaya apa yang telah dijanjikanNya itu dapat kita peroleh, seperti yang tertulis dalam Efesus 1:14”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagi kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Saudara, perlu dipahami bahwa sebagai pelaku firman harus berani menerima konsekuensi yang ada, baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam. Kadang-kadang kita melakukan sesuatu yang baik sesuai firman Tuhan, justru dimusuhi oleh dunia. Tetapi jangan putus asa, sebab firman Tuhan pun berkata, ”Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yohanes 15:19). Dan hal ini dapat kita lihat melalui kehidupan guru kita yaitu Yesus Kristus. Walaupun dia sudah melakukan yang baik; baik itu menyembuhkan mereka dari segala sakit penyakit, membebaskan mereka dari kuasa roh jahat, namun mereka justru berteriak “salibkan Dia”, dan mereka memperlakukan Yesus seperti seorang pencuri, perampok ataupun pembunuh. Untuk itu apabila guru kita yaitu Yesus Kristus mengalami hal demikian maka kita pun sebagai muridnya mengalami hal-hal yang tidak jauh dari guru kita, itulah yang disebut dengan memikul salib. Walaupun hal ini tampaknya tidak enak tetapi ketahuilah bahwa kita sedang melakukan perkara yang besar.
Melalui beberapa penjelasan di atas biarlah kita semakin sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi pelaku firman, sebab upah yang besar siap menanti kita. Amin.
Graha Bethany Nginden
Setiap hari kita membaca Firman Allah, renungan maupun mendengar Firman Allah dari radio, bahkan dari seorang nabi yang berdoa atau bernubuat menyatakan bahwa setiap Firman yang keluar dari mulut Allah akan menjadikan semuanya baik. Memang keadaan dunia sempat dirusak oleh Lucifer, tetapi karena kuasa Firman Allah maka semesta alam menjadi teratur kembali ; baik itu hari, minggu, bulan maupun tahun menjadi teratur. Lalu dibumi diciptakan tumbuh-tumbuhan dan dilihatNya semuanya baik.
Dan setelah semuanya dilihat baik, maka Tuhan menciptakan manusia untuk ditempatkan pada dunia yang sudah baik dan teratur. Dan seluruh yang ada pada taman itu boleh dimakan oleh manusia karena semuanya baik, tetapi ada satu buah yang tidak boleh dimakan karena apabila dimakan maka akan mengakibatkan tidak baik. Firman Tuhan yang diucapkan selalu membuat segala sesuatu menjadi baik. Kita percaya bahwa Firman Allah yang kita dengar tidak akan kembali dengan sia-sia tetapi akan digenapi. Oleh karena itu firman Tuhan menasehatkan, ”Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. . . . . . . .” (Yakobus 1:22-24).
Jika kita mendengar Firman Allah yang penuh dengan janji dan melakukannya maka kita pasti akan diberkati. Dan untuk dapat menjadi pelaku firman, diperlukan tindakan iman dalam kehidupan kita. Sebenarnya berkat itu sudah disediakan bagi kita, selanjutnya kita tinggal mengambilnya. Tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah kita mau melangkah untuk mengambilnya atau tidak. Selama kita tidak mau melangkah maka selamanya kita tidak akan mendapatkan berkat yang sudah disediakan bagi kita. Kata melangkah disini memiliki pengertian yaitu melakukan firman Tuhan. Misalnya kita membantu orang miskin atau orang yang membutuhkan pertolongan, maka Tuhan akan membalasnya berlipatkaliganda. Namun bukan berarti kita berlomba-lomba memberi bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan pertolongan dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan berkat yang lebih banyak. Tindakan semacam ini bukankah seperti orang yang sedang “gambling” (judi). Memang apa yang kita tabur itu yang kita tuai, asalkan kita menaburnya dengan tulus iklas. Dan sebaliknya, bagi orang yang mendengar Firman Allah dan tidak melakukan, maka orang tersebut dapat disamakan dengan orang yang bercermin dan segera pergi sehingga ia lupa akan rupanya. Demikian orang yang diberkati tetapi tidak melakukan Firman Allah maka ia tidak akan ingat bahwa dia diberkati oleh Tuhan.
Saudara, selain kita diberkati ketika melakukan kehendak Tuhan; kita disebut orang yang berbahagia, seperti yang tertulis pada ayat selanjutnya (ayat 25), ”Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Kata berbahagia itu sangat luas sekali artinya dan tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. Selain itu kebahagiaan merupakan klimaks daripada kehidupan. Oleh sebab itu manusia berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan kebahagian. Firman Allah dengan jelas mengatakan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan apabila melakukan Firman Allah.
Ada perbedaan antara orang yang melakukan Firman Allah dan yang tidak melakukan. Orang yang mendengar Firman Allah tetapi tidak melakukan sama dengan seorang penonton. Contohnya dalam sebuah pertandingan sepak bola. Pemain sepak bola hanya terdiri 11 orang tetapi penonton jumlahnya sampai mencapai puluhan ribu. Penonton tahu tujuan akhir dari pertandingan sepak bola yaitu mencapai goal, dan bagi penonton yang fanatik tahu bagaimana caranya memasukkan bola tetapi mereka tidak mampu melakukannya karena status mereka adalah penonton dan bukan pemain. Penonton hanya membicarakan problem tetapi tidak menyelesaikan atau memecahkan problem, sedangkan seorang pemain tidak hanya membicarakan problem tetapi memecahkan problem. Penonton tidak akan pernah mendapatkan hadiah atau piala, tetapi pemainlah yang akan mendapatkan hadiah. Dan gambaran ini dapat kita temukan pada kehidupan orang-orang Farisi, dimana mereka begitu mengerti hukum-hukum Allah tetapi mereka tidak pernah melakukannya, sehingga mereka terbatas sampai pada pengetahuan saja. Demikian hidup kita janganlah hanya tahu tentang kebenaran tetapi menjadi pelaku kebenaran atau hidup dalam kebenaran. Karena orang yang hidup dalam kebenaran akan dimerdekaan dari segala cengkraman dunia termasuk persoalan yang ada di dalamnya. Orang Kristen yang memiliki tipe seperti “penonton”, apabila pergi ke gereja hanya ingin dipenuhi kebutuhannya baik itu pekerjaan, karir maupun segala usahanya, tetapi semuanya adalah sia-sia karena orang yang ingin bertemu dengan Tuhanlah yang akan dipenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Tuhan merindukan supaya setiap kita menjadi seorang pemain yang terlibat dalam pertandingan dan pada akhirnya akan mendapatkan hadiah atau berkat Tuhan. Keberhasilan memang bukan semata-mata kekuatan pemain saja, tetapi karena mereka mau terlibat dalam pertandingan maka mereka sanggup memecahkan problem dengan kuasa Firman Allah. Sudahkah saat ini kita siap bertanding untuk menerima berkat Tuhan yang sudah disediakan ? Percayalah bahwa apa yang telah difirmankanNya akan digenapi, seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:11 ”demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Dan perlu diketahui bahwa selain Allah memberikan janji kepada kita, Dia juga memberi jaminan atas hidup kita, supaya apa yang telah dijanjikanNya itu dapat kita peroleh, seperti yang tertulis dalam Efesus 1:14”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagi kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Saudara, perlu dipahami bahwa sebagai pelaku firman harus berani menerima konsekuensi yang ada, baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam. Kadang-kadang kita melakukan sesuatu yang baik sesuai firman Tuhan, justru dimusuhi oleh dunia. Tetapi jangan putus asa, sebab firman Tuhan pun berkata, ”Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yohanes 15:19). Dan hal ini dapat kita lihat melalui kehidupan guru kita yaitu Yesus Kristus. Walaupun dia sudah melakukan yang baik; baik itu menyembuhkan mereka dari segala sakit penyakit, membebaskan mereka dari kuasa roh jahat, namun mereka justru berteriak “salibkan Dia”, dan mereka memperlakukan Yesus seperti seorang pencuri, perampok ataupun pembunuh. Untuk itu apabila guru kita yaitu Yesus Kristus mengalami hal demikian maka kita pun sebagai muridnya mengalami hal-hal yang tidak jauh dari guru kita, itulah yang disebut dengan memikul salib. Walaupun hal ini tampaknya tidak enak tetapi ketahuilah bahwa kita sedang melakukan perkara yang besar.
