Pdt. Anthony Chang
“Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
(2 Korintus 12:7-10)
Banyak kesaksian orang Kristen yang menyatakan bagaimana Tuhan hadir dan bekerja dengan nyata dalam kehidupan mereka. Namun, sering orang Kristen keliru dan menganggap Tuhan hanya “bekerja” melalui kejadian dan peristiwa yang dianggap “dahsyat” saja.
Namun apakah harus selalu melalui peristiwa besar dan spektakuler baru kita merasakan bahwa Tuhan itu hadir dan bekerja di dalam hidup kita? Apakah tidak bisa kita menyaksikan kebaikan Tuhan melalui peristiwa-peristiwa kecil, biasa dan sederhana yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari?
Kalau kita tidak bisa menyaksikan kebaikan Tuhan dalam hal sederhana dan yang biasa, itu menunjukkan bahwa kita tidak peka lagi, ada masalah dengan kerohanian kita.
Sebaliknya, kalau kerohanian peka, kita bisa rasakan dan lihat bahwa Tuhan itu baik di dalam peristiwa apa pun. Kita bisa rasakan dan sadari bagaimana Tuhan memberikan nafas hidup hari ini, memberikan angota-anggota tubuh yang letaknya dan susunannya tepat, memelihara anak-anak kita hingga tumbuh menjadi dewasa. Kalau kita bisa merasakan dan menyadari kebaikan Tuhan dalam hal-hal seperti itu, berarti kerohanian kita masih baik dan peka.
Dalam ayat diatas, “duri dalam daging” adalah sesuatu yang menyesakkan dan menyulitkan kehidupan Paulus. Dan Paulus berdoa agar itu dicabut, tetapi Tuhan tidak mengabulkannya.
Ada hal-hal yang harus kita ketahui tentang doa, yaitu:
1.Doa pasti selalu didengar Tuhan
2.Doa pasti selalu dijawab Tuhan,
3.Isi jawaban Tuhan:
- Dikabulkan
- Belum dikabulkan
- Tidak dikabulkan, seperti yang dialami Paulus.
Kita harus bersyukur bahwa Tuhan tidak selalu mengabulkan semua doa-doa kita. Mengapa? Sebab sebagai manusia kita pasti dapat salah berdoa. Tuhan tahu hal ini dan Tuhan tidak mau kita menempuh bahaya akibat “keinginan” dan doa kita yang keliru.
Kalau Tuhan tidak mengabulkan doa kita, itu adalah suatu bentuk keperdulian Tuhan kepada kita. Janganlah kita “ngambek” dan bersungut-sungut kalau tidak dikabulkan. Jangan sampai salah mengerti dan menyalahkan Tuhan. Kalau kita bersikap seperti ini, hal itu menunjukkan bahwa kita masih “anak kecil”. Meskipun tidak dikabulkan, kita seharusnya tidak kecewa. Itu tidak berguna. Sebab selalu ada jalan keluar yang lain.
Yang penting adalah bagaimana kita meresponi doa-doa yang tidak terkabulkan itu. Justru “pada saat aku lemah maka aku kuat”, kata Paulus. Artinya Paulus tidak kecil hati. Paulus tetap semangat dan tidak menyalahkan Tuhan.
Selalu ada bagian di dalam kehidupan ini yang tidak memuaskan kita, namun apakah kita sanggup melihat bahwa selalu ada tangan Tuhan didalam semua itu?
No comments:
Post a Comment