Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Saturday, July 16, 2011

Cara Memandang Perjamuan Kudus

Pdt.Yusak Hadisiswantoro


Di dalam I Korintus 11:23-32, 10:16-17, ayat-ayat tersebut mengajarkan kepada kita empat cara memandang perjamuan kudus dengan benar.


CARA PANDANG KE BELAKANG ( I Korintus 11:26 )
Seseorang yang menerima roti dan cawan itu maka ia memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.Ketika kita menerima perjamuan kudus, kita sedang memandang bahwa Kristus telah mati disalib untuk kita.
Ia menebus kita bukan karena kita ini baik, tetapi Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita ketika kita masih berdosa dan tidak ada gunanya sama sekali (Roma 5:8-9).
Jika pada saat kita masih berdosa saja Yesus mau mati untuk kita, apalagi sekarang ini setelah kita menerima karya keselamatan Yesus dan memahami bagaimana mengasihi Tuhan, maka kita pasti diselamatkan. Yesus telah mati di kayu salib untuk kita, maka semua ikatan / belenggu dosa dan hukuman dosa telah dibayar lunas. Yesus berkata, “IT IS FINISHED”. Sudah selesai. Iblis berusaha membelenggu kita, ia mempermainkan hidup kita, menyiksa dan membuat kita menderita, namun Yesus datang dan membayar hidup kita dengan nyawa-Nya.


CARA PANDANG KE DALAM ( I Korintus 11:27-28 )
Ketika seseorang menerima perjamuan kudus itu, ia melihat dua hal ke dalam dirinya, yaitu harus ‘layak” dan “menguji diri”.Yang dimaksud harus “layak” adalah harus mengakui tubuh Tuhan dan darah Tuhan. Sedangkan yang dimaksud harus “menguji diri” adalah harus menguji keyakinan, apakah ia mempunyai iman atau keyakinan bahwa Yesus mati berkorban untuk mengampuni dosa kita.
Apabila, kedua hal tersebut telah ada di dalam diri kita, maka kita dengan iman dapat menerima perjamuan kudus itu. Meskipun orang itu bukan orang benar, belum dibaptis, belum bertobat, bahkan belum pernah datang ke gereja, tetapi ketika ia percaya akan pemberitaan Injil bahwa Yesus telah disalibkan baginya, maka ia dapat menerima perjamuan kudus ini. Hal ini juga berlaku bagi anak kecil, asal ia percaya bahwa Yesus mati untuk mengampuni dosanya, maka ia pun dapat menerima perjamuan kudus itu.
Dalam ayat 20-21, 34, Paulus menasehati orang-orang yang datang karena perut yang lapar, hanya untuk “makan” roti dan “minum” anggur tanpa memiliki pemahaman tentang korban Kristus. Mereka tidak mengakui dan tidak mempunyai iman kepada kematian Yesus bagi mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak layak dan harus menguji diri.


CARA PANDANG KE SEKELILING ( I Korintus 10:17 )
Pada saat menerima perjamuan kudus, maka kita melihat bahwa sekalipun kita banyak, kita adalah satu tubuh. Satu tubuh itu saling membutuhkan, tidak saling menyakiti baik dalam kata-kata, sikap atau tindakan, dan kita menjadi satu team. Jika ada bagian lain dari tubuh kita yang sakit (misalnya tangan atau kaki) maka kepala (otak) akan memerintahkan untuk membalut.
Seorang yang menerima perjamuan kudus, akan melihat sekelilingnya dan melepaskan kasih serta pengampunan kepada saudara yang lain sebagai satu tubuh.
Yesus berkata, “Jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kamu” (Matius 6:14-15).
Hukum Taurat diberikan namun tidak satu pun yang dapat melakukannya. Kemudian hukum Taurat tersebut dirangkum menjadi hukum Kasih (Matius 22:36-40). Setelah dirangkum menjadi hukum kasih ini pun tidak ada seorang pun yang dapat melakukannya. Semua yang ada sangkut pautnya dengan hukum, gagal dilakukan oleh manusia. Ketika manusia gagal memenuhi hukum tersebut, maka Allah menunjukkan kasihNya kepada manusia.
Dalam I Yohanes 4:10-12 dituliskan, ” Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. …….. jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.”
Seorang yang telah menerima kasih Allah ini, maka ia menerima kasih karunia dan pasti akan dapat mengasihi saudaranya. Bukti orang yang telah menerima kasih Allah adalah mengasihi sesama dan tidak hidup dalam kebencian. Jadi, ketika menerima perjamuan kudus, maka kita sedang melepaskan kasih pengampunan kepada sesama.


CARA PANDANG KE DEPAN ( I Korintus 11:26 )
Saat menerima perjamuan kudus, kita memberitakan kematian Tuhan, sampai Ia datang kembali. Yesus akan datang kembali. Dia akan menjemput kita dan kita akan mengadakan perjamuan dengan Yesus dalam kerajaan Bapa (Matius 26:26-29).
Kita melihat ke depan, yaitu kita akan ikut dalam perjamuan Tuhan di dalam kerajaan Bapa.
Ada pengharapan ke depan. Kita sedang menunggu pengharapan yang sangat mulia itu. Tuhan akan datang kembali menjemput kita dan Alkitab menyebutkan memang ada upah, warisan, dan mahkota yang akan diberikan. Sementara kita menunggu perjamuan Tuhan di kerajaan Bapa, marilah kita bekerja dan melakukan sesuatu bukan untuk mengejar “upah” tetapi karena “mengasihi Tuhan”. Jika kita melayani karena kasih, maka I Korintus 2:9 akan terjadi bagi kita. “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”


Sekarang, marilah kita melihat kebenaran tentang roti dan anggur ini lebih mendalam.
Kebenaran tentang Roti (Tubuh Yesus)
1. Kita mempunyai keyakinan bahwa roti adalah Yesus sendiri / tubuh Yesus. (Yohanes 6:35, 48, 51)
2. Kita menerima roti, maka kita menerima kesembuhan (Matius 15:25-28, I Petrus 2:24)
3. Kita menerima roti, maka kita menerima hidup kekal (Yohanes 6:50-51, 54-58)


Kebenaran tentang Anggur (Darah Yesus)
1. Darah Yesus menyucikan (Imamat 17:11, Yohanes 18:38b, I Yohanes 1:7)
2. Darah Yesus itu “powerful” – berkuasa mengalahkan iblis (Wahyu 12:11)
3. Darah Yesus berharga (I Petrus 1:18-19)
4. Darah Yesus melindungi (Keluaran 12:13)

Ketika tulah maut terjadi di Mesir, setiap rumah yang ada tanda darah, dilewati oleh malaikat maut dan mereka mengalami perlindungan. Setelah mujizat darah ini jugalah yang membuat bangsa Israel dilepaskan dari kuasa perbudakan dan alami pembebasan. Dan oleh korban Kristus kita juga telah dilepaskan dari perbudakan dosa.

No comments:

Post a Comment