Melalui beberapa penjelasan di atas biarlah kita semakin sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi pelaku firman, sebab upah yang besar siap menanti kita. Amin.
Kesempatan Untuk Berbuah
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Ayat bacaan : Yesaya 5:1-2
Gereja Tuhan itu seperti kebun anggur, dan sebagai pemilik kebun anggur adalah kekasih kita yaitu Yesus Kristus. Dia sangat mengharapkan kebun anggur itu menghasilkan buah yang lebih baik. Untuk itu, marilah kita melihat keberadaan kita sebagai kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah anggur yang baik atau belum ?. apabila belum, biarlah dalam kesempatan yang ada kita berusaha untuk menghasilkan buah yang baik. Dan jikalau kita sudah menghasilkan buah yang baik, janganlah berpuas diri tetapi biarlah kita berbuah semakin lebat, sebab inilah kehendak Tuhan.
Untuk menjadi kebun anggur yang menghasilkan buah yang baik ada empat hal yang harus kita perhatikan :
1. Mencangkul dan membuang batu-batunya.
Berapa banyak kita telah mendengar khotbah tentang hal ini. Tetapi kali ini kita akan membahas lebih lagi sebagai bahan koreksi dalam kehidupan kita, apakah hal-hal yang telah kita terima/dengar sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan kita atau belum. Apabila belum, mari kita membaca dalam Injil Lukas 13:7-9, disitu kita akan menemukan hal penting, dimana pengurus akan kebun anggur itu memohon kepada pemiliknya untuk diberi kesempatan untuk mengusahakan supaya pohon anggur itu menghasilkan buah; yaitu dengan cara merawat dan memberi pupuk (makanan rohani) karena sudah tiga tahun masih belum menghasilkan buah, padahal kebun anggur itu seharusnya menghasilkan buah pada musimnya. Mungkin saat ini kita menjadi orang Kristen sudah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih tetapi belum menghasilkan buah, maka dalam kesempatan ini kita segera mengambil suatu tindakan untuk dapat menghasilkan buah. Apabila hati kita masih keras, marilah kita cangkul dengan cara merendahkan diri dihadapan Tuhan, dan apabila dalam hati kita masih ada batu penghalang diantaranya sakit hati, kedengkian, kebencian, dendam bersungut-sungut dan lain sebagainya (tentunya yang bukan merupakan kehendak Tuhan). Marilah kita buang jauh-jauh penghalang itu, jangan sampai tetap tinggal dalam hati kita !. Sebab apabila kita sudah bebas dari semua penghalang-penghalang itu maka kita akan melihat hasil yang memuaskan. Ada yang menghasilkan seratus kali lipat, enam puluh kali lipat maupun tiga puluh kali lipat .Oleh sebab itu biarlah dalam kesempatan ini kita akan segera menghasilkan buah yang baik, supaya kita diberkati.
2. Menanami dengan pokok anggur pilihan
Sejak kita percaya Tuhan, dibaptis dan lahir baru, maka sejak itu kita ditentukan memiliki nasib yang baik dan sebagai jaminannya adalah roh Kudus yang telah dimeteraikan dalam kehidupan kita. Terlebih dari itu, kita telah dijadikan sebagai pohon anggur pilihan dan sebagai benih yang sungguh murni (Yeremia 2:21), untuk menghasilkan buah yang baik. Allah memanggil kita bukan hanya sekedar dipanggil tetapi kita telah dijadikan bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani sebagai umat kepunyaan Allah sendiri (I Petrus 2:9-10). Dan apabila kita menyadari bahwa diri kita benar-benar berharga di mataNya, maka dari itu jangan kecil hati atau putus asa dalam menghadapi pergumulan hidup ini karena Ia sanggup membela kita, jikalau kita menghargai akan panggilan itu.
3. Mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya
Menara jaga sengaja dibangun guna mengawasi pertumbuhan dan keamanan kebun anggur tersebut sampai kebun anggur itu menghasilkan buah. Oleh karena itu kita sebagai orang percaya yang diumpamakan sebagai kebun anggur biarlah kita berjaga-jaga dalam doa dan puasa, supaya firman yang ditaburkan di hati kita memberikan pertumbuhan atas kerohanian kita, sehingga kerohanian kita mengalami kedewasan dan siap untuk menghasilkan buah. Dan melalui menara jagalah kita dapat melihat apakah masih ada penghalang-penghalang pertumbuhan dan berbuahnya pohon anggur (kerohanian kita). Tanpa kita membangun menara jaga dalam pengertian membangun hubungan dengan Tuhan maka sia-sialah segala usaha kita. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 127:1-2, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”
4. Menggali lobang tempat memeras anggur
Pada saat anggur diperas maka keluarlah air anggur yang murni, dan hasil buah anggur itu dapat dinikmati. Demikianlah dalam kehidupan kita, apabila kita sudah mengalami kedewasan rohani maka saat itulah kita dapat mengeluarkan buah-buah yang baik; diantaranya : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dan hasil buah anggur itu merupakan persembahan yang terbaik dalam kehidupan kita, karena persembahan itu akan diperhitungkan sebagai persembahan khusus dan sama seperti gandum dari tempat pengirikan (Bilangan 18:27). Persembahan disini sesungguhnya dalam bahasa Ibraninya : Penyembahan (pujian). Memang, selama kita menumpang di dalam dunia ini, kita masih tetap mengalami berbagai macam pergumulan, tetapi apabila kita tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan maka kekuatan yang luar biasa akan tinggal dalam kehidupan kita. Walaupun dalam segala hal kita ditindas, namun tidak terjepit; kita habis akal, namun tidak putus asa; kita dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kita dihempaskan, namun tidak binasa (II Korintus 4:8-9), karena kita sudah ditentukan sebagai pemenang bahkan lebih dari pemenang dalam Kristus. Amin.
