Pdt. Anthony Chang
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
(Matius 6:25-34)
Setelah mendengar kebenaran firman ini tidak berarti mengajarkan kepada kita agar “jangan kuatir” seumur hidup. Bukan berarti kita tidak boleh kuatir lagi. Mengapa kita kuatir dan kapan kita kuatir? Itu disebabkan oleh karena ada masalah yang muncul. Kita tidak bisa menghindar, masalah pasti akan datang. Namun, ada hal yang mengajarkan kepada kita bahwa kalau rasa kuatir itu datang, maka kita akan melihat bagaimana Tuhan memakai rasa kuatir itu untuk membentuk kita.
Ketika kebenaran firman Tuhan bertemu dengan kenyataan kehidupan kita sehari-hari, maka sering muncul pemikiran seperti ini: kalau Tuhan mengasihi aku, mengapa saya mengalami hal yang seperti ini? Kalau Tuhan memelihara, mengapa terjadi kecelakaan seperti ini? Seringkali kenyataan hidup tidak cocok dengan apa yang dikatakan firman Tuhan. Mengapa? Karena ketidakmampuan pikiran kita untuk menjembatani realita/kenyataan kehidupan dengan apa yang dikatakan oleh firman Tuhan.
Ayat firman diatas mengatakan agar “jangan kuatir”. Itu artinya bahwa dalam hidup ini kita pasti akan mengalami kekuatiran. Semua orang, siapapun itu: kaya, miskin, rakyat atau pun pemimpin. Yesus berkata agar “jangan kuatir”. Apa saja bentuk kekuatiran itu? Bermacam-macam, setiap orang memiliki rasa kuatir yang berbeda-beda. Misalnya kuatir tentang anak, tentang pasangan, tentang kesehatan, tentang penghasilan.
Penyebab kekuatiran itu muncul dari cara kita berdoa.
Jangan berdoa untuk apa yang kita ingini. Sebab kita tidak mampu menguasai hati kita.
Hati kita tidak pernah puas. Menginginkan yang lebih cantik, menginginkan yang lebih mahal, menginginkan merek yang lebih baru, menginginkan yang lebih besar. Pokoknya menginginkan yang lebih. Mengapa begitu? Karena hati kita, karena gengsi, karena tidak mau orang lain melebihi kita.
Sebab itu, berdoalah untuk apa yang kita butuhkan: “berikanlah kepada kami makanan kami yang secukupnya”. Ketahuilah bahwa “keinginan” dan “kebutuhan” itu berbeda.
Bagaimana cara mengatasinya? Lihat ayat: “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Ayat itu mengatakan kepada kita: “kalau kuatir jangan berlama-lama”. Yang belum terjadi jangan dikuatirkan. Jangan memikirkan hal-hal 5 bulan di depan. Kita tidak tahu apa yang ada di masa depan, sebab masa depan itu ada di dalam kuasa Tuhan.
“Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Tuhan mau mengajarkan kepada kita untuk selalu bergantung kepada Tuhan. Sebab itu jalanilah kehidupan ini, lakukanlah bagian dan tanggung jawab kita, dan berikan kepada Tuhan apa yang menjadi bagian Tuhan. Kita tidak bisa “merangkul” apa yang ada di depan kita
Amin?
No comments:
Post a Comment