Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden
Matius 7:24-27 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”
Kita percaya bahwa perlindungan Allah sangat sempurna. Dan perlindungan Allah ini telah menjadi bagian dalam kehidupan orang yang percaya kepada Kristus. Berlaku dan tidaknya perlindungan Allah tergantung dari cara kita meresponi akan firman Allah, seperti yang tertulis dalam ayat bacaan di atas. Dimana, orang yang mendengar firman Allah dan melakukannya ia sama dengan orang yang bijaksana. Tatkala persoalan atau bahaya datang, ia akan tetap berdiri teguh sebab ada kekuatan Allah yang menopangnya. Sedangkan orang yang mendengarkan firman Allah tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh. Ketika persoalan atau bahaya menerpa dalam kehidupannya, ia mengalami penderitaan yang cukup hebat, dan pada akhirnya meninggalkan Tuhan (lepas dari perlindungan Allah).
Saudara, firman Tuhan tidak hanya sekedar kita dengar, baca atau dimengerti saja. Sebab apabila hanya kita dengar dan dimengerti saja, maka tidak ada bedanya dengan orang farisi atau para ahli Taurat. Dimana mereka cukup fasih mengenai firman Tuhan tetapi untuk aplikasinya “nol”. Dan mengenai hal ini pernah disinggung oleh Tuhan Yesus, kataNya : “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Matius 23:27).
Lalu bagaimana sikap kita supaya firman Tuhan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya kita dapat mencapai posisi sebagai orang yang bijaksana ? Hal yang pertama adalah : kita tidak hanya sekedar membaca atau mendengarkan firman Tuhan, tetapi kita harus sampai mendapatkan wahyu (revelation) dari apa yang kita terima. Dan setelah kita mendapatkan wahyu, maka harus kita rekam dalam hati kita, supaya kita mempunyai inspirasi. Dan inspirasi ini harus direalisasikan dalam kehidupan kita melalui pimpinan daripada Roh Kudus yang disebut dengan iluminasi (perwujudan daripada inspirasi). Sehingga pada akhirnya kita akan memiliki wisdom (hikmat) dan bertindak sebagai orang yang bijaksana.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering temui berapa banyak orang yang mengaku dirinya sebagai anak Tuhan, tetapi hidupnya tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan. Memang, mereka rajin datang ke gereja atau mengikuti seluruh kegiatan gereja. Tetapi tak satupun firman Tuhan yang mereka terima menjadi rhema dalam hidupnya, sehingga Kekristenannya tidak mengalami pertumbuhan. Semuanya ini disebabkan karena kurang adanya perhatian yang serius terhadap firman Allah, seperti yang tertulis dalam Ayub 33:14-18 “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.” Dan tidak heran jikalau orang tersebut tidak pernah mengalami mujizat dalam hidupnya.
Jadi wahyu (revelation) ini sangat penting dalam kehidupan orang beriman, sebab firman Tuhan dalam Amsal 29:18a juga mengatakan : “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat, . . . .”. Dalam bahasa aslinya bahwa kata “liar” ini adalalah “ paw-rah' “ yang berarti binasa (perish) atau tidak adanya perlindungan (uncover). Untuk itu, kita tidak dapat main-main dalam Kekristenan. Apalagi saat ini kita berada pada pengujung akhir jaman, dimana segala sesuatu tidak menentu dan tidak dapat diprediksikan dengan kepandaian manusia, kecuali dengan wahyulah kita dapat berdiri kokoh.
Saudara, ketika kita mulai sungguh-sungguh rindu untuk melakukan kehendak Tuhan, maka seperti apa yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:17 akan digenapi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Memang, untuk melakukan wahyu yang telah kita terima dari Tuhan itu tidak gampang karena memerlukan ketaatan, sedangkan apa yang kita terima dari Tuhan untuk dilakukan kadang-kadang sangat bertentangan dengan keinginan daging kita; bahkan seringkali tidak masuk akal untuk kita lakukan. Tetapi apabila kita mengetahui pikiran Tuhan maka kita akan melakukan apa yang menjadi kehendakNya.
Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui pikiran Tuhan ? Dalam I Korintus 2:10-11 dijelaskan bahwa : “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Jadi, melalui pimpinan Roh Kudus maka kita dapat mengetahui pikiran Allah. Sedangkan orang yang tidak sungguh-sungguh dalam Tuhan, tidak akan pernah mengetahui pikiran Allah, karena firman Tuhan berkata : “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (I Korintus 2:14)
Saudara, melalui beberapa penjelasan diatas, biarlah kita semakin haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan, agar kita mendapatkan wahyu dari Tuhan untuk dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari dan menjadi gaya hidup kita. Dan pada akhirnya kita akan menjadi orang yang bijaksana atau berhikmat.
Apakah keuntungan menjadi orang yang berhikmat ? Amsal 3:13-18 berkata : “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.”
Amin
No comments:
Post a Comment