Graha Bethany Nginden
Ayat bacaan : Yesaya 5:1-2
Gereja Tuhan itu seperti kebun anggur, dan sebagai pemilik kebun anggur adalah kekasih kita yaitu Yesus Kristus. Dia sangat mengharapkan kebun anggur itu menghasilkan buah yang lebih baik. Untuk itu, marilah kita melihat keberadaan kita sebagai kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah anggur yang baik atau belum ?. apabila belum, biarlah dalam kesempatan yang ada kita berusaha untuk menghasilkan buah yang baik. Dan jikalau kita sudah menghasilkan buah yang baik, janganlah berpuas diri tetapi biarlah kita berbuah semakin lebat, sebab inilah kehendak Tuhan.
Untuk menjadi kebun anggur yang menghasilkan buah yang baik ada empat hal yang harus kita perhatikan :
1. Mencangkul dan membuang batu-batunya.
Berapa banyak kita telah mendengar khotbah tentang hal ini. Tetapi kali ini kita akan membahas lebih lagi sebagai bahan koreksi dalam kehidupan kita, apakah hal-hal yang telah kita terima/dengar sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan kita atau belum. Apabila belum, mari kita membaca dalam Injil Lukas 13:7-9, disitu kita akan menemukan hal penting, dimana pengurus akan kebun anggur itu memohon kepada pemiliknya untuk diberi kesempatan untuk mengusahakan supaya pohon anggur itu menghasilkan buah; yaitu dengan cara merawat dan memberi pupuk (makanan rohani) karena sudah tiga tahun masih belum menghasilkan buah, padahal kebun anggur itu seharusnya menghasilkan buah pada musimnya. Mungkin saat ini kita menjadi orang Kristen sudah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih tetapi belum menghasilkan buah, maka dalam kesempatan ini kita segera mengambil suatu tindakan untuk dapat menghasilkan buah. Apabila hati kita masih keras, marilah kita cangkul dengan cara merendahkan diri dihadapan Tuhan, dan apabila dalam hati kita masih ada batu penghalang diantaranya sakit hati, kedengkian, kebencian, dendam bersungut-sungut dan lain sebagainya (tentunya yang bukan merupakan kehendak Tuhan). Marilah kita buang jauh-jauh penghalang itu, jangan sampai tetap tinggal dalam hati kita !. Sebab apabila kita sudah bebas dari semua penghalang-penghalang itu maka kita akan melihat hasil yang memuaskan. Ada yang menghasilkan seratus kali lipat, enam puluh kali lipat maupun tiga puluh kali lipat .Oleh sebab itu biarlah dalam kesempatan ini kita akan segera menghasilkan buah yang baik, supaya kita diberkati.
2. Menanami dengan pokok anggur pilihan
Sejak kita percaya Tuhan, dibaptis dan lahir baru, maka sejak itu kita ditentukan memiliki nasib yang baik dan sebagai jaminannya adalah roh Kudus yang telah dimeteraikan dalam kehidupan kita. Terlebih dari itu, kita telah dijadikan sebagai pohon anggur pilihan dan sebagai benih yang sungguh murni (Yeremia 2:21), untuk menghasilkan buah yang baik. Allah memanggil kita bukan hanya sekedar dipanggil tetapi kita telah dijadikan bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani sebagai umat kepunyaan Allah sendiri (I Petrus 2:9-10). Dan apabila kita menyadari bahwa diri kita benar-benar berharga di mataNya, maka dari itu jangan kecil hati atau putus asa dalam menghadapi pergumulan hidup ini karena Ia sanggup membela kita, jikalau kita menghargai akan panggilan itu.
3. Mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya
Menara jaga sengaja dibangun guna mengawasi pertumbuhan dan keamanan kebun anggur tersebut sampai kebun anggur itu menghasilkan buah. Oleh karena itu kita sebagai orang percaya yang diumpamakan sebagai kebun anggur biarlah kita berjaga-jaga dalam doa dan puasa, supaya firman yang ditaburkan di hati kita memberikan pertumbuhan atas kerohanian kita, sehingga kerohanian kita mengalami kedewasan dan siap untuk menghasilkan buah. Dan melalui menara jagalah kita dapat melihat apakah masih ada penghalang-penghalang pertumbuhan dan berbuahnya pohon anggur (kerohanian kita). Tanpa kita membangun menara jaga dalam pengertian membangun hubungan dengan Tuhan maka sia-sialah segala usaha kita. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 127:1-2, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”
4. Menggali lobang tempat memeras anggur
Pada saat anggur diperas maka keluarlah air anggur yang murni, dan hasil buah anggur itu dapat dinikmati. Demikianlah dalam kehidupan kita, apabila kita sudah mengalami kedewasan rohani maka saat itulah kita dapat mengeluarkan buah-buah yang baik; diantaranya : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dan hasil buah anggur itu merupakan persembahan yang terbaik dalam kehidupan kita, karena persembahan itu akan diperhitungkan sebagai persembahan khusus dan sama seperti gandum dari tempat pengirikan (Bilangan 18:27). Persembahan disini sesungguhnya dalam bahasa Ibraninya : Penyembahan (pujian). Memang, selama kita menumpang di dalam dunia ini, kita masih tetap mengalami berbagai macam pergumulan, tetapi apabila kita tetap bergantung sepenuhnya kepada Tuhan maka kekuatan yang luar biasa akan tinggal dalam kehidupan kita. Walaupun dalam segala hal kita ditindas, namun tidak terjepit; kita habis akal, namun tidak putus asa; kita dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kita dihempaskan, namun tidak binasa (II Korintus 4:8-9), karena kita sudah ditentukan sebagai pemenang bahkan lebih dari pemenang dalam Kristus. Amin.
Tetaplah Beriman, Berharap dan Memiliki Kasih
Tetaplah Beriman, Berharap dan Memiliki Kasih
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Mazmur 91:1-16 “ . . . “
Pokok pembahasan kali ini yaitu me-review (meninjau) kembali mengenai janji Tuhan yang diberikan kepada umatNya mengenai perlindunganNya dalam segala hal. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan :
Pertama : Iman (Ayat 1-2)
Kita melihat bahwa raja Daud menulis dalam pasal 91 ini karena ia memperhatikan kehidupan Musa, bahkan mulai dari kehidupan Abraham, Ishak dan Yakub. Tatkala bangsa Israel dipimpin oleh Musa untuk keluar dari tanah Mesir. Daud meneliti bagaimana Allah melindungi bangsa Israel. Dan perlindungan ini berawal dari Abraham, Ishak dan Yakub. Dimana Allah berjanji kepada Abraham disertai dengan sumpah, termasuk kepada kita yang merupakan keturunan Abraham secara rohani. Oleh karena itu, perlindungan Allah sangat mutlak bagi umat pilihanNya. Dan Daud memiliki bukti bahwa Allah sungguh melindungi dia, sehingga Daud menulis Mazmur 91 ini.
