Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Saturday, July 16, 2011

Cara Menabur Dengan Benar


Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D

”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”
(Galatia 6:7-8)


Saudara, selain kita beribadah kepada Tuhan, maka kita perlu lakukan sesuatu guna membuat suasana hidup kita lebih baik.

Tuhan mengatakan jangan sesat, sebab Tuhan tidak bisa dipermainkan. Orang yang menabur dalam dagingnya akan menuai kebinasaan, tetapi mereka yang menabur dalam Roh akan menuai hidup yang kekal. Kedua ayat ini memiliki 2 arti, maksudnya apabila kita menabur secara rohani akan dibawa sampai pada kerajaan surga. Tetapi apabila kita menabur hal daging maka kita akan menabur hal daging pula. Dalam hal hukum menabur dan menuai ini tidak hanya berlaku pada tumbuh-tumbuhan saja, tetapi berlaku dalam kehidupan kita pula.

Kejadian 8:22 mengatakan : ”Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” Jadi selama kita menumpang di bumi ini maka kita tidak bisa lepas dari musim menabur dan menuai. Ketika kita menabur tidak dapat sekaligus kita menuai sebab kita membutuhkan waktu untuk sampai pada masa penuaian. Demikianlah kita sebagai orang Kristen, jikalau kita menabur hal-hal rohani atau jasmani maka dalam waktu tertentu kita akan menuai hal rohani dan jasmani, bahkan menuai hal rohani itu berlangsung terus sampai masuk pada kerajaan Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam Wahyu 14:13, dimana telah dikatakan “ . . . Sungguh, kata Roh, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”

Mengenai hukum menabur dan menuai ini ada 3 hal penting yang perlu kita perhatikan, diantaranya :

1. Jenis Benih Yang Kita Tanam
Jenis benih yang akan kita tanam harus kita pilih jenis benih yang khusus, dan tidak boleh sembarangan. Misalnya kita menanam jagung atau semangka. Memang hasilnya baik, karena dalam jangka waktu + tiga bulan tanaman ini sudah menghasilkan buah dan sudah bisa di panen. Tetapi sayang, setelah dipanen, tanaman tersebut harus mati. Sedangkan kita mau menanam pohon yang tidak mati, dimana pohon tersebut semakin lama semakin kuat, dan berbuah semakin banyak, sehingga kita tidak perlu menanam lagi. Misalnya kita menanam pohon mangga, memang pohon tersebut untuk berbuah membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi pohon itu, tidak mati setelah panen, justru semakin lama pohon tersebut semakin kuat dan banyak buahnya. Demikianlah dalam kehidupan Kekristenan, biarlah kita menabur hal-hal yang kekal. Baik itu menabur di gereja, yayasan-yayasan sosial, menolong sesama, dan lain sebagainya. Berapa banyak kita yang menabur sesuatu dan berharap dapat menuai dalam waktu yang singkat. Hal ini memang tidak salah tetapi marilah kita semakin maju lagi untuk memiliki wawasan dalam hal menabur dan menuai.

2. Jumlah Benih Yang Kita Tanam
Berbicara mengenai kuantitas/jumlah terlebih dahulu kita baca dalam II Korintus 9:6-8 ”Camkanlah ini : Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”
Jadi kalau kita mau panen banyak maka kita harus menabur banyak, begitu sebaliknya, apabila kita menabur sedikit maka kita akan menuai sedikit. Tuhan berjanji bahwa seseorang yang menanam maka sampai keturunannya yang keempat diberkati. Saya tidak bisa mengalami seperti saat ini, kalau tidak didahului oleh kakek dan ibu saya yang sudah menanam terlebih dahulu. Waktu kemarin dari Tabloid Bethany mengadakan riset dan kunjungan terhadap gereja-gereja yang dibangun oleh keluarga saya. Tim Tabloid Bethnay pergi ke Mojokerto, disana mereka temukan sebuah Gereja Pentekosta Di Indonesia yang dibangun oleh kakek saya yaitu Bp. Tan Tong Oen (almarhum) di jalan Sentanan, selain itu kakek saya ikut membangun (menabur) Gereja Pantekosta di Jl. Arjuno, sedangkan ibu saya membangun (menabur) empat gereja, diantaranya di Kertosono, Mojoagung dan Mojokerto. Tetapi saya membangun empat belas gereja di Mojokerto, kemudian ditambah 168 gereja Bethany lainnya. Ini merupakan taburan yang pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dalam situasi seperti ini saya tidak mungkin bisa membangun gereja ini apabila tidak didahului oleh kakek saya. Saya tetap menghargai pengorbanan kakek saya yang telah menanam terlebih dahulu. Oleh sebab itu, selama ada kesempatan biarlah kita mulai menabur, sebab harta di dunia ini tidak bisa kita bawa ke surga, karena ada tuaian yang kekal ketika kita dalam surga. Dan perlu kita ingat bahwa harta yang banyak, ketika diwariskan tidak selalu mendatangkan kebahagian, karena sebagian besar hanya menimbulkan pertengkaran. Warisan itu seperti bom waktu. Sebab dengan warisan mereka saling iri hati, benci dan lain sebagainya. Oleh karena itu saya setuju dengan orang tua saya yang menabur untuk membangun gereja, ada yang membangun untuk yatim piatu, ada yang menabur dalam bidang rumah sakit, dan lain sebagainya. Karena hal ini dapat diibaratkan menabur pohon yang tidak bisa mati bahkan semakin lama semakin berbuah banyak.

3. Kualitas Benih Yang Kita Tanam
Dalam hal kualitas benih, maka kita membaca terlebih dahulu kitab Yeremia 2:21 ”Namun Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni. Betapa engkau berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar!”
Kualitas benih itu sangat menentukan hasil panen. Apabila kita menabur dengan kualitas yang bagus maka hasilnyapun bagus pula, asalkan kita tetap menjaga dan memeliharanya. Meskipun kita sempat jatuh atau gagal tetapi percayalah bahwa Tuhan beserta dengan kita. Yeremia berkata, bukankah benih yang ditabur adalah baik, tetapi pohonnya berubah menjadi tidak baik. Itu tandanya kita harus pelihara sungguh-sungguh. Demikianlah seperti yang saya alami, dimana saya harus menjaga dan memelihara dengan sungguh-sungguh terhadap visi dari kakek maupun orang tua saya agar tanaman itu selalu menurunkan generasi yang lebih baik. Ada orang yang tidak memikirkan anak cucunya, hal itu merupakan kesalahan besar.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Tuhan yang mulai tumbuh dewasa, marilah kita camkan hal itu. Meskipun kita menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:5-6).

Amin

No comments:

Post a Comment