Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
I Petrus 2:9 ”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbutan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.”
Pada mulanya manusia (Adam dan Hawa) diciptakan dalam kondisi sempurna, yaitu seturut peta dan teladan Allah (Kejadian 1:26). Manusia memiliki citra diri yang sama dengan imam dan raja. Pada saat itu manusia bergaul karib dengan Allah sebagai bukti bahwa mereka adalah seorang imam. Dan mereka diberi kuasa untuk memerintah dan berkuasa atas binatang yang ada di darat, udara dan laut termasuk tumbuh-tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah seorang raja yang berkuasa. Walaupun Adam dan Hawa diberi wewenang untuk menguasai bumi tetapi mereka tidak lepas daripada keimamannya. Mereka melakukan segala sesuatu atas perintah Tuhan. Tetapi setelah manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa, maka citra diri mereka menjadi rusak. Manusia tanpa sadar membanggakan dirinya atas perubahan citra diri yang serba binatang, misalnya : kalajengking, babi, monyet dan lain sebagainya yang disebut dengan Sio atau Horoskop. Citra diri manusia telah jatuh sehingga sama dengan binatang dan tidak memiliki kuasa lagi, padahal manusia seharusnya menguasai binatang.
Saat ini kita dapat mengucap syukur, karena citra diri yang serupa dengan peta dan teladan Allah boleh kita miliki kembali setelah lahir baru di dalam Yesus.
Ada tiga hal yang membuat kita disebut sebagai anak raja dan imam :
1. Moral dan Karakter Raja
Karakter memiliki pengaruh yang besar, baik karakter laki-laki maupun perempuan. Kadang-kadang seorang raja rusak karena istrinya. Jadi, sebagai laki-laki harus memiliki karakter seorang raja dan moral seorang imam atau hamba Tuhan. Demikian sebagai perempuan harus memiliki karakter seorang permaisuri dan moral seorang imam atau hamba Tuhan. Karakter seorang raja dan moral seorang imam harus kita pertahankan. Apabila kita mulai jauh dari karakter dan moral seorang raja dan imam, maka kita akan mengalami kehancuran. Mungkin saat ini kita dalam keadaan biasa saja, bahkan pas-pasan atau kekurangan, tetapi apabila kita memiliki karakter dan moral seorang raja maka kita akan melihat keberhasilan yang luar biasa. Untuk dapat memililki moral dan karakter seorang raja tidak kita dapatkan begitu saja, namun harus ada harga yang harus kita bayar yaitu dengan jalan mempelajari kebenaran firman Tuhan dan terlebih menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kerapkali kita gagal untuk mempraktekkan karakter sebagai raja namun apabila kita mau terus berusaha tentunya dalam pimpinan Roh Kudus maka kita akan mencapainya.
2. Wisdom (Hikmat)
Amsal 3:13 ”Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian”
Kepandaian memang perlu, khususnya anak-anak kita perlu didorong untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya supaya mendapat pengetahuan yang tinggi, tetapi jangan sampai kita hanya mengandalkan kepandaian saja. Firman Tuhan berkata dalam Yeremia 17 bahwa terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatan manusia tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan. Salah satu contoh tokoh Alkitab adalah Musa. Musa adalah orang yang pandai, karena sejak masih kecil sampai dewasa ia mendapat pendidikan yang bagus di istana Firaun tetapi tidak punya wahyu. Tetapi setelah Musa dibawa Tuhan ke padang gurun selama 40 tahun sampai ia bertemu dengan Tuhan dan mendapatkan wahyu dari Tuhan. Setelah Musa mendapat wahyu dari Tuhan dan ditambah dengan kepandaian yang ia miliki, maka ia disebut orang yang berhikmat. Bukti dari kepandaiannya adalah bahwa ia sanggup membawa dan mengatur kurang lebih tiga juta orang untuk menuju tanah perjanjian. Dan sebagai bukti bahwa ia mendapat wahyu dari Tuhan adalah ia telah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir yang disertai dengan tanda ajaib dan mujizat. Dan perlu kita ketahui bahwa hikmat dari dunia berbeda dengan hikmat dari Tuhan, karena hikmat dari dunia hanya terbatas pada pengetahuan saja, sedangkan hikmat dari Tuhan mengandung suatu kuasa yang luar biasa.
3. Kuasa Untuk Mengambil Keputusan
Amsal 13:13 ”Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.”
Sebagai seorang imam itu pasti taat kepada Tuhan termasuk dalam mengambil keputusan. Kita dapat mengambil keputusan apabila diperintah Tuhan. Dan jangan sekali-kali kita mengambil keputusan tanpa diperintah Tuhan walaupun kita berpikir bahwa keputusan yang kita ambil itu akan mendapatkan keuntungan yang besar. Karena apabila kita tetap mengambil keputusan maka akibatnya akan fatal. Kadang-kadang kita ragu-ragu dalam mengambil keputusan meskipun mendapat perintah dari Tuhan, karena kita melihat kekuatan dan kemampuan kita. Tetapi apabila kita berani mengambil keputusan atas perintah Tuhan maka kita akan melakukan perkara besar bersama Tuhan. Mungkin dalam hati kita timbul pertanyaan, bagaimana kita tahu mengenai keputusan yang kita ambil adalah perintah dari Tuhan. Hal ini tidak dapat kita lakukan dengan perasaan kita, karena antara perasaan dan suara Tuhan itu beda tipis, tetapi apabila kita peka akan suara Tuhan maka kita dapat pastikan bahwa itu adalah suara Tuhan. Dan untuk mempertajam kepekaan kita terhadap suara Tuhan, jalan satu-satunya adalah membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Berapa banyak orang beranggapan bahwa mereka telah mendengar suara Tuhan, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan, sehingga pernyataan ini sangat diragukan. Untuk itu marilah kita memiliki hati yang senantiasa rindu bersekutu dengan Tuhan agar kita memiliki kepekaan terhadap suara Tuhan terlebih memiliki kuasa untuk mengambil keputusan. Amin.
No comments:
Post a Comment