Kesaksian
Saudara, perlu kita ketahui bahwa penyakit stroke adalah penyakit yang mematikan, atau suatu penyakit yang membawa seseorang manjadi cacat dan mengakibatkan penderitaan selamanya. Sejak permulaan tahun 2006, saya membaca Mazmur 91 setiap hari, tetapi suatu saat tiba-tiba saya mengalami stroke. Sementara saya dibawa ke rumah sakit, saya selalu ingat Mazmur 91, bahwa Tuhan melindungi saya termasuk saudara semua. Penyakit yang mematikan ini telah menyerang saya. Tetapi oleh karena percaya bahwa Tuhan senantiasa melindungi, maka sampai saat ini saya tetap melayani Tuhan. Dan saat itu saya tidak berbuat apa-apa, tetapi saya tidak kecewa atau marah kepada Tuhan, karena saya sudah melihat bagaimana penyertaan Allah dalam kehidupan saya.
Saudara, apabila saya tidak diserang oleh penyakit itu maka tidak ada bukti perlindungan Allah. Karena saya sempat sakit, maka saat itu saya membuktikan bahwa Allah benar-benar melindungi saya. Oleh karena itu jangan takut, walaupun kita saat ini sedang mendapat serangan dalam berbagai persoalan; percayalah bahwa Allah benar-benar di pihak kita.
Selama 65 tahun Tuhan telah melindungi saya, bahkan saya tidak pernah masuk rumah sakit walaupun satu hari. Tetapi suatu kali saya masuk rumah sakit, dan Tuhan segera memulihkan. Mungkin diantara kita ada yang menjadi Kristen baru satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun atau bahkan lebih, maka kita perlu teliti bagaimana Allah memelihara kita.
Kitab Mazmur 91:1-2 ini merupakan bukti perlindungan Allah, dan Daud percaya akan hal itu. Mazmur 91 ditulis 1010 tahun sebelum masehi. Kita percaya bahwa firman Allah tidak pernah berubah selama-lamanya, sebab janji Tuhan adalah ya dan amin. Kalau raja Daud saat itu dilindungi oleh Allah karena beriman dan percaya. Maka Allah memberikan perlindungan juga kepada kita asalkan kita memiliki iman, karena iman adalah dasar kehidupan kita, seperti yang tertulis dalam Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Oleh karena itu janganlah kita lemah dan menjadi takut dalam menjalani hidup, sebab segala sesuatu yang kita harapkan telah terbukti walaupun kita belum melihat. Kadang-kadang ada janji Allah yang belum kita lihat atau kita alami, maka dengan imanlah kita akan melihat pertolongan Allah.
Kedua : Harap (Ayat 3-11)
Saudara, kita tidak tahu berapa tahun lagi kita hidup dalam dunia ini, mungkin satu tahun lagi, lima tahun lagi atau sepuluh tahun lagi, kita tidak tahu. Tetapi dalam kurun waktu yang masih ada ini biarlah kita sungguh-sungguh berharap kepada Tuhan, sebab Tuhan akan melindungi kita. Oleh karena itu kita tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
Saudara, perlindungan ini akan menjadi nyata dalam kehidupan kita, seperti halnya Allah membuktikan perlindunganNya terhadap Daud yang berharap kepadaNya. Perlu kita perhatikan bahwa pada bagian kedua ini terdapat kata-kata “akan”, yang mana kata-kata “akan” ini menunjukkan suatu pernyataan dari Tuhan yang akan menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan orang-orang percaya yang memiliki suatu pengharapan. Pengharapan adalah akar kata sesuatu yang belum terjadi, untuk itu hidup kita harus penuh dengan pengharapan. Kalau kita melihat perjalanan hidup Abraham maka kita akan melihat adanya suatu nilai hidup yang dimuati dengan pengharapan. Saat itu Allah ingin melihat seberapa besar pengharapan Abraham terhadap Tuhan sampai pada akhirnya Abraham mendapatkan apa yang telah dijanjikanNya (Ibrani 11:17&20). Lalu bagaimana dengan kita ? apakah kita masih punya pengharapan kepada Tuhan ? apabila kita tetap berharap, maka pengharapan itu merupakan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, sebab sauh itu dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Yang mana belakang tabir adalah ruang maha suci, yang merupakan gambaran kehadiran Tuhan. Dan apabila kita telah melabuhkan pengharapan kita hanya pada Tuhan maka segala sesuatu tidak ada yang mustahil.
Ketiga : Kasih (Ayat 14-16)
Ayat ini merupakan ungkapan hati Allah yang menyatakan bahwa Daud sungguh mengasihiNya. Hal ini dapat temukan pada kalimat : “hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku . . .” Jadi, walaupun kita mengalami keadaan yang buruk sekalipun, kita tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan, sebab Allah kita adalah Allah yang setia. Dia tidak pernah lalai akan segala janjiNya, seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9 : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Mungkin saat ini fisik kita lemah dan semakin merosot, tetapi biarlah batin kita semakin dekat dan mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, sebab hanya Dialah yang layak kita kasihi lebih dari segala-galanya. Amin.
Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Mazmur 91:1-16 “ . . . “
Pokok pembahasan kali ini yaitu me-review (meninjau) kembali mengenai janji Tuhan yang diberikan kepada umatNya mengenai perlindunganNya dalam segala hal. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan :
Pertama : Iman (Ayat 1-2)
Kita melihat bahwa raja Daud menulis dalam pasal 91 ini karena ia memperhatikan kehidupan Musa, bahkan mulai dari kehidupan Abraham, Ishak dan Yakub. Tatkala bangsa Israel dipimpin oleh Musa untuk keluar dari tanah Mesir. Daud meneliti bagaimana Allah melindungi bangsa Israel. Dan perlindungan ini berawal dari Abraham, Ishak dan Yakub. Dimana Allah berjanji kepada Abraham disertai dengan sumpah, termasuk kepada kita yang merupakan keturunan Abraham secara rohani. Oleh karena itu, perlindungan Allah sangat mutlak bagi umat pilihanNya. Dan Daud memiliki bukti bahwa Allah sungguh melindungi dia, sehingga Daud menulis Mazmur 91 ini.
Kesaksian
Saudara, perlu kita ketahui bahwa penyakit stroke adalah penyakit yang mematikan, atau suatu penyakit yang membawa seseorang manjadi cacat dan mengakibatkan penderitaan selamanya. Sejak permulaan tahun 2006, saya membaca Mazmur 91 setiap hari, tetapi suatu saat tiba-tiba saya mengalami stroke. Sementara saya dibawa ke rumah sakit, saya selalu ingat Mazmur 91, bahwa Tuhan melindungi saya termasuk saudara semua. Penyakit yang mematikan ini telah menyerang saya. Tetapi oleh karena percaya bahwa Tuhan senantiasa melindungi, maka sampai saat ini saya tetap melayani Tuhan. Dan saat itu saya tidak berbuat apa-apa, tetapi saya tidak kecewa atau marah kepada Tuhan, karena saya sudah melihat bagaimana penyertaan Allah dalam kehidupan saya.
