Kebangkitan Besar

Kebangkitan Besar

Saturday, April 16, 2011

Haruskah Aku Bersungut-sungut ?

Pdt.Prof.DR. Abraham Alex T. Ph.D
Graha Bethany Nginden

”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat ! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Filipi 4:4-7
Kata “bersukacita” merupakan klimaks daripada pertumbuhan rohani kita. Permulaan akan sukacita diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Karena dengan imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.

Disamping Tuhan memberikan iman, Dia juga melengkapi kita dengan pengharapan supaya setiap kita bersikap optimis untuk melihat masa depan yang penuh dengan keberhasilan; dan berikutnya Dia melengkapi kita dengan kasih yang mana sebagai manifestasinya adalah sukacita. Oleh sebab itu rasul Paulus menganjurkan kepada jemaat yang ada di Filipi untuk tetap bersukacita, karena jemaat Filipi sudah dilengkapi dengan kasih.

Lawan daripada bersukacita adalah bersungut-sungut; lalu yang menjadi pertanyaannya adalah apakah orang Kristen masih ada yang hidupnya selalu bersungut-sungut ?. Yang dapat menjawab adalah diri kita masing-masing. Sebab apabila kita melihat dari sejarah yang tertulis dalam Alkitab maka kita akan menemukan suatu bangsa yang dicintai, dikasihi, dibimbing dan diberkati oleh Tuhan namun tetap bersungut-sungut setiap hari. Walaupun banyak mujizat telah mereka lihat maupun mereka alami, tetapi ucapan syukur tidak pernah keluar dari mulut mereka (bangsa Israel).


Saudara, perlu kita ketahui pula bahwa untuk mengeluarkan bangsa Israel dari tanah Mesir itu tidak mudah karena harus melalui 10 mujizat yang harus dinyatakan, sampai pada mujizat yang terakhir adalah seluruh anak sulung bangsa Mesir mati semuanya. Dan setelah mereka keluar dari tanah Mesir, mereka harus melintasi padang gurun menuju tanah yang sudah dijanjikan oleh Tuhan. Adapun maksud Tuhan membawa mereka menuju tanah perjanjian melalui padang gurun adalah untuk melatih mereka, supaya mereka senantiasa bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan dalam mulutnya penuh dengan ucapan syukur, karena di padang gurun tidak ada apa-apa atau sesuatu yang bisa diandalkan. Maka dari sinilah Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia sanggup membimbing, memimpin dan memelihara serta mencukupi kebutuhan mereka. Selain mereka harus melintasi padang gurun, mereka juga diperhadapkan dengan laut Teberau. Sementara didepan mereka terdapat laut Teberau yang menghalang, sedangkan dibelakang mereka terdapat pasukan Firaun yang mengejar mereka, maka bangsa Israel menjadi sangat takut, karena mereka merasa sedang menghadapi jalan buntu.

Lalu, bagaimanakah tindakan bangsa Israel dalam menghadapi keadaan semacam itu ? mereka marah-marah dan berkata kepada Musa (selaku pimpinan rombongan tersebut), katanya : ”Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?” (Keluaran 14:11). Bukankah mereka seharusnya tidak bersungut-sungut atau menggerutu saat menghadapi persoalan; tetapi mereka harus berdoa kepada Tuhan yang merupakan penyelamat umatNya. Memang, saat itu bangsa Israel menghadapi jalan buntu, tetapi Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkatnya, maka tampak angin seperti puting beliung yang membelah laut itu, sehingga laut itu menjadi suatu daratan dan bangsa Israel dapat melintasi dasar laut itu sampai di seberang. Sementara orang Mesir mengejar dan berada ditengah-tengah laut yang terbelah maka tiba-tiba laut itu tertutup kembali, sehingga seluruh orang Mesir yang sedang mengejar telah terkubur dalam laut Teberau; hal ini telah disaksikan oleh tiga juga orang.

Ternyata, dengan berbagai mujizat yang terjadi tidak cukup untuk mengubah sikap bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut, tetapi justru mereka semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, melalui sikap daripada bangsa Israel telah tampak bahwa mereka senang hidup dalam perhambaan, tindasan maupun tekanan daripada menjadi orang merdeka. Padahal untuk mendapatkan nafkah mereka harus bekerja keras dengan hasil yang tidak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan, selain itu mereka hanya bekerja untuk Firaun, sehingga tidak bisa menentukan nasib mereka masing-masing, tetapi itu yang menjadi harapan mereka. Bukankah hal ini suatu kebodohan ??

Saudara, apabila kita membaca pada ayat maupun pasal berikutnya, maka kita hanya mendapatkan persungutan demi persungutan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan telah membuat mereka tidak pernah memiliki apa yang disebut dengan sukacita. Selain itu, dalam keadaan yang demikian, mereka malah berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah, tatkala Musa sedang berdoa di atas gunung untuk bersekutu serta mencari kehendak Tuhan. Bangsa Israel tidak sabar saat menantikan Musa untuk turun dari gunung, padahal mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Musa. Bukankah hal demikian juga sering dilakukan oleh orang Kristen, yang mana kerapkali tidak sabar dalam menantikan janji Tuhan untuk digenapi dalam kehidupan mereka, justru sikap bersungut-sungut atau menggerutu yang sering dilakukan saat menghadapi tantangan.

Oleh sebab itu, melalui kisah di atas biarlah menjadi pelajaran dalam kehidupan kita, yaitu supaya kita tidak bersikap seperti yang bangsa Israel lakukan. Dan apabila saat ini kita sedang menghadapi persoalan maupun tantangan yang tak kunjung padam, sehingga seolah-olah kita berada di pada gurun, maka percayalah bahwa Tuhan sekali-kali tidak pernah meninggalkan kita, percayalah bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah atas hidup kita selain untuk mendewasakan rohani kita. Terlebih itu, apabila kita menghadapi jalan buntu seperti halnya bangsa Israel yang sedang menghadapi laut Teberau, maka percayalah bahwa Tuhan sanggup membuat jalan atas hidup kita.

Firman Tuhan menasehatkan : ”Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” (Mazmur 50:15); ”Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !” (Yesaya 55:6); ”Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui” (Yesaya 33:3).

Amin.

No comments:

Post a Comment