Saudara, apabila saya tidak diserang oleh penyakit itu maka tidak ada bukti perlindungan Allah. Karena saya sempat sakit, maka saat itu saya membuktikan bahwa Allah benar-benar melindungi saya. Oleh karena itu jangan takut, walaupun kita saat ini sedang mendapat serangan dalam berbagai persoalan; percayalah bahwa Allah benar-benar di pihak kita.
Selama 65 tahun Tuhan telah melindungi saya, bahkan saya tidak pernah masuk rumah sakit walaupun satu hari. Tetapi suatu kali saya masuk rumah sakit, dan Tuhan segera memulihkan. Mungkin diantara kita ada yang menjadi Kristen baru satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun atau bahkan lebih, maka kita perlu teliti bagaimana Allah memelihara kita.
Kitab Mazmur 91:1-2 ini merupakan bukti perlindungan Allah, dan Daud percaya akan hal itu. Mazmur 91 ditulis 1010 tahun sebelum masehi. Kita percaya bahwa firman Allah tidak pernah berubah selama-lamanya, sebab janji Tuhan adalah ya dan amin. Kalau raja Daud saat itu dilindungi oleh Allah karena beriman dan percaya. Maka Allah memberikan perlindungan juga kepada kita asalkan kita memiliki iman, karena iman adalah dasar kehidupan kita, seperti yang tertulis dalam Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Oleh karena itu janganlah kita lemah dan menjadi takut dalam menjalani hidup, sebab segala sesuatu yang kita harapkan telah terbukti walaupun kita belum melihat. Kadang-kadang ada janji Allah yang belum kita lihat atau kita alami, maka dengan imanlah kita akan melihat pertolongan Allah.
Kedua : Harap (Ayat 3-11)
Saudara, kita tidak tahu berapa tahun lagi kita hidup dalam dunia ini, mungkin satu tahun lagi, lima tahun lagi atau sepuluh tahun lagi, kita tidak tahu. Tetapi dalam kurun waktu yang masih ada ini biarlah kita sungguh-sungguh berharap kepada Tuhan, sebab Tuhan akan melindungi kita. Oleh karena itu kita tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
Saudara, perlindungan ini akan menjadi nyata dalam kehidupan kita, seperti halnya Allah membuktikan perlindunganNya terhadap Daud yang berharap kepadaNya. Perlu kita perhatikan bahwa pada bagian kedua ini terdapat kata-kata “akan”, yang mana kata-kata “akan” ini menunjukkan suatu pernyataan dari Tuhan yang akan menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan orang-orang percaya yang memiliki suatu pengharapan. Pengharapan adalah akar kata sesuatu yang belum terjadi, untuk itu hidup kita harus penuh dengan pengharapan. Kalau kita melihat perjalanan hidup Abraham maka kita akan melihat adanya suatu nilai hidup yang dimuati dengan pengharapan. Saat itu Allah ingin melihat seberapa besar pengharapan Abraham terhadap Tuhan sampai pada akhirnya Abraham mendapatkan apa yang telah dijanjikanNya (Ibrani 11:17&20). Lalu bagaimana dengan kita ? apakah kita masih punya pengharapan kepada Tuhan ? apabila kita tetap berharap, maka pengharapan itu merupakan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, sebab sauh itu dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Yang mana belakang tabir adalah ruang maha suci, yang merupakan gambaran kehadiran Tuhan. Dan apabila kita telah melabuhkan pengharapan kita hanya pada Tuhan maka segala sesuatu tidak ada yang mustahil.
Ketiga : Kasih (Ayat 14-16)
Ayat ini merupakan ungkapan hati Allah yang menyatakan bahwa Daud sungguh mengasihiNya. Hal ini dapat temukan pada kalimat : “hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku . . .” Jadi, walaupun kita mengalami keadaan yang buruk sekalipun, kita tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan, sebab Allah kita adalah Allah yang setia. Dia tidak pernah lalai akan segala janjiNya, seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9 : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Mungkin saat ini fisik kita lemah dan semakin merosot, tetapi biarlah batin kita semakin dekat dan mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, sebab hanya Dialah yang layak kita kasihi lebih dari segala-galanya. Amin.
Keselamatan
"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."
(Roma 10:9)
Keselamatan adalah karya penebusan yang dilakukan Tuhan Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya. Kalau sungguh kita percaya, marilah kita:
1. Bertobat, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu…” Kisah 2:38 Pertobatan tidaklah sama dengan penyesalan. Orang yang bertobat akan membenci dosa dan berpaling kepada Tuhan, serta berjalan menuju kehidupan.
2. Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, “Aku berdiri di depan pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.” Wahyu 3:20
3. Dilahirkan kembali, “ Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” Yohanes 3:3. Kita adalah orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah.
4. Pengakuan, karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Yesus berkata:“ Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di Sorga.” Matius 10:32
5. Dibaptis dalam air, Alkitab berkata: siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.” Roma 6:4-5
Sudahkah kita menerima anugerah keselamatan dalam Yesus Tuhan?
(Roma 10:9)
Keselamatan adalah karya penebusan yang dilakukan Tuhan Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya. Kalau sungguh kita percaya, marilah kita:
1. Bertobat, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu…” Kisah 2:38 Pertobatan tidaklah sama dengan penyesalan. Orang yang bertobat akan membenci dosa dan berpaling kepada Tuhan, serta berjalan menuju kehidupan.
2. Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, “Aku berdiri di depan pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.” Wahyu 3:20
3. Dilahirkan kembali, “ Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” Yohanes 3:3. Kita adalah orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah.
4. Pengakuan, karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Yesus berkata:“ Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di Sorga.” Matius 10:32
5. Dibaptis dalam air, Alkitab berkata: siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.” Roma 6:4-5
Sudahkah kita menerima anugerah keselamatan dalam Yesus Tuhan?
Joy Of Sacrifice
“Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea TUHAN, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi. Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain. Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab TUHAN menyertai engkau.”
(1 Samuel 10 : 6 – 7)
Kalau orang naik ke bukit pengorbanan pastilah melakukan sebuah pengorbanan. Saat serombongan nabi turun sehabis berkorban, mereka bersukacita diiringi dengan alat-alat musik. Mereka bukan turun dengan sebuah kemurungan, tetapi dengan sukacita yang besar. Serombongan nabi ini mengerti apa yang namanya the joy of sacrifice (sukacita dalam memberi). Alkitab berkata, mereka itu kepenuhan seperti nabi. Selanjutnya Alkitab juga berkata, Saul berubah menjadi manusia lain, saat dia bertemu dengan serombongan nabi yang baru selesai berkorban. Serombongan nabi itu bersukacita karena pengorbanan mereka,sehingga mereka dipenuhi Roh Kudus. Itulah yang memberi dampak dan membuat Saul juga kepenuhan Roh Kudus serta menjadi manusia lain.
“Kenapa kita tidak dapat bersukacita saat memberi?” Alasannya oleh karena: Belum merasakan cinta atau kasih yang sesungguhnya. Saat kita benar-benar jatuh cinta, barulah berkorban itu merupakan suatu kebahagian.
Bukankah kita merasa bahagia sekali kalau bisa memberi orang yang kita cintai? Tapi saat cinta kita luntur, maka kita mulai melakukan banyak perhitungan.
The joy of sacrifice,kalau kita mengerti betapa Tuhan Yesus,telah mengasihi kita terlebih dahulu. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma5:8
Seharusnya kasih yang kita terima ini akan terus kita bawa bergerak, sehingga dimanapun kita berada, maka disanapun kehidupan akan terpancar keluar. Sebagai orang percaya, saat kita dipenuhi Roh Kudus maka kita bisa menjadi dampak pada orang-orang di sekitar.
Sudahkah kita bersukacita saat memberi karena kita mencintai Yesus?
(1 Samuel 10 : 6 – 7)
Kalau orang naik ke bukit pengorbanan pastilah melakukan sebuah pengorbanan. Saat serombongan nabi turun sehabis berkorban, mereka bersukacita diiringi dengan alat-alat musik. Mereka bukan turun dengan sebuah kemurungan, tetapi dengan sukacita yang besar. Serombongan nabi ini mengerti apa yang namanya the joy of sacrifice (sukacita dalam memberi). Alkitab berkata, mereka itu kepenuhan seperti nabi. Selanjutnya Alkitab juga berkata, Saul berubah menjadi manusia lain, saat dia bertemu dengan serombongan nabi yang baru selesai berkorban. Serombongan nabi itu bersukacita karena pengorbanan mereka,sehingga mereka dipenuhi Roh Kudus. Itulah yang memberi dampak dan membuat Saul juga kepenuhan Roh Kudus serta menjadi manusia lain.
“Kenapa kita tidak dapat bersukacita saat memberi?” Alasannya oleh karena: Belum merasakan cinta atau kasih yang sesungguhnya. Saat kita benar-benar jatuh cinta, barulah berkorban itu merupakan suatu kebahagian.
Bukankah kita merasa bahagia sekali kalau bisa memberi orang yang kita cintai? Tapi saat cinta kita luntur, maka kita mulai melakukan banyak perhitungan.
The joy of sacrifice,kalau kita mengerti betapa Tuhan Yesus,telah mengasihi kita terlebih dahulu. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma5:8
Seharusnya kasih yang kita terima ini akan terus kita bawa bergerak, sehingga dimanapun kita berada, maka disanapun kehidupan akan terpancar keluar. Sebagai orang percaya, saat kita dipenuhi Roh Kudus maka kita bisa menjadi dampak pada orang-orang di sekitar.
Sudahkah kita bersukacita saat memberi karena kita mencintai Yesus?
Mengundurkan Diri
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.
(Ibrani 10:38)
Orang yang mengundurkan diri adalah orang yang pernah maju atau masuk dalam lingkungan tertentu, namun setelah melihat sitiuasi yang membuatnya tidak tahan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Di dalam Tuhan bukan kondisinya yang salah, ketika kita masuk dalam panggilan dan kehendak-Nya. Tetapi lebih pada keadaan stamina rohani kita yang kurang memadai. Kita berpikir semuanya akan mudah dan singkat, tetapi setelah kondisi terasa berat, kita memilih untuk mundur.
Yang perlu kita ingat dan selalu harus dicamkan kuat di pikiran dan hati kita:
1)Kita ini seperti berlari marathon dan bukan sprint, dimana kita perlu daya tahan dan bukan hanya kecepatan. Juga perlu kesabaran dan bukan hanya tenaga. Perlu ketekunan dan kesabaran dan bukan tergesa-gesa untuk cepat sampai tujuan. Karena itu kita harus terus membangun dan melatih manusia roh kita, setiap saat.
2)Bersiap untuk yang terburuk tapi berharap yang terbaik. Pada saat Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak, ia mempunyai sikap seperti itu. Di benaknya, dia siap Ishak sungguh-sungguh dipersembahkan dan mati. Namun imannya juga sangat percaya bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Tuhan yang penuh Kasih, Tuhan yang sudah menyediakan anak domba untuk korban bakaran. Tetapi sekalipun Ishak memang harus dipersembahkan, Abraham tetap percaya bahwa Ia adalah Tuhan yang penuh Kuasa, yang mampu untuk membangkitkan Ishak kembali.
Abraham, Bapa orang Percaya, melewati banyak rintangan, tetap setia menantikan janji Tuhan, serta tidak mengundurkan diri saat dicobai bahkan rela menyerahkan apa “Yang Paling Berharga” pada Tuhan. Maka janji Tuhan: “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku” Kejadian 22:18
Jangan mengundurkan diri, yang terbaik sudah Tuhan siapkan! Amin?
(Ibrani 10:38)
Orang yang mengundurkan diri adalah orang yang pernah maju atau masuk dalam lingkungan tertentu, namun setelah melihat sitiuasi yang membuatnya tidak tahan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Di dalam Tuhan bukan kondisinya yang salah, ketika kita masuk dalam panggilan dan kehendak-Nya. Tetapi lebih pada keadaan stamina rohani kita yang kurang memadai. Kita berpikir semuanya akan mudah dan singkat, tetapi setelah kondisi terasa berat, kita memilih untuk mundur.
Yang perlu kita ingat dan selalu harus dicamkan kuat di pikiran dan hati kita:
1)Kita ini seperti berlari marathon dan bukan sprint, dimana kita perlu daya tahan dan bukan hanya kecepatan. Juga perlu kesabaran dan bukan hanya tenaga. Perlu ketekunan dan kesabaran dan bukan tergesa-gesa untuk cepat sampai tujuan. Karena itu kita harus terus membangun dan melatih manusia roh kita, setiap saat.
2)Bersiap untuk yang terburuk tapi berharap yang terbaik. Pada saat Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak, ia mempunyai sikap seperti itu. Di benaknya, dia siap Ishak sungguh-sungguh dipersembahkan dan mati. Namun imannya juga sangat percaya bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Tuhan yang penuh Kasih, Tuhan yang sudah menyediakan anak domba untuk korban bakaran. Tetapi sekalipun Ishak memang harus dipersembahkan, Abraham tetap percaya bahwa Ia adalah Tuhan yang penuh Kuasa, yang mampu untuk membangkitkan Ishak kembali.
Abraham, Bapa orang Percaya, melewati banyak rintangan, tetap setia menantikan janji Tuhan, serta tidak mengundurkan diri saat dicobai bahkan rela menyerahkan apa “Yang Paling Berharga” pada Tuhan. Maka janji Tuhan: “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku” Kejadian 22:18
Jangan mengundurkan diri, yang terbaik sudah Tuhan siapkan! Amin?
Bahagia, Damai, Diberkati
"Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku."
(Yesaya 48:17-19)
Memulai Tahun ini, TUHAN berkata, "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka akan ada: Damai Sejahtera, Kebahagiaan dan keluarga yang Diberkati. Tapi TUHAN rindu kita anak-anak Nya punya sikap:
1) Tidak kuartir akan hidup kita, karena janjiNya dalam Yeremia 29:11: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Tuhan mau kita tidak kuatir akan apa yang kita makan, minum, dan pakai. Semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (bangsa-bangsa penyembah berhala). Tetapi Bapa kita yang di sorga tahu bahwa kita memerlukan semuanya itu. Jadi marilah kita mulai dengan mencari dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua yang kita butuhkan, yaitu makan, minum dan apa yang akan dipakai, akan ditambahkan kepada kita.
2) Mengandalkan HANYA kepada TUHAN. Yeremia 17:7–8, "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."
Untuk menggenapkan janjiNya atas Damai Sejahtera, Kebahagiaan dan keluarga yang Diberkati, apakah kita sudah tidak kuatir dan tetap mengandalkan HANYA kepada TUHAN?
(Yesaya 48:17-19)
Memulai Tahun ini, TUHAN berkata, "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka akan ada: Damai Sejahtera, Kebahagiaan dan keluarga yang Diberkati. Tapi TUHAN rindu kita anak-anak Nya punya sikap:
1) Tidak kuartir akan hidup kita, karena janjiNya dalam Yeremia 29:11: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Tuhan mau kita tidak kuatir akan apa yang kita makan, minum, dan pakai. Semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (bangsa-bangsa penyembah berhala). Tetapi Bapa kita yang di sorga tahu bahwa kita memerlukan semuanya itu. Jadi marilah kita mulai dengan mencari dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua yang kita butuhkan, yaitu makan, minum dan apa yang akan dipakai, akan ditambahkan kepada kita.
2) Mengandalkan HANYA kepada TUHAN. Yeremia 17:7–8, "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."
Untuk menggenapkan janjiNya atas Damai Sejahtera, Kebahagiaan dan keluarga yang Diberkati, apakah kita sudah tidak kuatir dan tetap mengandalkan HANYA kepada TUHAN?
Berkat Kehidupan
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya
(Mazmur 133:1-3)
Saat ini Tuhan sudah memerintahkan berkat dan kehidupan bagi kita yang mau:
1) Diam rukun bersama sebagai satu unity. Dalam Kolose 3:18-22, 4:1, posisi kita memang berbeda-beda, baik sebagai: istri, suami, anak, bapa, hamba dan tuan. Namun mari kita belajar saling menerima perbedaan yang ada dan tetap mempunyai hati hamba. Seperti Tuhan Yesus yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,tapi mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba.
2) Seperti embun, berasal dari air yg berubah krn suhu/temp. Saat panas, air berubah jadi uap, saat dingin berubah jadi embun. Supaya berkat kehidupan itu mengalir, kita rela dibentuk menjadi apapun yg Tuhan mau. Terus menaruh kepercayaan kita pada Nya dan tetap setia sampai garis akhir, baik untuk hal-hal yang sudah kita mengerti maupun yang belum dimengerti. Sebab rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan-Nya. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan Tuhan dari jalan kita dan rancangan Tuhan dari rancangan kita.
3) Seperti minyak, untuk menjadi minyak sebenarnya makhuk hidup itu hrs mati terlebih dahulu. Hidup yang bukan lagi terfokus pada diri kita sendiri, namun hidup yang memberikan dampak, kemanisan, dan menjadi berkat bagi sesama. Seperti tertulis dalam Galatia 3:29 Kita adalah milik Kristus dan juga keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. Dan janji Allah itu adalah: ”Olehmu segala bangsa akan diberkati.” Panggilan kita sebagai anak-anakNya adalah menjadi berkat bagi keluarga kita, bagi lingkungan sosial kita, bagi kota kita, dan bangsa kita tercinta: Indonesia.
Apakah kita siap menerima berkat dan kehidupan yang telah Dia sediakan?
(Mazmur 133:1-3)
Saat ini Tuhan sudah memerintahkan berkat dan kehidupan bagi kita yang mau:
1) Diam rukun bersama sebagai satu unity. Dalam Kolose 3:18-22, 4:1, posisi kita memang berbeda-beda, baik sebagai: istri, suami, anak, bapa, hamba dan tuan. Namun mari kita belajar saling menerima perbedaan yang ada dan tetap mempunyai hati hamba. Seperti Tuhan Yesus yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,tapi mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba.
2) Seperti embun, berasal dari air yg berubah krn suhu/temp. Saat panas, air berubah jadi uap, saat dingin berubah jadi embun. Supaya berkat kehidupan itu mengalir, kita rela dibentuk menjadi apapun yg Tuhan mau. Terus menaruh kepercayaan kita pada Nya dan tetap setia sampai garis akhir, baik untuk hal-hal yang sudah kita mengerti maupun yang belum dimengerti. Sebab rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan-Nya. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan Tuhan dari jalan kita dan rancangan Tuhan dari rancangan kita.
3) Seperti minyak, untuk menjadi minyak sebenarnya makhuk hidup itu hrs mati terlebih dahulu. Hidup yang bukan lagi terfokus pada diri kita sendiri, namun hidup yang memberikan dampak, kemanisan, dan menjadi berkat bagi sesama. Seperti tertulis dalam Galatia 3:29 Kita adalah milik Kristus dan juga keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. Dan janji Allah itu adalah: ”Olehmu segala bangsa akan diberkati.” Panggilan kita sebagai anak-anakNya adalah menjadi berkat bagi keluarga kita, bagi lingkungan sosial kita, bagi kota kita, dan bangsa kita tercinta: Indonesia.
Apakah kita siap menerima berkat dan kehidupan yang telah Dia sediakan?
Saksi Yesus
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
(Kisah Para Rasul 1:8)
Yerusalem, bisa diartikan di antara keluarga. Yudea, bisa diartikan di antara orang-orang yang yang seiman. Sedangkan Samaria, bisa diartikan di antara orang-orang yang tidak seiman.
Tuhan mengingatkan kita bahwa, “Kamu akan menjadi saksi-Ku!”, kata Tuhan. Karena itu Roh Kudus akan dicurahkan untuk memberikan kita kuasa.
Kita ingat bagaimana cara Tuhan mempersiapkan murid-murid-Nya untuk menjadi saksi Yesus 2000 tahun yang lalu, yaitu 120 murid-murid-Nya yang berada di kamar loteng. Ketika mereka sedang berdoa bersama-sama dengan bertekun dan sehati, tiba-tiba 10 hari setelah mereka berdoa, terdengarlah tiupan seperti angin keras, lalu tampaklah lidah-lidah seperti nyala api hinggap di atas kepala mereka masing-masing. Mereka penuh dengan Roh Kudus dan menerima kuasa itu serta menjadi saksi Yesus yang luar biasa dimanapun mereka berada. Hari-hari ini Roh Kudus juga sedang turun dalam bentuk Api dan Angin.
Api, untuk membersihkan “kotoran-kotoran” yang masih ada dalam hidup kita, yaitu hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Saat melewati didikan dari Tuhan, seperti didikan seorang bapak kepada anak yang dikasihi, baiklah kita tetap punya hati yg rela dan terus bersyukur.
Angin, yang akan mengarahkan hidup kita sesuai rencanaNya. Sebelum “kotoran-kotoran” atau hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan itu dibersihkan, kita tidak akan mengerti arahan/tuntunan Tuhan dalam hidup kita.
Kis 10:38, “... yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”
Maukah kita menjadi saksi Yesus?
(Kisah Para Rasul 1:8)
Yerusalem, bisa diartikan di antara keluarga. Yudea, bisa diartikan di antara orang-orang yang yang seiman. Sedangkan Samaria, bisa diartikan di antara orang-orang yang tidak seiman.
Tuhan mengingatkan kita bahwa, “Kamu akan menjadi saksi-Ku!”, kata Tuhan. Karena itu Roh Kudus akan dicurahkan untuk memberikan kita kuasa.
Kita ingat bagaimana cara Tuhan mempersiapkan murid-murid-Nya untuk menjadi saksi Yesus 2000 tahun yang lalu, yaitu 120 murid-murid-Nya yang berada di kamar loteng. Ketika mereka sedang berdoa bersama-sama dengan bertekun dan sehati, tiba-tiba 10 hari setelah mereka berdoa, terdengarlah tiupan seperti angin keras, lalu tampaklah lidah-lidah seperti nyala api hinggap di atas kepala mereka masing-masing. Mereka penuh dengan Roh Kudus dan menerima kuasa itu serta menjadi saksi Yesus yang luar biasa dimanapun mereka berada. Hari-hari ini Roh Kudus juga sedang turun dalam bentuk Api dan Angin.
Api, untuk membersihkan “kotoran-kotoran” yang masih ada dalam hidup kita, yaitu hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Saat melewati didikan dari Tuhan, seperti didikan seorang bapak kepada anak yang dikasihi, baiklah kita tetap punya hati yg rela dan terus bersyukur.
Angin, yang akan mengarahkan hidup kita sesuai rencanaNya. Sebelum “kotoran-kotoran” atau hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan itu dibersihkan, kita tidak akan mengerti arahan/tuntunan Tuhan dalam hidup kita.
Kis 10:38, “... yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”
Maukah kita menjadi saksi Yesus?
Watak Manusia
Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan. Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
(Matius 4:25-5:1)
Ketika Yesus sedang menyembuhkan banyak orang, orang datang berbondong-bondong. Tetapi ketika Yesus naik ke atas bukit, datanglah murid-muridNya. Lalu kemana orang banyak yang berbondong-bondong itu?
Mungkin mereka berpikir bahwa Yesus akan berdoa dan mereka menunggu saja. Atau mungkin mereka berpikir: lebih enak disini saja, buat apa repot-repot harus sampai naik ke atas bukit. Itulah memang watak manusia, cenderung lebih memilih untuk mendapatkan sesuatu yang mudah dicapai, sesuatu yang sesuai dengan selera dan pikirannya. Tapi, ketika Yesus “naik ke atas ke tempat yang lebih sukar”, orang mulai berhenti mengikuti Dia.
Sikap yang demikian menyebabkan mereka kehilangan lebih dari pada hanya mujizat kesembuhan, karena setelah semuanya itu Yesus mulai mengajar murid-murid Nya tentang kebenaran yang kekal.
Saat orang banyak berbondong-bondong memilih berhenti dan puas di level yang rendah, maukah kita mengikutiNya terus ke Next Level?
(Matius 4:25-5:1)
Ketika Yesus sedang menyembuhkan banyak orang, orang datang berbondong-bondong. Tetapi ketika Yesus naik ke atas bukit, datanglah murid-muridNya. Lalu kemana orang banyak yang berbondong-bondong itu?
Mungkin mereka berpikir bahwa Yesus akan berdoa dan mereka menunggu saja. Atau mungkin mereka berpikir: lebih enak disini saja, buat apa repot-repot harus sampai naik ke atas bukit. Itulah memang watak manusia, cenderung lebih memilih untuk mendapatkan sesuatu yang mudah dicapai, sesuatu yang sesuai dengan selera dan pikirannya. Tapi, ketika Yesus “naik ke atas ke tempat yang lebih sukar”, orang mulai berhenti mengikuti Dia.
Sikap yang demikian menyebabkan mereka kehilangan lebih dari pada hanya mujizat kesembuhan, karena setelah semuanya itu Yesus mulai mengajar murid-murid Nya tentang kebenaran yang kekal.
Saat orang banyak berbondong-bondong memilih berhenti dan puas di level yang rendah, maukah kita mengikutiNya terus ke Next Level?
Segenap Hati
… kecuali Kaleb bin Yefune. Dialah yang akan melihat negeri itu dan kepadanya dan kepada anak-anaknya akan Kuberikan negeri yang diinjaknya itu, karena dengan sepenuh hati ia mengikuti TUHAN.
(Ulangan 1:36)
Jadi rupanya mengikuti Tuhan dengan SEPENUH HATI itu merupakan hal yang utama bagi Tuhan, sehingga hal itu perlu berkali-kali disampaikan oleh Tuhan, yang artinya hal itu sungguh merupakan hal yang sangat serius.
Paling tidak enam kali dicatat: setiap kali nama Kaleb disebut, selalu diikuti dengan kata-kata “ karena dia mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati.” Seperti di Bilangan 14:24 “Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikuti Aku dengan sepenuhnya…”
Mengikuti Tuhan dengan SEPENUH HATI itu merupakan hal yang utama bagi-Nya; bukan pelayanan kita, bukan pengorbanan kita, bukan waktu kita, dan bukan apapun yang lainnya.
Bagi Tuhan, yang paling utama ialah “mengikuti Dia dengan SEPENUH HATI.”
(Ulangan 1:36)
Jadi rupanya mengikuti Tuhan dengan SEPENUH HATI itu merupakan hal yang utama bagi Tuhan, sehingga hal itu perlu berkali-kali disampaikan oleh Tuhan, yang artinya hal itu sungguh merupakan hal yang sangat serius.
Paling tidak enam kali dicatat: setiap kali nama Kaleb disebut, selalu diikuti dengan kata-kata “ karena dia mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati.” Seperti di Bilangan 14:24 “Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikuti Aku dengan sepenuhnya…”
Mengikuti Tuhan dengan SEPENUH HATI itu merupakan hal yang utama bagi-Nya; bukan pelayanan kita, bukan pengorbanan kita, bukan waktu kita, dan bukan apapun yang lainnya.
Bagi Tuhan, yang paling utama ialah “mengikuti Dia dengan SEPENUH HATI.”
Subscribe to:
Posts (Atom)